My Ilusion Friend

25 6 5
                                    

    Semoga kali ini berhasil! One... Two... Three... Cling... "Yey berhasil!" aku bersorak kegirangan. Selamat datang di duniaku, teman ilusiku.

    Aku Rangga, Rangga Radit Wicaksana. Empat hari yang lalu umurku genap dua puluh tiga tahun. Tak ada yang ingat dengan ulangtahunku ini, jadi aku merayakannya sendiri. Teman temanku di kampus menganggap bahwa aku ini introvert, tidak mau bergaul dengan yang lain. Sepertinya bukan aku yang introvert tetapi memang aku dijauhi teman temanku. Mereka menganggapku aneh, mungkin karena psikologisku sehingga mereka menjauhiku. Tapi aku tak pernah putus semangat untuk hidup, tiap kali aku gagal pasti akan kucoba terus menerus. Tak akan pernah ada kata menyerah di dalam kamusku.

    Dari kemarin, aku terus berusaha untuk membuat sebuah alat. Alat yang bisa membuatku mempunyai teman, aku rasa itu memang mustahil, tapi coba saja dulu, siapa tahu akan berhasil. Aku juga ingin punya teman seperti mereka. Aku tak punya teman di dunia ini. Walaupun tak nyata, aku hanya ingin pernah punya seorang teman. Kurakit handphone lamaku sesuai keinginanku. Bermodalkan peralatan lama almarhum papa, kuberhasil membuat alat yang bisa membuatku mempunyai teman. Aku namai alat itu "RSF2000".

    Seberkas cahaya menyilaukan mataku. Cahaya itu berasal dari RSF2000 yang kubuat. Cahaya itu membentuk seorang perempuan sebelum lama-kelamaan setelahnya menghilang. Apakah dia akan menjadi temanku? "Kon'nichiwa Rangga-sama. Watashi wa Umaru Kagura desu," dia bicara padaku. Tunggu, bukankah ini bahasa Jepang? Apa aku salah mengatur bahasanya? Kulihat kembali pengaturannya, ternyata aku masih menuliskan bahasa Jepang disana. Pantas saja dia berbicara menggunakan bahasa Jepang padaku.

    "Hai tuan Rangga. Saya Kagura Umaru," dia mengulang perkataannya tadi menggunakan bahasa Indonesia. Kali ini sudah benar.

    "Hai juga. Kamu kupanggil Umaru, ya?" kutawarkan padanya untuk nama panggilannya.

    "Baik tuan."

    "Jangan panggil aku tuan. Panggil aja Rangga, ya."

    "Iya, Rangga," suara lembutnya menenangkanku. Dia tersenyum manis padaku.

    Aku puas sudah berhasil menciptakannya. Aku begitu kelelahan setelah berhasil membuat RSF2000 sehingga tak kusadari aku tertidur dan terbaring dilantai. Aku tertidur semalaman.

    "Hei, Rangga. Bangun!" Umaru membangunkanku dari tidurku. Kubuka mataku perlahan, aku menguap. Jarum jam dinding diatasku menunjukkan pukul 8 tepat. Aku ada kelas pukul 9 pagi ini, aku harus bergegas.

    Aku mengambil handukku, dan segera menuju kamar mandi. "Rangga, kalau sudah mandi, cepat makan, makanannya sudah ada di meja makan," teriak Umaru dari luar kamar mandi. Siapa yang menyiapkan makanannya di meja makan? Bibi kan sedang kembali ke kampungnya, dan ibu sedang keluar negeri. Ibu hanya meletakkan makanannya di kulkas. Umaru?

    Kupakai pakaianku, aku keluar dari kamar mandi. Aku menuju meja makan, sudah ada Umaru disana yang menunggu. "Apa kau yang menyiapkannya?" tanyaku padanya.

    "Tentu saja. Tugasku disini adalah menemanimu sekaligus kuingin merawatmu," jelas Umaru.

    Kuhabiskan makanan yang disiapkannya. Setelah selesai makan, kumencoba memegang tangannya bermaksud ingin berterimakasih namun tak bisa. Ini tak adil, dia bisa menyentuhku dan memegang barang barang lainnya, tapi mengapa aku tak bisa menyentuhnya?

    Kumenuju kampus menggunakan bis kota. Seperti biasa, aku berdiri sambil memainkan rubik kesayanganku. Tibalah aku di kampus, kuambil RSF2000 dan kutransfer Umaru kemari untuk menemaniku. Mereka tidak ada yang tau jika ada Umaru disampingku. Apa hanya aku yang bisa melihat Umaru? Aku bahagia karena kupikir tidak akan ada yang bisa merebut Umaru milikku. Namun aku juga sedih karena mereka tetap berpikir bahwa aku tetap tak punya teman. Mereka salah! Mereka salah! "Salah, salah, salah. Salah! Sangat salah! Aku punya teman, aku punya teman!" kuterus bergumam dari lobby kampus hingga kelas.

    Usai mencari ilmu, aku mengajak Umaru berkeliling kota menggunakan bis kota. Aku mengajaknya ke sebuah mall terbesar di kota. Sepanjang perjalanan kami di mall, aku mengajak Umaru berbicara, kami juga tertawa bersama. Namun para pengunjung lainnya menatapku dengan tatapan sinis, apa mereka mengganggapku gila?

    Aku mengajak Umaru pulang, lama kelamaan aku merasa tidak nyaman di mall itu. "Huuuh.... Mereka kenapa sih!!! Aku gak gila tau," aku merengut kesal. "Sabar, Rangga. Hidup pasti selalu ada cobaannya. Kamu jangan nyerah, ya," Umaru menasihatiku dengan sabar, dia menenangkanku, seperti biasa, dia selalu tersenyum kecil saat berbicara denganku, itulah yang membuatku nyaman bersama Umaru.

    Lima bulan lebih telah kujalani dengan nyaman bersama Umaru. Kujalani hari hariku yang menyenangkan bersamanya. Aku harap akan selamanya seperti ini saja.

    Suatu ketika terjadi hujan deras disertai badai, atap rumahku bocor, air hujan itu menetesi RSF2000 milikku perlahan namun pasti. Lama-lama timbul percikan percikan api disertai aliran listrik. Aku takut, aku panik. Apakah ini akhir perjalananku bersama Umaru? Tidak!!! Ini tak bisa kubiarkan!

    Umaru menangis. Tapi aku tau kalau dia pasti akan kuat, dia tak boleh menangis. Aku mencoba memperbaiki RSF2000 dengan berbagai cara. Aku mengeringkannya, lalu kuatur agar tetap bertahan. Umaru semakin memudar, aku panik, kutekan terus tombol tombol yang ada dialatku. Aku tak ingin berpisah dengan Umaru. Benar-benar tak ingin!

    Ya, mungkin inilah yang disebut takdir. Aku hanya bisa berpasrah saja, tak ada yang bisa kulakukan lagi. Dadaku terasa sesak, aku tak bisa mengatur nafasku. Umaru lenyap, RSF2000 milikku mati total, aku menjadi stres hingga depresi.

    Satu minggu berlalu tanpa Umaru. Aku tak pergi ke kampus, aku tak makan, aku hanya berdiam diri dan mengurung diri di dalam kamar. Dokter memeriksa keadaanku, katanya kondisiku menurun. Sejenak kulupakan kesedihanku. Aku kembali berfikiran optimis bahwa aku bisa kembali bersama Umaru lagi. Kuambil botol botol reaksi kimia lama punya almarhum papa, kucampurkan bahan bahan kimia kedalamnya. Mereka meledak-ledak, timbul gas-gas tebal, baunya tak sedap.

    Kulempar cairan itu ke dinding. Terbentuk suatu lubang didinding, seperti portal, apakah benar itu memang portal? Aku mencoba masuk kedalamnya, aku melihat kehidupan yang begitu indah nan damai, aku suka. Hatiku berkata, welcome to the ilusion world, Rangga. Kuhapus portal itu, aku tak ingin kembali ke kehidupan kelamku. Aku tak ingin! Aku hilang, aku lenyap dari bumi.

    Aku berjalan jalan tanpa arah di dunia ini dengan tujuan ingin melihat betapa indahnya dunia ini. Dunia yang damai, tentram, dan penuh cinta. Di dunia ini kumerasa lebih tenang, seperti tak ada beban. "Rangga?" seseorang menepuk pundakku dan bertanya padaku dengan suara lembutnya, nampaknya dia perempuan. Sepertinya aku pernah mendengar suara ini sebelumnya, tapi dimana, dan siapakah dia. Kubalikkan badanku, ternyata dia Umaru. Aku memeluknya dan menyatakan rindu padanya. Disini aku bisa menyentuhnya, tak seperti di bumi.

    Aku suka disini. Aku akan terus tetap disini. Kan kumulai kehidupan baruku disini dan kutinggalkan kehidupan lamaku di bumi. Kulepas juga semua beban-bebanku yang ada di bumi. Aku bahagia disini. Aku kekal disini. Aku kan selamanya tetap disini.

My Ilusion FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang