“Jennie, please. Kalau kau tidak bisa menjadi kekasihku. Ku mohon, sekali … saja. Mau, ya, berkencan denganku?”
Entah sudah sejak kapan, Hwang Taehyung kehilangan harga dirinya di depan Hwang Jennie. Dari seluruh wanita yang ada di seantero SMA ini, hanya Jennie yang tidak pernah berhasil ia taklukkan. Penolakan tanpa jeda, selalu gadis cantik berambut semampai itu lontarkan pada Taehyung setiap kali pemuda bertubuh tinggi tegap itu mengajaknya berkencan.
Padahal menurut Taehyung, akan sangat serasi jika ia dan Jennie benar-benar berpacaran. Banyak kesamaan yang mereka miliki. Salah duanya, mereka sama-sama populer di sekolah karena paras mereka yang rupawan. Bukan tidak mungkin, jika berita tentang keduanya yang resmi menjadi sepasang kekasih menyeruak di SMA mereka. Gelar couple of the year akan mereka sandang tahun ini. Lalu, jangan lupakan jika Taehyung dan Jennie sama kayanya. Bahkan, ayah keduanya adalah teman baik. Itu satu point plus. Setidaknya bagi Taehyung.
“Sudah berapa puluh kali kukatakan kepadamu, Taehyung. Tidak! Aku terlalu sibuk untuk berkencan denganmu.” Dengan langkah tergesa Jennie berusaha menghindari Taehyung yang terus mengekorinya di sepanjang koridor sekolah.
“Jennie tunggu!” Sembari berteriak, Taehyung berusaha mengejar Jennie.
Gadis bermata tajam seperti kucing itu menghela napas dan merotasikan bola mata malas. Terpaksa menghentikan langkah dan membiarkan Taehyung menghadangnya di depan.
“Apa lagi?” tanya Jennie jengah wajahnya mendongak pada Taehyung.
“Sebenarnya, apa yang kurang dariku? Aku ini memang kurang pintar. Tapi aku tampan. Cool. Aku juga punya black card. Ingat, seringnya aku datang ke rumahmu membawa barang-barang mewah. Jarang sekali dengan tangan kosong. Apa itu belum cukup?”
“Hah.”
Jennie, yang memang ratu sekolah mereka—menjabat sekretaris osis dan captain cheers—mengibaskan rambut panjangnya dan tertawa meremehkan. Sejujurnya, Jennie tidak pernah meminta Taehyung untuk membelikan barang-barang mewah. Itu, inisiatif Taehyung sendiri. Lagipula, apa dia lupa bahwa Jennie pun bisa membeli sendiri barang-barang mewah yang ia inginkan. Bahkan, jika ia merengek pada sang ayah, mungkin saja pria itu akan membeli perusahaannya sebagai hadiah untuk Jennie.
“Kau pikir aku bisa dibeli dengan barang-barang mewah? Sekarang minggir. Aku mau pulang,” ucap wanita itu dengan tatapan tajam.
“Jennie!”
Taehyung berteriak frustasi setelah Jennie melewatinya bahkan membenturkan bahunya pada milik pemuda itu. Seolah mengatakan bahwa bocah itu bukan apa-apa untuknya.
“Ah! Dasar gadis menyebalkan!”
Taehyung menghentakkan salah satu kakinya ke lantai saking kesalnya dilanjutkan menyisir rambutnya ke belakang. Ia tahu ia sangat kesal pada Jennie tetapi ia juga tahu ia tidak dapat berhenti begitu saja sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.
“Awas saja, Hwang Jennie. Kau harus menjadi milikku,” monolog siswa tahun terakhir SMA itu dengan tekad bulat, sambil memandang punggung gadis yang paling ia cintai di sekolah perlahan menjauh.
***
“Oy, Jungkook! Mengapa belum pulang?”
Saat berjalan menuju parkiran motor siswa, Taehyung melihat Jungkook berjalan seorang diri. Ia lantas mendekat dan merangkul sahabatnya yang paling kalem itu.
Memang pemandangan ini agak sedikit kontras. Ryu Jungkook yang sangat pendiam, merupakan siswa teladan, dan Hwang Taehyung yang memang anak berandalan tidak mungkin jika tergabung dalam sebuah circle pertemanan apalagi boyband. Orang yang tidak tahu mungkin akan berpikir salah paham. Mengira Jungkook adalah korban perundungan Taehyung. Padahal tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love ✔ | Pindah Fizzo
Romance(Cerita ini tayang di aplikasi Fizzo) Hwang Taehyung sudah lama mencintai Hwang Jennie. Segala usaha dia lakukan untuk mendapatkan hati gadis cantik nan angkuh itu. Wajar angkuh, predikat gadis cantik disekolah jatuh kepadanya. Apalagi latar belaka...