PROLOG

3 0 0
                                    

Gadis itu menatap ponselnya berkali-kali.

Ia berusaha menenangkan dirinya dengan bersandar di sandaran sofa. Raut wajahnya terlihat jenuh dan tak bersemangat untuk melakukan aktifitas apapun. Earphone bertengger ditelinganya, alunan musik berdentum-dentum mengisi irama hatinya yang sedang kesal. Ia meghentakkan kakinya sesuai irama musik, dan menatap ke sekeliling ruangan yang sunyi, dimana seisinya pada sibuk mengerjakan tugas atau sekedar belajar. Tatapannya berhenti di pintu masuk. Ia menghela nafas sesaat melihat orang yang sejak tadi ia tunggu telah datang.

"Akhirnya.." Gumam gadis itu pelan. Ia terus melihat kearah orang itu sampai orang itu menemukannya.

Seorang pria tinggi berkulit putih memakai jaket berwarna biru dan celana jeans seraya menjijing sebuah tas laptop sekarang berdiri dihadapannya, "Mizu, maaf gue telat ya, gue kesiangan bangun, demi, gue padahal udah pasang alarm jam sembilan loh tapi pas gue bangun ternyata udah jam sebelas," jelasnya dengan nada menyesal. Kemudian ia duduk di sebelah gadis itu.

Gadis yang bernama Mizu itu melepaskan earphone dari telinganya dan membangunkan tubuhnya dari sandaran sofa, "Lo tau gak gue udah berapa lama nunggu disini? Satu jam gue nunggu, sendirian pula. Lo kan tau gue gak suka nunggu," omelnya.

"Iya tau, tapi please kali ini maafin gue ya," rajuknya seraya memohon dengan mempersatukan kedua pergelangan tangannya.

"Kali ini? Hei boy, lo tuh udah sering banget terlambat, dan buat gue nunggu terus, gak enak tau disuruh nunggu mulu kan!" nada Mizu naik satu tingkat, sangking kesalnya ia lupa kalau saat ini ia sedang berada ditempat dimana dilarang berisik. Lelaki itu langsung memberitahukan Mizu untuk mengecilkan volume suaranya, agar mereka tidak diomeli oleh orang sekitar yang sedang fokus belajar. Mizu pun mencoba meredakan emosinya, dan menahan amarahnya agar tidak meluap.

"Please maafin gue dong, nanti gue beliin es krim deh. Lo mau es krim apa? Gue beliin pasti," rayu laki-laki itu. Ia memanfaatkan kesukaannya Mizu agar ia dimaafkan.

"Serius?" tanya Mizu untuk meyakinkan omongan laki-laki itu. Laki-laki itu mengangguk. "Beli dua ya tapi," pinta Mizu sembari membentuk angka dua pada jarinya.

"Iya boleh, beli dua, beli tiga, beli empat, beli sama tempat es krimnya pun juga boleh kok. Apasih yang gak gue kasih buat teman baik gue ini, gue akan kasih semuanya yang lo mau," ucap lelaki itu sembari terkekeh. Mizu pun spontan ikut terkekeh.

Tapi sekejap raut wajah Mizu berubah, ia menatap lelaki yang dihadapannya itu amat serius, dan mengumamkan sesuatu, "Your heart".

Lelaki itu langsung mengernyitkan dahi seketika mendengar sesuatu yang Mizu katakan, meski lelaki itu tidak yakin dengan apa yang telah ia dengar. Mizu yang melihat raut wajah lelaki tersebut langsung paham dan ia langsung tersenyum untuk mengalihkannya agar lelaki itu tidak terlalu berpikir yang macam-macam.

"Mana tugas lo sini yang harus gue kerjain," Mizu menglihkan pembicaraan. "Nanti keburu sore dan takutnya nanti gak selesai loh. Besok lo harus kumpulin tugasnya kan?," Lelaki itu mengangguk sembari mengeluarkan laptopnya dari tas khusus laptop yang telah ia bawa.

"Gue juga tadi udah ambil beberapa buku tuh buat bahan referensi," ujar Mizu menunjuk buku-buku tentang pemasaran yang sejak tadi tergeletak diatas meja.

"Baik banget sih lo mau bantuin gue. Thank you ya, Zu," ucap lelaki itu sembari menepuk pelan ujung kepala Mizu. Mizu hanya membalas dengan anggukan pelan dan senyuman tipis.

Setelah layar laptop menyala mereka mulai mengerjakan tugas bersama. Mulai dari membuat makalah dan juga powerpoint. Semua itu dikerjakan oleh Mizu, lelaki yang tengah duduk disampingnya itu hanya jadi penonton saja. Beberapa kali dia cuma bertugas mencari materi yang disuruh oleh Mizu, dan sisanya mengganggu Mizu saja.

B.E.S.T.I.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang