-a w a l-

3 1 4
                                    

Seorang gadis berseragam rapi sedang menunggu taksi yang akan mengantarnya ke sekolah, ia semakin berdecak pinggang saat taksi itu tak kunjung datang.

Sekilas ia melirik jam biru pastel yang melingkar di tangan dan kepanikan terlihat jelas di wajahnya.

"sial, telat lagi." umpat gadis itu.

Dia adalah Carla Ranendra Putri.

Sebuah angkutan umum melintas di depannya, sesegera mungkin ia memberhentikan angkut itu, Carla tampak tak yakin karna melihat banyak lelaki yang duduk menyeringainya.

Mau tak mau, Carla duduk disebelah pak supir dengan raut wajah kesal, kecepatan angkut itu sangatlah dibawah rata-rata, ingin rasanya ia menginjak pedal gas agar angkut itu melayang dan berhenti tepat di depan kelasnya.

"pak, lebih cepat." ujar Carla.

"eh, maaf non cantik, keselamatan itu lebih penting, saya membawa banyak nyawa disini non" jawab bapak supir itu khawatir.

Carla memutar bola mata nya malas, pasti hari ini ia akan berlari mengelilingi lapangan, atau membersihkan setiap koridor di sekolah, membayangkan nya saja sudah bergidik ngeri, apalagi melakukannya.

Tak lama, angkut itu berhenti di depan halte SMA Cakrawala, Carla berlari secepat mungkin dan melemparkan uang dua puluh ribu ke arah angkut itu.

"maaf pak, saya telat." teriak Carla dari kejauhan.

Pintu gerbang hampir ditutup beberapa inci lagi, Carla segera menepis tangan pak satpam dan menyodorkan uang lima puluh ribu, itulah jurus yang selalu digunakan Carla dalam situasi darurat, ia pikir, semua akan selesai dengan uang.

"bapak diem, gausah ngomong sama guru BK, awas aja kalau bapak bilang!." ancam Carla dengan tatapan sinisnya.

Satpam yang dipanggil 'pak' itu pun mengangguk takut, siapa yang berani melawan Carla di sekolah? anak dingin, cantik luar biasa, dan anak kandung dari pemilik yayasan.

Carla menghembuskan nafasnya lega, ia berjalan santai melewati koridor 2 , dan langkahnya terhenti saat sebuah tangan mencekal nya.

"lepasin tangan gue." acuh Carla tanpa menengok sedikitpun.

"gak akan." jawab pria itu, suaranya sangat familiar di telinga Carla, tapi itu dulu.

Refleks, Carla menoleh kebelakang dan tersontak kaget.

"G-Gio?" tanya Carla sesenggukan.

Gio mengangkat satu alisnya seolah olah menjawab sapaan Carla.

"sejak kapan lo sekolah disini?" tanya Carla bersedekap.

"sejak gue tau lo sekolah disini, lo jadi bocah gausah sok gitu, gue kangen lo yang dulu" tutur Gio mengacak rambut Carla gemas.

"gausah sentuh gue, gue kelas." sinis Carla kemudian berlari ke kelas nya.

Ia berhenti mematung di depan kelas saat menyadari ia telat di pelajaran sejarah , dengan guru terkiller sejagat SMA.

Guru itu keluar kelas dan menatap Carla dengan senyum devil nya.

"apa? hukuman apa?" tanya Carla to the point, karena sudah malas basa basi.

"larilah di lapangan sampai istirahat selesai, jangan berhenti atau saya hukum kamu lebih berat lagi." ceblos Guru itu, aish kejam.

"jadi guru ga ada toleransi sama sekali, suka banget nyiksa murid kaya gini. " — batin Carla.

Carla mengambil baju olahraga nya di loker dan mengganti pakaian nya, ia tak mau seragam nya basah keringat dan bau asam, itu akan menurunkan kepopulerannya di sekolah, dan jangan sampai itu terjadi.

C A R L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang