GUNADHYA (LIMA BELAS)

1.5K 61 5
                                    

Akibat perkelahian geng Algar dan Lexsan Guna dan beberapa yang lain sudah ditangani oleh dokter. Laskar sebagai ketua geng tak terima atas penyerangan Lexsan. Karena Lexsan membawa sangat banyak anak buah ke bascame mereka.

Berbeda dengan kondisi Laskar yang baik-baik saja. Rafiqsi dan Guna mengalami luka yang cukup serius. Hal itu membuat Sheera tetap menunggui Guna di rumah sakit, tentunya tidak sendiri, di sana juga ada Sesa yang baru saja datang.

"Cepet sembuh." Sesa mengelus pucuk kepala Guna. Sheera yang melihat itu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Gue baik-baik aja, kok." Guna meraih tangan Sesa. Membawanya ke dalam genggamannya.

"Gimana baik. Lihat wajah kamu jadi jelek gini." Guna tersenyum melihat wajah galak Sesa. Sungguh menggemaskan.

"Aku ke luar dulu." Keduanya langsung menoleh ke arah Sheera. Sesa mengangguk lalu tersenyum tipis ke arah Sheera.

Sheera menundukkan kepalanya. Entah kenapa saat ia melihat kedekatan Guna dan juga Sesa membuat hati Sheera menjadi tak enak. Sheera takut menjadi perusak hubungan keduanya, mau bagaimana pun Sesa lebih dahulu bertemu Guna.

"Masa aku mundur?" Sheera langsung menggeleng kencang. Bisa mati jika ia tak mengganggu Guna sehari saja.

"Lebay lo!"

"Hah?" Sheera memutar tubuhnya. Sheera langsung tertegun ketika dahinya terbentur tubuh seorang yang berada di depannya itu.

"Kamu bisa baca pikiran?" Sheera menunjuk wajah Rans penuh selidik.

"Kepo lo." Rans mendorong dahi Sheera hingga menjauh. Sheera mengerucuti bibirnya, langsung mengelus dahi korban kekerasan Rans.

"Ngapain lo di sini?" ketus Rans.

"Kepo," balas Sheera sambil membalikkan tubuhnya ingin melangkah pergi. Namun, gagal karena Rans lebih dulu menarik tangannya, hingga kembali menubruk tubuh Rans.

"Apaan, sih?" Sheera mendorong Rans. Menatap Rans kesal.

"Ngapain lo di sini?" ulang Rans. Entah kenapa membuat Sheera geram.

"Ya jenguk calon suami akulah!" Bukannya menanggapi Rans malah memutar bola matanya malas.

"Alay lo." Setelah mengatakan itu Rans melangkah pergi begitu saja. Meninggalkan Sheera yang mengepalkan tangan, menahan diri untuk tak menghancurkan wajah tampan Rans.

"Untung temennya Guna." Sheera melangkah pergi menjauh dari ruangan Guna. Mungkin dirinya harus pulang terlebih dahulu, takut jika Renata marah karena dirinya keluyuran seperti ini.

***

Sheera berjalan mengendap memasuki rumahnya. Hari sudah mulai gelap, dan baru saja Sheera sampai di rumahnya. Kali ini rumahnya sangat sepi, bahkan semua lampu padam. Sheera meraba dinding, mencari saklar lampu.

"Dari mana Tuan Putri?" Sheera tersentak kaget saat melihat Renata dan Darra sedang menatapnya tajam.

"Mama." Sheera berjalan mendekati keduanya. Tersenyum tipis, untuk menutupi rasa takutnya.

"Dari mana kamu?" Renata berkacak pinggang, sedangkan Darra sudah bersedekap dada sambil tersenyum miring.

"Aku dari rumah temen, Ma," jawab Sheera sambil menunduk takut. Tatapan Darra dan Renata membuat pertahanannya seketika runtuh.

"Abis jual diri, paling." Mendengar nada mengejek itu membuat Sheera langsung menggeleng. Menyangkal ucapan kakaknya barusan.

"Beneran temen, Ma," ucapnya berusaha meyakinnya.  Renata memutar bola matanya malas. Menatap Sheera dengan pandangan benci.

"Jangan buat saya malu. Sudah malam dan kamu baru saja pulang?"

"Biasanya Mama enggak larang aku," bantah Sheera tak terima. Biasanya Renata sama sekali tak peduli jika ia pulang malam, atau bahkan tak pulang sekali pun.

Plak

Sheera memegangi pipinya yang terasa panas.  Sungguh hari ini dia sangat lelah, dan sekarang harus berhadapan dengan Mama dan Kakaknya.

"Kamu semakin melawan!" bentak Renata sambil menarik rambut Sheera kasar. Sheera memekik kaget, berusaha menahan agar rambutnya tak ditarik oleh Renata.

"Anak sialan, enggak tau diri!"

"Bunuh aja, Ma." Darra yang sedari tadi diam akhirnya ikut mengompori.

"Maaf, Ma." Sheera menangis menahan sakit di kulit kepalanya. Bukannya berhenti Renata semakin menguatkan jambakannya.

"Mama ampun." Sheera memegangi rambutnya, agar rasa sakit dari jambakan Renata berkurang. Walau semuanya hanya sia-sia, Sheera tetap merasa kulit kepalanya seakan akan terlepas.

"Kamu sekarang makin kurang ajar, harus saya kasih pelajaran dulu!"

"Kasian," cibir Darra yang sedari tadi menonton aksi ibunya.

"Sana masuk kamar!" Renata mendorong Sheera hingga tersungkur. Setelah itu pergi keluar rumah, tak lupa menarik Darra ikut bersamanya.

Sheera memandang sendu dua orang yang sangat ia sayangi itu. Rasanya sakit saat luka ibunya tak pernah sembuh.

"Papa, maafin Sheera. Semua ini karena Sheera." Sheera menundukkan kepalanya. Membiarkan rambut panjangnya menutupi wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. Hari ini akan selalu Sheera ingat, kedekatan Sesa dan Guna, serta kemarahan ibunya.

Jangan lupa nabung buat peluk Guna. Jangan lupa vote dan komen juga.


Gunadhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang