♣ 2

37.8K 1.5K 80
                                    

Selamat Membaca!

Dengan langkah kesal Maura memasuki ruangan pak Adam. Entah untuk apa laki-laki tua itu kembali memanggilnya.

"Pagi, pak Adam."sapa Maura sopan begitu ia berada dihadapan sang dosen.

"Apa sekarang kamu sibuk?"tanya Adam membuat Maura mengernyit lalu kemudian menggeleng sebagai jawaban.

"Tidak, pak."sahut maura jujur.

"Bagus. Sekarang kamu ikut saya ke rumah sakit."ucap Adam lalu langsung menarik lengan Maura keluar dari ruangannya.

"Tunggu, pak! Kita mau ngapain ke rumah sakit dan siapa yang sakit?"tanya Maura sambil berusaha menarik lengannya yang digenggam oleh pa Adam.

"Anak saya sakit."ucap Adam membuat Maura kembali ingin bertanya namun ia urungkan karena sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Mereka pasti akan bergosip nanti karena pak Adam menggandeng lengan seorang mahasiswi.

Di dalam mobil, Maura tidak henti-hentinya bertanya. Kenapa dan untuk apa ia harus ikut ke rumah sakit. Yang sakit kan anaknya pak Adam, ya harusnya ibu dari anak itu yang diajak bukan Maura. Selain itu, Maura sudah beberapa kali berteriak minta turun namun mobil yang dikemudikan oleh sang dosen malah semakin melaju dengan cepat.

'Ya ampun, pak Adam benar-benar tidak bisa ditebak.'

Setibanya di rumah sakit, lengan Maura kembali ditarik memasuki salah satu ruangan.

"Bagaimana keadaan Dero, mom?"tanya Adam pada seorang wanita paruh baya.

"Panasnya masih belum turun, Dam. Mommy jadi takut."ucap wanita paruh baya tadi membuat Maura spontan menatap ke arah bayi laki-laki yang sedang berbaring di atas ranjang.

"Hm, nanti juga turun."

Plakk

"Bagaimana bisa kau sesantai ini, Dam."

Adam menghela napas."Lalu apa kata dokter?"tanya Adam sedang Maura hanya diam di pojok ruangan, sungguh ia tak tahu arti dirinya di sini dan kenapa dia dibawa ke sini?

"Dero akan baik-baik saja setelah dirawat."

"Hm."

"Mommy sudah bilang kan untuk mencari Diana. Bagaimana bisa wanita itu meninggalkan anaknya di sini. Kalau sudah begini siapa yang__"Adam buru-buru membungkam mulut mommy nya sebelum wanita tua itu mengatakan sesuatu. Ingat di ruangan itu masih ada Maura yang mendengarnya.

"Mom, Adam bawa calon istri."ucap Adam membuat Nella melotot.

"Calon isteri? Dia hamil anak siapa lagi."teriakan keras itu sukses membuat Maura melangkah mundur.

'Bisa-bisanya ia dikira hamil.'

Maura langsung menatap tajam pak Adam yang sudah sembarangan menyebutnya calon istri. Selain itu ia juga disangka hamil, seolah itu adalah kejadian biasa yang pernah terjadi sebelumnya.

"Maura tidak hamil, mom. Setidaknya belum untuk sekarang."ucap Adam cepat membuat wajah Nella sedikit melunak. Adam menyeringai lalu mendekati mommy nya untuk berbisik.

"Dia masih perawan, mom."bisik Adam membuat Nella langsung tersenyum cerah.

"Kemari lah, sayang. Mommy mau bicara."panggil Nella membuat Maura menggeleng pelan lalu melangkah mundur. Ia tak ingin dan tak siap terlibat dengan sang dosen. Maura bahkan akan menghentikan niatnya untuk mempermainkan pak Adam, tapi tolong biarkan ia hidup tenang seperti dulu.

"Kok mundur sih, sayang. Padahal mommy nggak gigit loh."ucapan lembut itu membuat Maura tersenyum sungkan namun langsung melotot saat tangannya malah ditarik menuju sofa yang ada diruangan tersebut.

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang