1# Pindah Sekolah

4 0 0
                                    

"Alexa! Cepat! Mama nanti telat!" teriak mama Valey (mama gue) dari ruang keluarga.

"Iya ma tunggu!" teriak gue dari kamar sambil memasukkan harta gue, apalagi kalo bukan makeup haha.

Gue langsung turun setelah semua harta gue masuk ke tas. Dan gue lihat udah ada Bagas, abang gue yang udah berpenampilan bak model papan triplek.

"ngapain lo?" tanya gue ketika udah berada tepat dihadapan Bagas.

"nganterin lo, kalo bukan disuruh mama juga gue ogah kali," jawab Bagas ketus dan langsung masuk ke mobil yang sudah berada di depan teras.

"kapan coba kalian akur, pusing mama denger nya," kata mama sambil merangkul gue.

Gue cuma nyengir-nyengir sambil masuk mobil bersama mama.

Oh iya, papa dimana? Iya, papa sudah meninggal sejak gue masih duduk di Sekolah Dasar. Dan sekarang mama yang mengurus semuanya, mama mengambil alih perusahaan minyak papa dan mengembangkannya. Bagas juga membantu pekerjaan mama, sedangkan gue? Yang nikmatin hasilnya. Gadeng haha. Gue belum boleh membantu perusahaan karena umur gue yang masih belum cukup dewasa untuk berkomitmen kata mama. Bener juga sih hehe.

15 menit kemudian kita sampai di sekolah baru gue, SMA Garuda. Gue pindah sekolah kesini karena keluarga gue pindah rumah, ya kurang lebihnya kayak gitu.

"mau dianterin gak?" tanya mama.

"dih amit-amit masih dianterin," ledek Bagas.

"berisik lo! Gak ma, lexa bisa sendiri, dadahh," kata gue sambil keluar dari mobil setelah mencium punggung tangan mama.

Gue dengan santai nya memasuki lobby, dan gue rasa pandangan siswa siswi menuju ke arah gue. Tapi gue tetap jalan sampai akhirnya ada yang menghalangi jalan gue.

"minggir," kata gue ketus.

"ckckck siapa nih?" tanya cowok dihadapan gue.

"WAHH ANJIRR DIRGAA!!" teriakan mulai bersautan.

Gue dengan cepat jalan melewati cowok tadi. Gak jelas banget.

"eh, gue lagi nanya seenaknya aja lu mengabaikan gue," kata cowok itu sambil menahan tangan gue di depan pintu aula.

"terus?" tanya gue muak. Gue paling gasuka di introgasi.

"ikut gue," ajak cowok itu sambil merangkul gue dan jalan entah kearah mana.

"lepasin tangan lo atau gue teriak?" ancam gue sambil menatap tajam.

"berisik ya," tanpa diduga cowok tadi langsung mencium kening gue.

Wtf!

"anjing! Gue laporin lo!" teriak gue sambil mendorong badan cowok itu.

"laporin aja, orang disini cuma kita berdua doang dan gaada cctv," kata dia sambil mengeluarkan smirk.

Sialan!

Tiba-tiba ada 3 orang cowok dari belakang gue, dan gue langsung lari mengumpat dibalik badan salah satu cowok itu.

"tolongin guee! Gue dicabulin dia!" kata gue berlebihan.

"Hahahaha," ketiga cowok dan cowok brengsek tadi seketika tertawa terbahak-bahak.

Eh?

Seketika itu gue mundur, tapi ternyata tubuh gue udah dipojokan dinding.

"lo bilang gue cabulin lo? Apa emang bener mau gue cabulin?" tanya cowok brengsek sambil mendekati gue.

"enggak! Mendekat gue lapor polisi!" teriak gue.

"sstt," dia sudah berada tepat di depan wajah gue.

DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang