5. Jimin benci Tae!

5.2K 530 17
                                    

Seokjin memijat pangkal hidungnya. Kepalanya mendadak sangat pening melihat hal luar biasa di depan matanya.

Dan pipi gembil Jimin yang menggembung.

"Jimin marah sama Tae!"

Bocah itu melempar buku gambar di tangannya, berlari memberingsut ke pelukan Seokjin yang hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak tahu apa-apa.

"Tae juga marah!"

Taehyung ikut melempar buku gambar beruang kutubnya, berlari keluar dari kamar, lantas berteriak keras sekali, "Seokjinnie pilih kasih, Hyungieeee."

Seokjin menghela nafas. Mencoba menenangkan Jimin yang masih menangis tersedu-sedu seakan dunianya runtuh. Mengelap air mata yang terus meluncur jatuh dan membasahi kemeja kerja Seokjin.

"Ada apa, Jiminnie? Kenapa marah pada Tae?"

Seokjin melangkah pelan menuju kasur Jimin, masih menggendong bocah cilik itu. Mendudukkannya di pangkuan seperti koala. Tapi yang ini lebih lucu dan menggemaskan dengan pipi dan hidung memerah.

"Tae jahat. Tae bilang gambar Jimin jelek. Padahal punya Tae juga sama jeleknya!"

Seokjin yang baru saja pulang dari rumah sakit dan segera disuguhi pertengkaran remeh hanya bisa menghela nafas. Mengelus surai Jimin lembut. Adu mulut ini sebenarnya sangat tidak penting untuk seorang pria berumur sepertinya. Tapi, melihat Jimin menangis seterluka ini, pasti perkataan Taehyung sangat menyakitkan untuk Jimin yang hatinya sangat lembut.

"Jiminnie berhenti menangis ya? Coba hyung lihat gambar Jimin, pasti sangat bagus kan?"

Bocah kecil itu mendongak, mengerjapkan matanya. Mengangguk setuju, kemudian turun dari pangkuan. Mengambil buku gambar yang tadi di lemparnya lantas kembali kepangkuan Seokjin. Pria itu tersenyum lebar-lebar lantas memuji,

"Gambar Jiminnie bagus sekali, loh!"

Seokjin akui, gambar Jimin memang tergolong bagus untuk anak seumurannya. Bahkan Seokjin tidak yakin dirinya dulu bisa menggambar sebagus ini. Gambar Jimin sebenarnya sederhana, tipikal menggambar ala anak sekolah dasar. Dua gunung, matanari di tengah, dan rerumputan hijau disertai langit biru. Tapi, Jimin berbakat soal mewarnainya. Entah belajar dari mana, Jimin banyak melakukan gradasi warna pada gambarnya sehingga tampak bagus dan rapi.

"Hyungie sungguhan?"

Seokjin menatap Jimin yang sudah berhenti menangis. Bola matanya tampak memancarkan harapan yang besar. Dengan sungguh-sungguh Seokjin mengangguk, "Iya sungguh. Gambar Jiminnie sangat indah."

Bocah kecil itu tersenyum lebar sekali, kemudian menghela nafas lega. "Tuh kan, gambar Jiminnie memang bagus!"

Seokjin mengerutkan keningnya, "Memangnya, gambarnya untuk apa? Tugas dari Ibu guru?"

"Iya Hyungie. Kata Ibu guru, besok bawa gambar pemandangan. Yang paling bagus akan di tempel di mading sekolah."

Seokjin hanya mengangguk-angguk. Dalam benaknya, terpintas alasan mengapa Taehyung hingga setega itu mengejek Jimin. Seokjin tidak bilang mulut Taehyung itu manis, tapi ia bukan bocah kecil yang senang membuat onar dengan mulut keji.

Setelah berhasil membuat Jimin tidur dengan tenang dan senang, Seokjin akhirnya keluar dari kamar si kembar sembari membawa buku gambar milik Taehyung. Pria itu yakin sekarang, Taehyung berkata sekasar itu karena gambarnya tak sebagus milik Jimin. Gambar Taehyung terkesan lebih berantakan dan tidak jelas. Mungkin bocah itu iri, lebih-lebih gambar yang paling bagus akan di tempel di mading. Membuat tugas menggambar itu seperti sebuah acara kompetisi.

[BTS] Kim's DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang