Tilulit
Terdengar suara pintu apartemenku terbuka, Choi Yeonjun jangan ditanya lagi, yang mengetahui password apartemenku hanya aku, keluargaku dan seorang, siapa ya? aku bingung harus mengatakan Yeonjun apa, dia sahabatku tapi terkadang menjadi dalang kekesalanku tapi, dia bisa juga menjadi bodyguardku, dia juga bisa menjadi timerku untuk meminum obat karena jantungku dari kecil memang sudah bermasalah, ya aku akan memasukkannya ke keluarga, karena semua keluargaku mengenalnya.
“ya! Kau jadi membelikanku apelkan?” tanyaku pada Yeonjun sambil mengeringkan rambut di kamar mandi.
“eeoohhh, tanganmu sudah kau obati?” tanyanya, sudah kuberi tahu dia itu kadang menjadi super perhatian disaat-saat tertentu.
“belum” jawabku cengengesan keluar dari kamar mandi.
“kau itu perempuan, harusnya bisa mengingat-ngingat hal sekecil ini, kalau nanti lukamu berbekas bagaimana?” katanya sambil berdiri menuju tempat kotak obat, ok mode mengomel ala eommaku mulai muncul lagi.
“aku baru selesai mandi Yeonjunaah” belaku.
“sini tanganmu” diapun mulai mengobati telapak tanganku yang terluka. Ya ini memang kecerobohanku juga, dengan kebodohan alamiku aku malah menggenggam pecahan kaca dan terlukalah tanganku.
“lain kali, jangan diulangi lagi” kata Yeonjun.
“hmm” jawabku.
“ya, Yeonjunah bukankah diluar sedang hujan?” tanyaku padanya memastikan kondisi diluar.
“hmm sedang hujan, jangan main air hujan, nanti sakitmu kambuh” jawabnya terdiam sesaat.
“jangan bilang kau hari ini benar-benar tidak keluar dari rumah?” tanya Yeonjun sambil menghentikan tangannya yang mengobati lukaku.
“hmmm, wae?” jawabku apa adanya.
Seketika dia menjadi agak kasar pada tanganku, dan langsung berlalu menuju dapur.
“kau hari ini benar-benar tidak makan?” tanyanya sambil memperhatikan isi kulkasku yang hanya berisi apel yang dia bawa tadi.
“hmmm aku makan” jawabku dengan dusta yang sangat terlihat.
“ya piring-piringmu, tempat sampahmu, isi kulkasmu, sangat spesifik dengan kemarin malam, ini yang kau katakan sudah makan?” tanyanya dengan mode rapp cerewet ala Jin Oppa.
“aku malas keluar, diluar seharian ini juga hujan dan aku saat ini libur, bukankah ini momen yang sangat langka?” kataku jujur sambil mempoutkan bibirku.
“kenapa tidak bilang kalau kau belum makan?” tanyanya sambil menarikku kembali ke ruang tengah.
“aku sudah meminta tolong padamu untuk membeli apel, aku tidak ingin merepotkan lagi” jawabku jujur.
Sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi mataku diapun menghaluskan suaranya “jangan pernah berpikir kau itu merepotkanku, eommamu menitipkanmu padaku, eommaku memintaku menjagamu dengan tulus, apapun itu katakan saja” katanya bersungguh-sungguh.
“maaf” hanya itu yang keluar dari mulutku.
“lalu sehari ini apa kau benar-benar tidak makan?” tanyanya mengambil botol obat yang terletak tepat ditengah meja ruang tengah, sengaja diletakkan disana agar tidak lupa diminum.
“aku hanya makan ramyeon, agar perutku tidak kosong saat meminum itu” jawabku sambil menjunjuk bungkus obat yang saat ini masih digenggamannya.
“jangan pernah ragu untuk minta tolong apapun itu, aku benar-benar tulus ingin menjagamu dan merawatmu Yoojinaa” kata Yeonjun dengan penuh ketulusan sambil menggenggam tanganku.
“hmmm” jawabku sambil mengirimkan sinyal bahagiaku dengan media mata bulan sabitku.
Disaat seperti ini aku baru ingat bahwa Yeonjun juga memiiki jabatan yang cukup berarti dalam hidupku, dia sangat berjasa dalam hidupku selama aku merantau, dia selalu ada ketika aku memerlukan teman, bantuan dan pertolongan, seorang Yeonjun merupakan definisi paket sempurna untukku.
Choi Yeonjun dia merupakan Tunanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TXT Oneshoot
FanfictionHanya sekumpulan kisah cinta para pemuda yang kalian kenal dengan nama grup TXT yang beranggotakan Soobin, Yeonjun, Beomgyu, Taehyun dan Hueningkai, happy reading gais.