1. Hal Pertama Yang Terucap

100 13 43
                                    

Sekilas Q&A

Q: Seberapa niat author buat cerita ini?

A: Se-niat Nara gangguin Galen nanti.

Q: Ceritanya dijamin seru dan gak garing nggak nih? Kalo garing aku males baca.

A: Dijamin kriuk-kriuk dah.

Q: Target jumlah kata per part?

A: Readers, mohon jawab di sini.

Q: Bakal dikasih visualisasi tokohnya nggak?

A: Bakal dong, biar bisa menambah level kehaluan kalian.

Jika ada yang mau ditanyakan lagi, mohon tulis di sini.

***

Happy reading, don't forget to vote, comment and SHARE!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading, don't forget to vote, comment and SHARE!

***

Cowok keren berpenampilan acak-acakan yang berdiri mematung sambil membawa serta bola basket di tangan kanannya itu mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dia menatapi gerbang rumahnya yang telah terbuka lebar dengan tanda tanya besar.

Mama dan Papa sudah pulang kerja?

Siang-siang begini ... Masa?

Kok terasa janggal.

Karena malas untuk berasumsi, dengan langkahnya yang lebar, akhirnya cowok itu memutuskan untuk menghampiri Mang Darman— satpam di rumahnya—dan menanyakan siapa gerangan pemilik dari mobil hitam asing yang terparkir di depan halaman rumahnya saat ini.

“Mang Man, sejak kapan Mama sama Papa kelilit utang? Jadi akhirnya ada pihak bank yang datang buat sita rumah dan usir Galen sekeluarga dari sini?” tanyanya lempeng ke hadapan sesosok paruh baya bertubuh tambun itu.

Mang Darman yang kala itu sedang asik menyeruput kopi sambil mendengarkan alunan lagu dangdut yang dia putar dari radio itu menghentikan aktivitasnya sejenak.

“Nyonya dan Tuan mah official keluarga sultan atuh, Den. Mana ada yang istilah kelilit sama utang dan berurusan sama pihak bank!" balas Mang Darman. “Aya-aya wae si Aden mah ari nanya teh!”

Mendengar jawaban dari mulut Mang Darman, Galen manggut-manggut. Iya juga sih, cukup dengan melihat rumah megahnya saja yang luasnya hampir terhitung satu hektar lebih dan jika dijual mampu menembus harga 45 M ini cukup bisa untuk menggambarkan seberapa sultan keluarganya itu. Dan sekedar info yang berjalan, rumahnya itu bukan cuma satu, lho.

“Jadi, mobil item itu punya siapa Mang?”

Mang Darman melongok ke arah yang Galen tunjuk. “Oh, itu! Tamu Tuan sama Nyonya, Den.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love VirusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang