Apakah yang lebih menyakitkan untuk mu saat dirimu harus menyerahkan cinta mu untuk sang kakak, itu lah yang saat ini gadis itu rasakan, prilly menatap sendu kearah semua orang yang kini tengah menatap nya, entah apa arti dari tatapan semua mata itu kepadanya, kasihan, atau lebih tepatnya mengejek dirinya yang kini tengah diam membisu di ujung tangga rumah nya.
prilly yang awalnya merasa terganggu dengan suara ribut yang berasal dar ruang tamu rumahnya, mencoba bangun dari tidurnya, mencoba mencari tahu hal apa penyebab keributan itu terjadi. Dan sekarang dia mengetahui semua nya, mengetahui hal yang mereka ributkan dan itu adalah hal yang menyakitkan untuknya.
"Prilly" suara tercekat itu memasuki indera pendengarannya setelah keheningan yang terjadi saat semua melihatnya
" i'ts ok papa, aku sudah denger semuanya" lirih nya dengan suara bergetar, untuk saat ini ia tidak mampu memperlihatkan dirinya yang baik-baik saja setelah mendengar kabar yang sangat tak ingin ia dengar dalam hidupnya.
"haruskah kali ini prilly kembali mengalah?" Tanya nya lagi
"Bukan harus tapi memang kamu tidak bisa untuk tidak merelakan ali menikah dengan prissi" kalimat yang terdengar seperti vonis kematian untuknya
"bukan kah disini kak sisi yang harusnya mengalah untuk ku, bukan kah seorang kakak yang harus berkorban untuk adiknya?" Tanya nya lagi dengan suara berbisik namun bisa terdengar kepada semua orang yang berada disana
"prilly, bukan saat nya kita membahas siapa yang patut berkorban, ini masalah sisi yang hamil karena perbuatan ali, dan sudah seharusnya dia bertanggung jawab, jangan egois kamu" suara bentakan itu berasal dari wanita paruh baya yang sudah berjasa menghadirkan nya di dunia ini tapi wanita itu juga yang tak pernah berlaku adil kepadanya.
prilly tersenyum miris, miris akan dirinya saat ini, menahan luka itu sendiri, tanpa ada yang mau tahu akan luka itu.
"Kapan aku pernah egois ma, bukan kah aku sudah terlalu sering mengalah untuk kak sisi, tidak boleh kah aku egois sekali ini saja untuk mempertahan satu-satunya cinta yang ingin kumiliki?" Tanya nya dengan suara pilu
semua terdiam namun tidak dengan sisi, dia tidak mungkin membiarkan prilly mempengaruhi mama, papa dan juga semua keluarga yang saat ini berada diruangan itu, dia harus melanjutkan rencananya, rencana yang sudah dia susun untuk mendapatkan ali kekasih adik nya, pria yang begitu ingin dia miliki.
"Prilly tolong kakak, tolong lepaskan ali untuk menikah dengan kakak, untuk anak yang kakak kandung saat ini" pinta nya memelas
prilly terkekeh lagi dan lagi kakaknya itu membuat suara memelas yang membuat semuanya akan kasihan mendengarnya.
"sisi" sentak ali yang tak terima jika sisi mendesak prilly untuk melepasnya, jelas jika bukan itu yang dia mau, ini sebuah jebakan.
"melepaskan, kenapa harus bukan kah kehamilan itu kakak yang menginginkan nya, bukan kah ini semua jebakan yang kakak lakukan untuk merebut bang ali dari ku, kenapa kakak harus berbuat keji seperti itu untuk menyakitiku" teriaknya marah, sudah cukup dirinya menahan lagi dan sungguh dia tidak mampu bertahan lagi.
Plakkkk
suara tamparan menggema diruangan itu, emilia tanpa sengaja menampar pipi prilly, semua mata memandang tak percaya kearah amelia yang dengan tega menampar putrinya sendiri
"Emilia, jangan pernah menyakiti putriku" teriak rehan marah, emilia sendiri tersadar dengan kesalahan yang ia lakukan, namun ia tidak mampu menahan amarahnya saat mendengar prilly merendahkan sisi kakaknya.
prilly tersenyum sembari menyentuh pipinya, menatap penuh luka kearah mamanya.
"Prilly tahu, prilly bukan lah anak yang mama sayangi, sekarang semua terserah mama, seperti biasa prilly tidak akan melawan, maaf om tante akan drama yang sudah ily buat, ily pamit" setelah mengucapkan salam maaf nya kepada kedua orangtua ali, prilly pergi meninggalkan semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
attendant l'amour
Romanceterlahir dari keluarga terpandang, dan juga kaya bukan lah sebuah anugerah bagi Prilly Grizelle Rahmadi,, putri bungsu dari pasangan Emilia Rahmadi dan juga Rehan Rahmadi itu harus merasakan ketidak adilan dalam keluarga nya, sang mama yang nyata ny...