Gue membaringkan tubuh gue kembali ke kasur. Beberapa menit yang lalu gue baru selesai jogging di weekdays yang sebenernya cukup aneh buat gue. Gue biasa jogging atau olahraga santai di hari Sabtu atau Minggu, tapi hari ini gue cuma ada satu matkul dan itupun mulai jam satu nanti. Yah, daripada gue rebahan mulu, sekali-kali jogging nggak apalah.
Baru saja gue hendak masuk ke kamar mandi, dering telpon dari handphone menahan langkah gue. Nggak biasanya ada temen gue yang telpon jam segini. Mereka tahu gue nggak suka telponan. Bonyok juga nggak mungkin telpon jam segini since ini udah masuk jam kerja. Yah, kecuali penting, sih. Makanya gue langsung mengambil handphone gue.
+6281xxxxxxxxx
Anjir. Ternyata nomor nggak dikenal. Salah sambung kali, ya? Awalnya gue mengabaikan telpon itu, tapi nomor itu nggak berhenti telpon walaupun udah tiga panggilan nggak gue jawab.
Yah, nggak masalah sih, angkat telponnya bentar dan kasih tau kalau dia salah sambung.
"Halo, maaf siapa ya? Kayaknya salah sambung."
"Morning, Gorgeous. Gue nggak salah sambung, kok. Lo nggak lupa kan, sama gue?" Balas suara dari seberang telpon.
Kalau gue nggak salah ingat, ini suara Lucas. Kating hebring kemarin di ruang UKM Fotografi.
Gue menjauhkan handphone dari telinga untuk melihat foto profil si penelpon, iya, orang yang gue tebak Lucas ini telponnya via Whatsapp.
Bener dong, ternyata. Mana foto profilnya tengil banget, lagi! Sok ganteng parah.
"Lo nggak salah nih, Kak, nelpon gue pagi-pagi?"
"Gue emang nyariin lo, kok. Lo kagak ngampus? Gue samperin ke fakultas lo nggak nemu-nemu."
Dih. Gila nih orang. Kenapa nggak nge-chat gue dulu sebelum nyari. Lagian kayaknya juga gue nggak ada urusan sama dia. Satu lagi, dari mana dia tau fakultas gue? Gue nggak ada ngomong tuh, ke dia?!
"Gue masuk siang, Kak. Lo ada urusan apa sama gue? Penting banget sampe nelpon berkali-kali?"
"Kangen."
WTF. Beneran gila dia. Amunisi makian gue udah hampir meledak-ledak. Jadi gue memutuskan untuk diem aja. Gue nggak ada persediaan kata-kata selain makian.
"Kok diem?"
YA MENURUT NGANA AJA?!
"But, seriously tho. Kayaknya gue emang suka sama lo. Gue mau straight forward aja bilang ke elo kalau gue mau pedekatein lo."
"Kak.. Lo nggak lagi kobam terus kepencet nelpon gue, kan? Kalimat lo nggak logis dan gue nggak mau dipedekatein."
"No. I'm totally sober."
"Sorry not sorry but no. Asian guys never be one of my boyfriend type. Terserah lo mau bilang gue belagu atau gimana."
"Nah, you just haven't met me yet. Anyway, I'm not asking for your permission. Just be ready, I'll meet you after class. See you!"
Sama seperti sebelumnya, Lucas selalu jadi yang duluan memutus percakapan. Dia dengan semena-mena memutus sambungan telpon. Entah dia memang tipikal yang nggak mau dibantah atau dia sengaja agar gue nggak ngomel ke dia.
Anyway, gue nggak sedang jual mahal saat bilang ke Lucas kalau cowok Asia buka tipe gue. I had bad memories with them and it still haunted me. Terserah Lucas mau berbuat apa dan terserah gue juga buat mengabaikan dia. I warned him.
a.n
kaget ga lo tiba-tiba udah langsung confess aja nih si babang yukhei? mungkin bakal weird banget buat sebagian orang. tapi emang gue pengen nulis suka-suka gue aja. nggak bikin plotline rapi sama sekali. let's see where's my imagination brings this story.
anyway, HAPPY LUCAS DAY! he deserves all the loves he tried to give to everyone! may happiness be with him forever and always!
bonus foto lucasku sayang
cheerio!
YOU ARE READING
sixteen reasons why
Fanfiction[ON-GOING] "Asian guys never be one of my boyfriend type." "Nah, you just haven't met me yet." --Lucas Wong She shouldn't fall at the first place--at least based on her opinion--but love happens anyway. -- ©brunchsupper//2020 photo creds: pinterest...