1-HER

40 6 3
                                    

Helaan nafas berat kembali terhembus menyatu dengan semilir angin malam. Sejuk malam sehabis hujan berderai tidak juga menenangkan gejolak perasaan abstrak yang dialami Dande. Begitulah ia dipanggil.

Sukar untuk dideskripsikan namun gadis berambut kelabu itu tahu jelas pada siapa perasaan tersebut tertuju.

Seseorang yang dibuat kecewa olehnya. Dibuat sedih olehnya. Hingga tatapan teduh yang selalu ia dapat ketika bertemu pandang dengan manik hazelnya terganti oleh pedih yang membuat Dande merasa buruk.

Jeon Wonwoo namanya. Seseorang yang memberi beragam warna lainnya dalam hitam-putih hidup milik seorang Dandelion. Seseorang yang dengan lancang Dande kecewakan sebegitu dalamnya.

Dande kembali meneguk isi bir kalengan sampai tandas. Menaruhnya asal bersama tumpukan kaleng bir lainnya yang juga telah kosong.

Semburat merah muda menghiasi kedua pipi Dande. Ah, tidak lagi merah muda, nyatanya warna merah benar-benar menjalari wajah Dande. Setiap orang yang mengenalnya tahu ia bukan peminum yang baik. Beberapa teguk saja mampu menumbangkan Dande dalam sekejap.

Entah keajaiban apa sampai beberapa kaleng tidak juga membuatnya tumbang malam ini.

Akalnya tidak bisa membedakan lagi antara imaji dan nyata ketika ia meraih ponselnya dan men-dial angka tiga. Otomatis menyambungkannya dalam panggilan dengan Wonwoo, nama yang tertera pada layar ponsel.

Dande dalam ketidaksadarannya yang makin terkikis tergelak saat telepon ditolak seperkian detik berdering. Jika dirinya masih Dande yang sama kala sehari setelah hubungan mereka berakhir, pastinya Dande akan menangis. Kali ini tidak lagi, mungkin. Dirinya yang berbuat bodoh dan mendapat imbalan yang setimpal. Diabaikan dan tidak dianggap pernah ada oleh pria bermarga Jeon itu.

"Wonwoo. Katamu, kalau rindu itu bilang saja. Katamu, kamu akan langsung berada di sisiku. Tapi, kenapa teleponku saja ditolak? Aku merindukanmu.

Oh iya, aku lupa." Nada sedih tersirat jelas dari gelak tawa Dande. "Aku bodoh. Aku bodoh sekali. Aku bodoh sekali karena berharap kamu juga merindukanku."

"I miss you. I'm really."  Bisiknya.

Dande kembali meraih ponsel dalam pangkuannya dan menggenggamnya, berharap ia akan mendengar kembali suara berat nan lembut milik Wonwoo. Tidak apa jika setelah itu langsung ditutup. Satu kata saja. Untuk kali ini saja.

Kedua maniknya memanas dan kabur oleh air mata yang menggenang yang rapuh. Seakan sekali kedip mampu meluruhkan tangisnya.

Tolong. Aku mohon. Sekali saja.

"Halo."

Air mata luruh menetes. Isaknya tersedu sedan hingga seluruh kata yang ingin diucap tidak tersampai dan tercekat di tenggorokan.

"Aku... Aku merindukanmu. Maaf."





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just OnceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang