Rio dibawa untuk menunggu keputusan hukum di sebuah ruang interogasi di lantai terbawah istana.
"Tolong tunggu disini. Seorang penyelidik akan datang tak lama lagi,"
Kata seorang ksatria yang mengawalnya sebelum ia meninggalkan ruangan, pintu dikunci dibelakangnya.Rio melihat ke sekelilingnya. Tidak ada jendela di ruangan interogasi ini, hanya meja kayu dan juga kursi yang ditempatkan ditengah. Sebuah pemandangan yang benar-benar suram untuk dilihat. Satu-satunya jalan keluar adalah pintu dibelakang, yang dikunci dari luar. Sekali pintunya dikunci, ini akan menjadi ruang yang benar-benar terisolasi.
"Aku tebak mereka sangat tak mempercayaiku," gerutu Rio, yang tidak senang akan situasinya.
Untuk catatan, Vanessa dan yang lainnya buru-buru pergi dengan flora ketika mereka menyerahkan Rio pada petugas pengawal. Dia telah memberikan mereka laporan singkat tentang apa yang terjadi saat menuju kesini, tapi tapi mereka tetap menahannya untuk menunggu keputusan sebagai saksi utama sampai Flora bangun dan mengkonfirmasi kebenarannya.
Oleh karena itu, mereka mengadakan investigasi resmi untuk merekam jejak kejadiannya. Mereka sama sekali tak menghabiskan banyak waktu, yang menjadikannya sangat masuk akal. Berdasarkan posisi mereka masing-masing dan juga hubungannya, perlakuan seperti ini dapat diharapkan. Rio dapat mengerti hal itu. Tapi jika ia boleh jujur, menjadi tersangka sama sekali tak menyenangkan.
Atau mungkin akan lebih baik jika Rio tak menyelamatkan Flora. Kemudian dia tak akan diperlakukan seperti ini sekarang... dia belum melakukan satupun kesalahan, malahan dia ditunjuk sebagai tersangka dan diperlakukan layaknya kriminal — semua itu hasil dari tak bisanya ia untuk membuang gadis yang tak sadar dan menggendongnya keluar. Dunia ini tak adil: kebaikan hanya ditunjukkan untuk yang kuat, sementara yang lemah mendapat perlakuan yang tak layak. Meskipun Rio pastinya telah mengetahui hal tersebut... Rio menghembuskan nafas berat yang terisi oleh semua rasa frustasi dan bergerak kearah kursi yang jelek. Dan duduk diatasnya, yang jauh dari kesan nyaman.
Dia menyilangkan tangannya dan menutup matanya dengan kerutan. Dia tak punya informasi, tak ada rencana untuk masa depannya, dan tak mungkin untuk merubah situasi hanya dengan memikirkannya.
Jadi... dia memutuskan untuk tenang dan menunggu sebagai gantinya. Segera setelah jantungnya telah tenang, suara kunci yang dibuka dapat terdengar. Kemudian, pintu terbuka, dan tiga pria muncul. Mereka semua memakai seragam dari Royal Guard, tapi pria yang paling depan, yang terlihat berusia akhir dua puluhan, memiliki banyak hiasan khusus yang ditambahkan. Rupa wajahnya cukup proporsional, tapi ada sesuatu yang megah tentang caranya menatap Rio dengan tatapan mencela. Ksatria mewah itu memberikan Rio sebuah tatapan sekilas sebelum langsung membuka mulutnya.
"Aku Charles Arbor, wakil komandan dari Royal Guard dan investigator atas kasusmu. Kami akan menanyaimu beberapa pertanyaan; jika ingin cepat dilepaskan, kemudian jawablah dengan jujur," dia memerintah dengan aura yang menunjukkan superioritasnya.
Rio mengerutkan alisnya saat Charles duduk di kursi di arah yang berlawanan dengannya.
"Apakah kau salah satu yang menculik yang mulia, Putri kedua?" Dia bertanya saat membalik beberapa dokumen. Dia tak terlihat peduli pada perasaan Rio sama sekali.
Ksatria yang melayaninya sebagai penulis catatan yang duduk di disebelah Charles dan mulai menulis Testimoni Rio. Sisanya berdiri dengan mengintimidasi Rio.
"...Tidak, bukan aku," Rio menjawab dengan terus terang, merasa sedikit terganggu terhadap sikap arogan Charles.
"Kemudian dimana kau menemukan Putri Kedua?"
"Di gubuk kayu kawasan kumuh. Dia terjebak dalam sebuah karung."
"Mengapa kamu disana?"
"Orang yang membesarkanku tinggal disana,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seirei Gensouki-Spirit Chronicles [VOL 01]
Fantasy[Ini Adalah Veri Light Novel] Amakawa Haruto adalah seorang pemuda yang meninggal sebelum bersatu kembali dengan teman masa kecilnya yang menghilang lima tahun lalu. Rio adalah seorang anak lelaki yang tinggal di permukiman kumuh yang ingin membalas...