17

1.8K 136 2
                                    

Belanda
Udara sejuk kota kincir angin terbesar dunia menerpa wajah rupawan sosok laki-laki tampan yang berdiri tegap menghadap sebuah rumah besar di pinggiran kota.

Sudah 30 menit yang lalu Jongin berdiri menatap pintu utama rumah di depannya tanpa ada niatan untuk melangkahkan kaki-kaki panjangnya ke arah pintu rumah tersebut dan memencet bel.

Huffftt

Jongin membuang nafasnya sebelum melirik ke arah Jenni yang sendari tadi berdiri di sampingnya. Diraihnya jari-jari lentik Jennie dan membawanya ke genggamannya.

"Kau sudah siap Jenniya?" tanya Jongin sebelum melangkahkan kaki-kakinya kedepan dengan tangan yang masih bertautan

Jenni mengangguk dan tersenyum ke arah Jongin sebagai jawaban dan meyakinkan laki-laki tersebut

Tangan Jongin yang bebas ia gunakan untuk memencet bel rumah yang berada di samping pintu utama. Dengan perasaan gugup dua orang yang berdiri di depan pintu utama rumah tersebut menunggu sang tuan rumah membukakan pintu.

Pintu terbuka menampilkan sosok perempuan setengah baya lengkap dengan segaram maid.

"Apa tuan Park ada di dalam?" tanya Jongin

"Tuan besar ada di dalam tuan" jawab sang perempuan dengan kepala menunduk hormat

"Tolong panggilkan dia" printah Jongin

Dengan segera sang perempuan paruh baya tersebut masuk ke dalam memanggil sang tuan besar

Jongin menatap Jennie yang berdiri disampingnya bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan yang dapat menambah ketampanan dirinya. Jenni yang merasa diperhatikan menoleh ke samping dan melempar tatapan membunuh pada sosok tinggi tegap disampingnya.

Tanpa menunggu lama sang pembantu mendorong kursi roda keluar menemui jongin dengan jenni. Jongin langsung berlari memeluk tubuh tua sang appa.

Jennie diam menatap dua laki-laki di depanya. Jongin menumpahkan semua rasa rindunya kepada sang ayah yang selama ini dia tahan karena egonya sendiri.

Hiks hiks

"Maaf" gumam Jongin dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi

Tuan Park mengelus pelan kepala putranya. Kepulangan putra bungsunya yang selama ini memilih mempertahankan cintanya dan menjauh dengan dirinya membuatny bahagia.

Jongin melepas pelukannya dengan sang ayah lalu menengok ke belakang menatap Jennie yang masih berdiam diri di tempatnya. Diraihnya tangan Jennie dan digenggamnya erat untuk lebih dekat dengan sang ayah.

"Aku ingin meminta restu kepada appa" ucap Jongin menatap sang apa dalam

Jennie menundukkan kepalanya perasaannya campur aduk ia tak punya nyali untuk menatap laki-laki paruh baya di depannya. Jannie sangat takut akan penolakan yang akan di lakukan oleh tuan Park terhadap hubungannya dengan sang putra bungsu keluarga Park.

Jongin masih menatap dalam ke manik sayu sang ayah. Jujur hatinya resah bila sang appa tak merestui hubungannya dengan Jennie wanita yang selama ini ia perjuangkan.

"Lebih baik kita bicara di dalam" ucap tuan Park dan menyuruh sang maid untuk mendorong kursi rodanya ke dalam rumah

"Aku tidak suka dibantah lagi Jongin" peringatan tuan Park saat mengetahui sang putra dan kekasihnya masih berdiri di depan pintu.

Kini Jongin dan Jennie duduk menghadap tuan Park dengan perasaan campur aduk. Dari awal mereka masuk rumah tidak ada yang berniat untuk membuka suara satupun.

Tuan Park menarik nafasnya sebelum mengeluarkan kata-kata. "Apa tujuanmu menemui appa?" tanya tuan Park pada sang putra yang duduk dengan kepala menunduk di depannya.

Jongin mengangkat kepalanya menatap sang apa dalam dan mengengam tangan Jennie berniat untuk mengurangi rasa takutnya

"Aku ingin meminta maaf kepada appa dan hyung dan aku juga ingin memperkenalkan kekasihku kepada appa sekaligus meminta restu untuk menikahinya" jawab Jongin masih dengan mengengam erat tangan Jennie.

Senyum tipis terukir wajah tua tuan Park. Ia tidak menyangka bahwa sang putra sudah sebesar ini sudah berani memilih keputusannya sendiri.

"Apa kau benar-benar yakin untuk keputusanmu?" tanya tuan Park memastikan ucapan sang putra

Jongin mengangguk semangat "Aku sangat yakin appa"

"Baiklah appa merestui hubungan kalian, segeralah menikah appa ingin menimang cucu" ucap sang appa dan membuat senyum bahagia Jongin dan Jennie yang sendari tadi gundah akan restu sang appa.

Dengan segera Jongin memeluk untuk kedua kalinya tubuh sang appa namun kali ini dengan senyum lebar yang merekah di bibirnya.

"Terimakasih terimakasih maafkan aku selama ini durhaka kepadamu" bisik Jongin dengan air mata bahagia yang sudah tak bisa ia bendung lagi.

"Hei kenapa kalian melupakan aku disini?" teriak seorang laki-laki jakung yang baru saja memasuki rumah dan berjalan menghampiri ayah dan anak yang sedang berpelukan.

Jongin melepas pelukannya dan berlari menghampiri sang kakak dan memeluknya erat. "Aku merindukanmu hiks" bisik Jongin dan mendapat kekehan dari sang kakak

"Hei kau bukan bayi kecil lagi yang suka merenggek kepada hyung kau tak malu dengan kekasihmu yang menonton kekasihnya yang sedang menangis di depannya? Dasar bayi beruang" ejek Chanyeol dengan ketawa khasnya dan mendapat balasan pukulan di punggungnya dari sang adik laki-lakinya.

Tuan Park menatap kedua anak lelakinya yang kini sudah tumbuh dewasa dengan bangga ia bahkan tak sadar air matanya kini ikutan menetes saat melihat kedua anaknya berpelukan.

'aku sudah berhasil membesarkan mereka menjadi laki-laki hebat seperti yang kau inginkan meskipun ada sedikit masalah tapi sekarang kau bisa lihat dari atas sana mereka sekarang seperti apa' batin tuan Park













Tbc

Hai kawan👋
Tetap dirumah, jaga kebersihan, jaga kesehatan dan rajin cuci tangan☺
Di rumah aja baca wattpad sambil rebahan😁

Jangan lupa tinggalkan jejak~

LOVE MAZE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang