Semua ini begitu membingungkan bagi Jeanne. Setelah selesai mandi dan bersiap, seluruh keperluan sudah tertata rapi diatas kasur besar dan empuk, bahkan sampai pakaian dalam sekalipun. Ia terpekur tidak percaya, apalagi ketika ia membentangkan celana dalam berwarna hitam dengan renda yang menggoda. Aduh, sialan! Apa sebenarnya yang ada dipikiran para pelayan melihat dirinya ini masih begitu bocah untuk diperlakukan seperti calon pengantin dewasa yang tidak sabar untuk membuat anak. Dengan si Tuan Jeon yang kaya, mungkin cuma Jeanne yang memekik tidak senang.
Menyambar tas usangnya yang besar—satu-satunya pemberian bibi Lee yang bisa ia pergunakan, memilah pakaian yang cocok untuk ia pakai sembari menggerutu. Jeanne sadar hal itu membuang waktu, namun Jeanne senang melakukannya. Sama seperti tidur sepanjang hari.
"Astaga!" gadis itu spontan berteriak setelah menemukan seorang pria muda lain berdiri tepat di samping pintu kamarnya, yang mana hanya berjarak sepuluh kaki dari kamarnya Jungkook. Dirinya bahkan baru ingat ia sampai di istana milik Tuan Jeon pada sore hari dan disambut oleh Park Jimin seperti mereka adalah teman lama. Menyediakan segala keperluan juga mengantarnya menuju kamar untuk beristirahat. Bangun pada malam hari dan kembali menemukan Jimin—si pengawal pribadi yang masih setia menjaganya setelah berjam-jam berada di alam mimpi. Lelaki itu bahkan menyematkan senyuman semanis gulali tanpa memikirkan kakinya yang kebas sebab terlalu lama berdiri.
"Nona Jeanne sudah bangun? Ada yang perlu saya bantu?"
Jeanne memutar bola matanya malas.
"Park Jimin, kan aku sudah bilang, kau bisa kembali keruanganmu. Awasi saja aku dari cctv kalau kau begitu khawatir aku kabur,""Nona, tidak ada cctv di sini." ia mendekatkan tubuhnya hingga Jeanne memundurkan langkah. Sungguh, Jeanne bahkan heran mengapa Jungkook begitu repot memberikannya pengawal—sekaligus pengajar pribadi untuknya—apalagi, yang lebih tidak masuk akal, bukannya pria tua dan berjanggut, Tuan Jeon malah memberikan tanggung jawab dirinya secara cuma-cuma kepada lelaki muda berwajah feminin dengan anting bermatakan berlian murni. Ini menyilaukan sejujurnya, ia menjadi tidak nyaman. Park Jimin ini bahkan terlihat lebih fleksibel dari Jungkook sendiri, sebuah nilai plus selain wajahnya lebih tampan dari sisi manapun Jeanne memandang.
"Kenapa tidak ada?"
"Tidak tahu, nona. Tuan Jeon hanya tidak ingin banyak mata yang mengawasi. Tipikal seorang pria muda introvert."
Jimin mengikuti Jeanne yang melengos tidak perduli dari belakang. Cara berjalannya yang santai memberikan waktu Jimin sedikit lebih lama untuk menatap pakaian urakan yang dikenakan gadis itu. Lalu ia tersenyum gemas. Pakaian yang dibelikannya atas perintah Tuan Jeon tentu tidak akan dipakai atas dasar pemberontakan. Rambut yang belum kering sempurna— bahkan belum di sisir itu membentuk kusut yang manis. Anak remaja seperti Jeanne tidak terlalu memikirkan penampilan, namun itu malah membuatnya terlihat lebih alami. Lebih polos seperti kertas putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanctuary | Jeon Jungkook
FanfictionJeanne tidak pernah membayangkan akan seperti apa hidupnya setelah pria bernama Jeon Jungkook menariknya dari tempat terkutuk itu; mendeklarkan diri menjadi satu-satunya tempat perlindungan paling aman yang tidak akan pernah ia tinggalkan.