Dafi mematikan mesin motornya setelah parkir di teras kosan. Ia melepas helm dari kepalanya kemudian menggantungnya di spion motor. Tubuhnya yang semula duduk di jok kini berdiri tegap. Tangannya terulur melepas kunci motor kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Sekarang pukul dua siang. Dafi sudah makan siang, tidak ada kelas kuliah lagi untuk hari ini, dan ini waktu yang tepat untuk bersantai. Tubuhnya direbahkan diatas kasur yang sudah menemaninya selama setahun ini.
Ia merogoh handphone di kantong celananya, melihat notifikasi Whatsapp dari Anas, perempuan yang beberapa bulan terakhir akrab dengannya. Teman mabarnya, teman ceritanya, teman recehnya, teman teleponnya, teman semuanya.
Senyum kecil terulas di bibir Dafi. Jemarinya dengan kilat membalas pesan-pesan Anas. Tak butuh waktu lama pula baginya untuk menerima kembali pesan balasan dari Anas.
Anas
Gabut nih
Mabar yukDafi
SkuyDafi segera berpindah dari Whatsapp menuju PUBG Mobile. Game satu ini menyimpan banyak cerita. Cerita tentang Dafi dan Anas. Pertemuan mereka, keseharian mereka, bahkan perasaan mereka.
Ah, sudah dulu ya. Dafi udah nggak mau diganggu lagi. Mau fokus sama Anas dulu, katanya.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Safe Zone
Teen FictionAnas pertama kali bertemu Dafi melalui game online. Semenjak itu mereka selalu bermain bersama dan banyak menghabiskan waktu mengelilingi dunia game tersebut. Saling bekerja sama, saling melindungi, dan saling membantu untuk sama-sama mencapai level...