PROLOG

580 52 56
                                    


🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Bunyi roda brankar memecah kesunyian malam.

Suara isak tangis dan langkah kaki berlarian di sepanjang lorong.

Suara pintu berat dibuka dengan kasar.

Bunyi peralatan medis penopang kehidupan.

Lampu terang benderang laksana mentari tengah hari.

Bau antibiotic dan anestesi.

"Pasien kehilangan banyak darah, trauma di kepala akibat benturan benda tumpul dengan kecepatan tinggi".

"Tekanan darah?".

"Dibawah 90/60 Mmhg dokter! Dia benar-benar kehilangan banyak darah!".

"Korban kecelakaan?".

"Sepertinya begitu!".

"Cedera leher dan kepala, aku sudah menyangga lehernya!".

"Denyut jantung?".

"Dokter, syok hipovolemik! Tekanan darahnya semakin menurun, supply oksigen dari jantung zero!".

"Oh sh*t!".

"Siapkan dopamine!".

"Kurasa tidak lagi berfungsi dokter!".

"Defibrillator! Tekan! Cepat! Jangan sampai kehilangan dia!".

"1, 2, 3 tekan, lagi! 1, 2, 3, tekan! Lagi ulang terus, bawa kembali denyut jantungnya!"

"1, 2-...".

Bip bip bip biiiiippppp biiiiiipppp biiiiip

***

Cahaya yang lebih terang menyambut ketika dia akan membuka kedua matanya.

Terlalu terang.

Ia takut tak bisa melihat karena silaunya.

Tercium bau kayu manis, seperti sebuah pie hangat yang gurih dan lezat.

Terdengar bunyi langkah kaki yang terbungkus sepatu fantovel.

Tok tok tok

Sepertinya langkah-langkah tersebut menuju ke arahnya.

Kemudian ia tak jadi untuk membuka matanya.

Dia sadar, meski matanya terpejam.

Dia terbaring, pada alas yang keras, dia bisa merasakan apa yang terhampar di bawahnya.

Lantai ubin? Tapi tidak dingin.

Apakah marmer? Tapi tidak licin.

"Kim Seokjin, jangan berpura-pura tak sadar, kecuali jika kau memang sangat nyaman berbaring di bawah seperti itu! ".

Terdengar suara yang sama sekali tak dikenal oleh Kim Seokjin, si pemuda yang sedang terbaring.

Namun dia tak bergeming, karena meski suara tersebut berkata, seolah ia berbaring di tempat yang tak pantas, tapi nyatanya, terasa nyaman.

"Michael! Kau tahu waktumu tak banyak kan?".

Ada satu lagi suara yang berbeda, suaranya terdengar lebih lembut, dan menenangkan.

Kim Seokjin membuka matanya.

Aneh.

Dia pikir cahayanya akan sangat menyilaukan, tapi tidak! Dan yang tadi ia sangka hamparan lantai ubin ternyata adalah tanah liat dengan rerumputan pendek yang tumbuh di atasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Souls: Breath Again | JinVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang