🍁1🍁

51 8 2
                                    

"tidak apa , Adit,pergilah . Kau memang suamiku , tapi aku tidak boleh egois untuk menepis kenyataan jika kau adalah milik ibumu ." Wanita muda itu , Maya tersenyum sambil menghapus pelan air matanya , " aku ikhlas , demi Allah aku ikhlas . Pergilah , ibumu paling utama ."

"Sedari awal pernikahan kita memang tidak diinginkan may . Maafkan aku , karena pada akhirnya kita akan berpisah dengan cara yang seperti ini , percayalah aku memang masih mencintaimu , dan akan selalu mencintaimu.?"

"Aku tahu!"

Khalifah kecil , berdiri di ambang pintu sambil menatap kedua orang tuanya yang sedang membicarakan sesuatu di dalam kamarnya . Bocah berusia 3 tahun itu , menatap semuanya dalam diam ia tidak mengerti kedua orang tua , tapi melihat ibunya tampak menangis , membuat bibir anak itu bergetar . Ia tidak suka jika melihat ibunya menangis , tangisan ibu adalah tangisan Khalifah .

"Surat cerai akan di antar dengan pengacaraku lusa "

" Ya tentu saja ."

Sambil menatap kedua orangtuanya , Khalifah mengejapkan pelan matanya . Ibunya , terlihat sedang memasukan semua pakaian milik ayahnya ke dalam koper besar berwarna hitam . Melihat itu . Kaki kecil Khalifah dengan segera melaju , pelan pelan mendekati ayah dan ibunya yang ada di dalam kamar itu .

"Ayah mau kemana ?"

Adit menoleh , mendapati Khalifah tampak berdiri tak jauh di hadapannya . Melihat itu . Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Adit . Putranya , putranya yang Adit sayangi . Ia tak ingin jauh darinya , sungguh . Namun , hal yang ia hadapi saat ini tak mampu membuat ia egois untuk bertahan bersama anak dan istrinya , Adit harus pergi , demi ibu yang di cintanya

Tanpa menunggu lama , tangan kekar Adit memangku Khalifah , memeluk dan mencium putranya tersayang , berusaha mencurahkan rasa rindu dan kasih sayangnya yang mungkin akan ia rindukan di masa depan .

"Maafkan ayah sayang ."
Ucap Adit pelan sambil mengelus pelan pipi Khalifah

Khalifah menatap ayahnya bingung " maaf untuk apa yah ?"

Senyum tipis terbit di bibir merah Adit pria berusia 26 tahun itu , lalu menatap Khalifah dengan lembut " Khalifah harus janji sma Ayah , jangan nakal , harus nurut apa kata ibu juga untuk ayah ya ?"

"Ayah mau kemana bajunya ko di masukin ke dalem kopel ?"tanya Khalifah cadel

Adit tersenyum , kembali mencium pipi Khalifah dengan sayang . Putranya , Adit Dangan menyayanginya

"Ayah harus pergi sayang ."

"Ke mana ?"

Napas Adit terasa sesak ,air mata sudang menggantung di pelupuk matanya. Apa yang akan putranya rasakan jika ayahnya yang pergi meninggalkan dengan sang ibu ? Adit paham , sekuat apapun menyembunyikan kebenaran dari sang putra , kelak waktu akan menjelaskan semuanya .suatu saat , khalifah pasti akan mengerti , ia akan paham jika Adit pergi dan meninggalkan ya ia dan orang lain .pertahan , rasa itu mulai ada . Rasa takut jika suatu saat nanti Khalifah akan membencinya . Membayangkan jika itu benar terjadi , mampu membuat Adit hancur saat itu jga .

" Kan kata ayah , nanti hali Minggu kita mau main bola bareng lagi di taman , ayah kan udah janji sama Khalifah kalo ayah mau ajalin Khalifah naik sepedah ,nanti ayah jangan telat lagi ya ?" Khalifah tersenyum. Kemudian memeluk leher ayahnya dengan kencang . Ia selalu suka jika ayahnya mengajar  bermain di taman .setiap hari , ayah selalu sibuk bekerja , dan hari Minggu adalah hari ayahnya untuk bermain dengan Khalifah.

KhalifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang