Hai ..., finnally, it's time we meet again after a long long long time. SKSD amat, ya. Padahal mungkin kita baru kali ini ketemu. Ya udah kenalan dulu, atuh. Biar lebih akrab, ye khan? Setuju? Sok atuh. Der, ah!
Kenalin, namaku Emma Amalia Marantika.
Kata papa, namaku itu diambil dari perpaduan nama mama dan papa, seperti aku yang menjadi buah cinta pernikahan, mereka berniat mengabadikan penggalan nama masing-masing dalam bentuk nama untuk anak pertama, namaku. Udah nggak jaman kan nulis inisial nama di batang pohon cinta di tengah kota. Nanti gimana coba kalo sampe ketangkap satpol PP, dibilang merusak lingkungan lalu digelandang ke kantor, kemudian harus dijemput orang tua setelah dikasih pembekalan materi. Ish, tengsin banget, kan? Dikiranya keciduk pacaran malem-malem sama tetangga. Bisa jadi bahan pairel sejagad maya. Padahal sebenernya nggak papa juga kali berduaan. Orang udah menikah. Absurd, emang seandainya kejadian. Untungnya cuma halu aja.Well, kata pertama pada namaku punya arti penuh gairah dan berkeinginan kuat. Kata kedua berarti pekerja keras dan suka menolong. Sementara Marantika bukan juga sebuah marga, tapi lagi-lagi random antara nama kedua orang tuaku, yang punya arti mirip dengan dua suku kata pertama yang berarti berani, cerdas dan pekerja keras. Niat banget kan mereka ngasih nama? Seolah ini anak gue, ini anak gue! Bukan anak lo, bukan anak orang! Apelo? Apelo?
Jadi, ada arti besar yang disematkan dalam namaku oleh para leluhur yaitu seseorang yang berani, cerdas, penuh gairah, berkeinginan kuat, pekerja keras dan suka menolong. Eaaa .... Positif? Horeee, akhirnya, selamat ya! Anda benar! Maka Anda berhak mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan. Silakan pilih kotak biru atau tirai nomer 2. Haha.
Ya ..., mau bagaimanapun nama itu adalah doa, kan? Permohonan dan berisi pengharapan si pemberi nama terhadap sesuatu yang dinamainya. Pemilihan nama ini ada sejarahnya lho. Baca sampe abis ya. Ada penjelasan history-nya di bawah sini.
Waktu kecil, katanya aku imut sekali. Saking imutnya, bayi merah (yang warna dominannya ngalahin warna Hell Boy) itu bisa digendong cuma dengan satu jari. Amazing kan? Iya lah, karena bapakku itu dewa. Oleh karena itu aku adalah bidadari dari kahyangan. Haha, maaf, becanda. Bukan. Maksudnya karena dulu lahir prematur di usia delapan bulan, berat badanku cuma dua kilogram doang, nggak pake nawar. Warna badanku merah menyala kayak bara api menyala. Kaget antara mengartikannya sebagai semangat atau kemarahan sama sopir angkot--gara-gara mama merasakan mules waktu ada adegan sopir angkot nyetir ugal-ugalan, ngebut bahkan saat melewati polisi yang lagi tidur di tengah jalan--alhasil beliau melahirkanku sebelum waktunya. Katanya aku anak yang penuh gairah dan semangat, punya keinginan kuat yang tak terbantahkan, berani mengambil resiko lahir di saat janin yang lain masih enak-enakan ndekem di dalam rahim emaknya. Jadi aku ini semacam pioneer gitu, trend setter kalo orang entertainment bilang. Gaya kan, gue?
Kata mama, Bu Bidan bilang warna merah pada kulit bayi termasuk saat menangis, justru menunjukkan bahwa jantungnya memompa darah dengan baik dan darah bayi mengandung banyak oksigen. Karena itu, mama nggak merasa khawatir ketika aku lahir dengan warna kulit merah. Jadi, sampe aku nangis kejer dengan warna merah membara, beliau santai aja. Justru beliau khawatir saat usiaku lewat enam bulan, ketika warna kulit asli bayi mulai terlihat, karena warnanya seperti bara yang mulai mendingin. Legam, men! Masa iya anak cewek warnanya bakalan keling--dalam Bahasa Sunda artinya hitam--begitu? Semenjak itu, fix panggilanku adalah Si Keling.
Tapi, bukan seorang ibu namanya kalo nggak bisa memberikan ketenangan sama anaknya. Mama bilang, hitam-hitam kereta api, biar hitam banyak yang menanti. Eaaa. Dari situ aku selalu punya afirmasi positif. Kata mama aku akan jadi anak yang disukai dan ditunggu banyak orang, bahkan orang-orang bakalan antri supaya bisa ketemu aku, kayak kereta api. Sepakat? Aku manis!
Jadi, setelah kata-kata motivasi yang mama bilang, rasa percaya diriku muncul lebih besar dari ukuran badanku yang terus tumbuh dari hari ke hari.
Sebagai anak pertama--seperti status mama dan papa yang sama-sama anak pertama--maka aku mendapatkan hampir semua perhatian dari anggota keluarga. Banyak yang bilang, seorang nenek atau kakek akan merasa lebih sayang dan memanjakan cucu daripada anaknya sewaktu kecil. Jadi di sinilah aku, Si Keling kecil yang tak pernah merasa dunia itu kecil dan hitam. Aku selalu merasa dunia punya banyak warna seperti pelangi yang ceria. Aku dikelilingi oleh cinta dari kakek nenek, paman bibi, teman dan tetangga yang selalu menyambut kehadiranku dengan senyum dan sapaan ramah. Aku terbiasa menjadi pusat perhatian.
Aku tumbuh menjadi anak yang sehat dan periang, juga cepat belajar. Di usia sembilan bulan, aku sudah lancar berjalan dan berbicara dengan artikulasi yang jelas. Kata mereka aku cekatan untuk anak seusiaku. Berlari sambil tertawa lepas adalah kebiasaanku dari kecil, itu pula yang membuat para tetangga dengan senang hati mengasuhku bergantian jika mama pergi mengajar. Walaupun ukuran badanku paling kecil di antara semua teman sepermainan, tapi aku mempunyai sebuah cita-cita besar dan keinginan yang kuat, sebesar dan sekuat gunung, seperti mama.
Karena terbiasa mendapatkan apa yang aku inginkan, respon positif dan mindset tentang dunia yang damai dan indah menguasai hati dan pikiranku. Apa saja yang kumau akan dituruti. Sebagai balasan, aku akan menghadiahi mereka senyum manis beserta loncatan tinggi atau tarian ala bayi yang membuat semua orang di sekelilingku bahagia. Aku anak baik, mama papa baik, kakek nenek baik, paman bibi baik, teman dan tetangga baik, bahkan orang yang baru saja kulihat pertama kali pun selalu kuanggap baik. Sampai sebuah kejadian menjadi titik balik kehidupanku dan membuat aku menjadi orang yang apatis.
***
Karakter tokoh
1. Aku: Emma
Ciri-ciri fisik : anak dengan badan paling kecil di antara teman sepermainannya, kulit hitam manis, rambut ikal sebahu, hidung kecil, pipi chubbyWatak : ceria, murah senyum, suka menyapa, baik hati, disukai banyak teman, ekstrovert, mudah bergaul.
Kelebihan diri : cepat belajar.
Kekurangan diri : agak ceroboh, polos, terlalu mudah percaya kepada orang. lain.
2. Mama
Ciri-ciri fisik : kulit putih, hidung mungil, badan semampai, mata belo dengan bulu mata lentik dan alis tebal, bibir mungil rambut hitam ikal mengembang sebahu.
Watak: baik hati, pendiam, pemalu.
Kelebihan diri : pintar, kreatif, motivator dan penasihat yang baik.
Kekurangan diri : agak tertutup, tidak mudah percaya pada orang lain3. Papa
Ciri-ciri fisik : kulit putih, badan tinggi semampai, rambut ikal, mata kecil, bibir lebar
Watak : ramah, mudah bergaul
Kelebihan diri : percaya diri tinggi
Kekurangan diri : sombong, mudah tersinggung, mudah marah4. Emak (nenek)
Ciri-ciri fisik : kulit putih, rambut penuh uban
Watak : baik hati, pemalu
Kelebihan diri : dermawan, empati
Kekurangan diri : polos, tidak sekolah tinggi5. Apa (kakek)
Ciri-ciri fisik : kulit sawo matang, pendek, badan kecil, rambut penuh uban
Watak : sabar, bijaksana
Kelebihan diri : berpikir logis
Kekurangan diri : agak pikun6. Dian
Ciri-ciri fisik : kulit putih, badan tinggi, rambut lurus, bibir tebal
Watak : baik hati, ekstrovert, mudah bergaul
Kelebihan diri : teman yang baik, mau belajar, pekerja keras, tekun, pantang menyerah, sabar
Kekurangan diri : tidak romantis