red tulips

894 108 59
                                    

"brrrm... brrrm..."

Wooyoung memarkirkan sepeda motornya di parkiran yang sudah dipenuhi kendaraan lain. Ia menggantungkan helemnya di kaca spion.

"bisa turunnya?" tanya Wooyoung, sambil melihat San yang dengan mudahnya turun dari kereta.

"bisa dong! gue kan tinggi," ia menjulurkan lidahnya, padahal Wooyoung berharap San yang lebih kecil darinya akan meminta pertolongannya, biar so sweet uwu.

---

Mereka lanjut jalan ke dalam kampus, lebih tepatnya ke area festival yang sedang berlangsung. San mencoba menghubungi Hwanwoong yang sudah di dalam area kampus. "lu dimana? gue baru nyampe nih sama Wooyoung,"

'baru nyampe lu pada? gue sama Youngjo-hyung lagi beli jajan sih, di stand yang jual takoyaki. Lu masuk aja gih,'

"yaudah, entar kita ngumpul dimana nih?"

'disini aja... eum.. tulisannya Lit Café, deket stand yang jual aksesoris,'

"oke~"

TUT!

"langsung dimatiin dong, syalan" San menatap datar layar hpnya yang sudah mati. Wooyoung yang dari tadi gabut mainin kunci kereta, tangannya langsung di tarik San. "ayuk, mereka udah di dalem."

Di sepanjang jalan, San ngga sadar kalau dia lagi megangin tangan Wooyoung, tetapi Wooyoung sadar benar akan hal itu.

"kita mau kemana nih?"

"ke Lit Café, jumpa disitu sama mereka,"

"mereka disana?"

"ngga sih, lagi pada beli takoyaki tapi entar ngumpulnya disana," San masih fokus melihat jalan di depannya sambil memperhatikan stand di sekitarnya.

Wooyoung menarik pelan pergelangan tangannya, dan dalam seketika tangan Wooyoung yang bergantian menggenggam tangan San. Membuat San berhenti dan melihat ke arah Wooyoung.

"masih ada waktu, jalan-jalan dulu yuk,"

Barulah saat itu, San tersadar bahwa sedari tadi dia memegang tangan Wooyoung, dan sekarang Wooyoung yang memegang tangannya.

San bisa merasakan jantungnya berdegup dengan cepat sekarang, 'aishh, apa sih yang salah dengamu Choi San? masa kau berdebar hanya karena makhluk keras kepala ini?! yang benar saja, huh!' pikirnya.

Meskipun pemikirannya mengatakan hal itu, rona merah di pipinya tidak tidak dapat menyembunyikan perasaannya sendiri.

"diam, berarti iya kan?" Wooyoung menatap San penuh harap. San pribadi bukan pecinta anjing, tetapi puppy eyes miliknya cukup membuatnya luluh, apalagi didukung dengan pipinya yang bulat bagaimana caranya San menolak tawarannya?

"aish, iya iy-"


"San?"

Suara seorang lelaki mengagetkan keduanya, datangnya dari arah depan. Ternyata pemilik suara itu adalah Bang Chan, yap katingnya yang menawan bak pangeran itu, berjalan menghampiri keduanya.

San melepas tangannya dari genggaman Wooyoung. Wooyoung menyerngitkan keningnya, 'siapa ini?' pikirnya.

"ehm hyung, datang kesini juga?"

"iya, teman-teman hyung ada yang buka stand, jadi ikutan kesini deh, bareng temen ya San?" Bang Chan sadar akan kehadiran Wooyoung di depannya.

Wooyoung menaikkan satu alisnya, "calon pac-aduh! pedihh!" tepat sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, San mencubit perut Wooyoung dengan cubitan mautnya. Ia meringis kesakitan, tetapi tidak di ubris oleh San.

the flower on you || woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang