Part 2
Dari dulu, Altan itu suka fotografi. Kalau ditanya alasan kenapa dirinya sangat menyukai fotografi, Altan sendiri masih sedikit kesulitan menjawabnya. Buat Altan, bisa menangkap suatu moment dan mengabadikannya itu bisa jadi sebuah kesenangan dan kebanggaan tersendiri. Menangkap moment dan menjadikannya abadi, bukankah kedengaran sangat luar biasa? Apalagi ketika moment itu adalah moment yang berharga, yang kiranya akan selalu diingat dan dikenang dalam waktu yang lama.
Berawal dari kesukaan itulah Altan mulai masuk dan mempelajari dunia fotografi secara lebih mendalam. Bermodalkan kemampuan dan sebuah kamera DSLR kesayangannya, awalnya Altan mencoba peruntungannya dengan menjadi fotografer freelance, sampai kemudian dirinya ditawari menjadi fotografer tetap untuk sebuah majalah terkenal. Dan setelah bekerja beberapa tahun akhirnya Altan berhasil mengumpulkan modal untuk mendirikan sebuah studi foto miliknya sendiri yang dikelola olehnya dan teman-teman dekatnya.
Hari ini, Altan dan teman-teman sesama fotografer lainnya ngadain pameran foto kecil-kecilan di salah satu mall yang ada dalam rangka mempromosikan studio foto milik mereka masing-masing. Tema pameran yang diusung kali ini adalah 'moment' dan foto-foto yang dipamerkan gak lain dan gak bukan adalah foto hasil bidikan mereka selama ini, mulai dari pemandangan alam sampai kejadian sehari-hari yang memang menarik untuk diabadikan.
Cukup banyak pengunjung yang datang dan mampir ke stand pameran Altan kali ini. Altan sendiri selaku penanggung jawab pameran sedari tadi terlihat sibuk berkeliling, mengabadikan suasana pameran dengan kameranya sambil sesekali menjelaskan soal foto-foto miliknya kepada beberapa pengunjung yang terlihat tertarik.
"Wah, matahari terbit."
Gumaman seorang pengunjung membuat Altan menghentikan langkahnya. Disana, didepan sebuah foto yang mengabadikan moment terbitnya matahari, berdiri seorang gadis muda yang menatap foto itu sambil tersenyum lebar dengan mata yang berbinar senang. Cukup lama gadis itu berdiri di depan foto itu sampai Altan memutuskan untuk menghampirinya.
"Suka foto yang ini?"
Satu detik... dua detik... lima detik... sepuluh detik... gadis itu masih diam. Masih memandangi foto di depannya dengan senyum lebarnya tanpa mempedulikan sekitar. Tanpa mempedulikan Altan yang saat ini telah berdiri disampingnya.
Biarpun merasa kalau dirinya sedang dicuekin, tapi Altan tetap berdiri di samping cewek itu sambil ikut melihat ke arah foto yang diabadikan sendiri olehnya itu. Altan ingat foto itu diambilnya beberapa bulan yang lalu. Banyak tempat yang sengaja didatanginya untuk mengejar sang matahari tebit, sebelum akhirnya Altan merasa puas dengan hasil bidikannya dan mendapatkan foto itu. Sebenarnya foto itu gak cukup istimewa menurut Altan, cuma sekedar foto yang menunjukkan cahaya kemerahan diantara pekatnya gelap langit, tanda matahari yang akan segera terbit. Tapi anehnya gadis disampingnya saat ini malah memandangi foto itu seakan-akan itu foto paling bagus yang pernah dia liat.
Hening cukup lama. Altan dan gadis itu masih betah berdiri disana, terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
"Gue... ga ngerti fotografi. Gue ga tau ini foto harus dibilang bagus atau ga. Tapi... gue suka objeknya. Matahari terbit."
Tanpa mengalihkan pandangannya, gadis itu akhirnya buka suara menjawab pertanyaan Altan sebelumnya. Altan menoleh sambil menunggu siapa tau ada kalimat lanjutan dari gadis itu. Tapi nyatanya gadis itu lagi-lagi hening dengan mata yang gak lepas memandangi foto di depannya.
Altan baru saja akan membuka mulutnya, berniat mau menjelaskan soal foto itu saat didengarnya helaan nafas dari gadis disebelahnya itu.
"Gue selalu suka liat matahari terbit."
Sekali lagi gadis itu buka suara dan mengakhiri kalimatnya dengan satu senyum lebar, kemudian mulai beranjak dari situ tanpa menoleh sama sekali ke Altan yang dari tadi sudah berusaha mengajaknya ngobrol untuk membahas foto.
Altan cuma bisa bengong menatap punggung cewek yang mulai menjauh dari area pameran. Dari awal Altan sudah dicuekin dan sekarang malah ditinggal pergi begitu saja. Gak lama, muka bengong Altan sudah diganti dengan senyum yang kemudian berubah jadi kekehan kecil dan disertai gelengan kepala.
Dasar cewek aneh, batinnya.
Diliriknya lagi foto matahari terbit yang daritadi dipandanginya bersama gadis aneh itu, kemudian Altan mengalihkan perhatiannya ke kameranya yang tadi sengaja mengabadikan kejadian saat gadis aneh tadi memandangi foto didepannya dengan wajah tersenyum dan mata yang berbinar senang.
"Tapi... gue akuin, dia objek yang bagus." Altan tersenyum puas ngeliat hasil bidikannya.
***
Lagi-lagi pendek ya? Hehe maaf deh, gak bakat bikin cerita soalnya :p
Sekali lagi makasih buat yang udah iseng mampir ke cerita ini, maaf kalo kalian kecewa dengan tiap partnya yang pendek-pendek karena kayaknya part berikutnya pun masih pendek juga. Semoga ada yang terhibur yaa...
-a.r.a
YOU ARE READING
Chasing Moments
Short Story7 / 7 "Matahari terbit itu ibarat lembar baru buat gue. Bisa mandangin matahari terbit lagi setiap harinya bikin gue ngerasa kalau gue masih punya kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru." -Dira- "Buat gue, bisa menangkap suatu moment dan me...