Dua Pesta

856 12 10
                                    

Sebuah kue tart berukuran cukup besar dengan hiasan sepasang boneka pengantin diletakkan di tengah ruangan. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat meja memanjang penuh dengan deretan hidangan yang menggugah selera. Beberapa orang masih sibuk mengatur dekorasi ruangan. Sebagian yang lain menata piring dan alat makan yang disusun di pinggir meja. Seorang perempuan bertubuh mungil dan berambut cepak sedang meneliti kue di tengah ruangan dengan seksama. Sesaat kemudian dipanggilnya dua orang asistennya untuk memperbaiki hiasan kue yang sedikit bergeser. Lalu ia berkeliling ruangan, mengawasi pekerja dekorasi yang telah sampai di tahap akhir.

Sesungging senyum terulas di bibir perempuan itu. Tak ada lagi yang kurang. Semua telah siap untuk pesta malam ini, pesta ulang tahun perkawinan sahabatnya. Diliriknya jam tangan berukuran sedang yang melingkari pergelangannya. Setengah jam lagi acara pesta dimulai. Perempuan itu melepaskan celemek yang mengikat pinggangnya. Dirapikannya ujung kemeja kasualnya. Meskipun suasana pesta, ia tidak melepaskan gaya dandanannya yang selalu sporty dan serba praktis. Pekerjaannya menuntutnya untuk selalu mampu bebas bergerak ke sana dan ke mari tanpa terhalangi oleh atribut dandanan yang merepotkan.

Perempuan itu mengerjapkan mata bulatnya saat pandangannya mengarah ke ujung tangga di sudut ruangan. Desis kekaguman keluar dari bibir mungilnya saat si nyonya rumah yang berwajah cantik dengan riasan tebal menuruni tangga menuju ke arahnya.

"Kamu terlihat sempurna Win..." desis mulut mungil itu. Mata bulatnya tak menyembunyikan kekaguman sekaligus rasa iri pada sahabatnya itu. Wina melebarkan senyumnya. Kedua tangannya terulur merengkuh perempuan mungil di depannya itu.

"Terima kasih Luna." Mereka berpelukan sebentar. Dua sahabat itu menampilkan sebuah pemandangan kontras, seorang perempuan cantik yang bergaya glamour berhadapan dengan perempuan bergaya kasual dan seadanya. Wina dan Luna.

"Dua boneka pengantin itu manis sekali?" Wina menunjuk pada kue tart di tengah ruangan.

"Itu terbuat dari gula juga. Bisa dimakan" jawab Luna dengan bangga. Lalu dikecupnya kedua pipi sahabatnya itu.

"Selamat atas ultah perkawinanmu ya Win. Sepuluh tahun itu bukan waktu yang singkat lho. Kalian memang hebat bisa bertahan mesra sampai sekarang," ucapnya. Wina tertawa senang sambil membalas pelukan Luna.

"Makasih ya, aku nggak tahu apa yang bisa kulakukan tanpa jerih payahmu ini," katanya. Luna tersenyum.

"My pleasure."

Wina kembali memeluk Luna. Pesta kejutan ulang tahun perkawinannya dengan Hudi ini semua adalah rancangan Luna. Sebagai seorang event organizer, bukan hal yang sulit bagi Luna untuk membuat pesta Wina terasa istimewa.

"Ingat Win, saat lampu dimatikan kamu sudah harus berdiri di depan pintu. Senyum manis, rentangkan tanganmu dan bilang I love you." Luna sibuk mengarahkan skenario pesta kejutan itu. Wina hanya manggut-manggut sambil terus memasang wajah ceria.

Menit-menit berlalu dan pesta kejutan yang telah dirancangnya berjalan sempurna. Seorang lelaki tampan tampak terkejut saat membuka pintu ruangan dan mendapati ruangan yang awalnya gelap gulita lalu menjadi terang secara tiba-tiba. Sang istri memeluknya sambil mengucapkan selamat ulang tahun perkawinan. Mereka lalu larut dalam suasana bahagia dan penuh cinta. Beberapa menit kemudian para tamu undangan berdatangan. Hidangan di meja, kue tart di tengah ruangan, semuanya diserbu dengan lahap dan penuh suka cita.

Luna tersenyum di sudut ruangan. Segala jerih payahnya tampaknya berjalan sempurna malam itu. Ada kelelahan namun juga kepuasan tersendiri menyaksikan setiap pesta yang ditanganinya berjalan lancar. Apalagi ini adalah pesta ulang tahun perkawinan sahabatnya sendiri.

Dua PestaWhere stories live. Discover now