Chapter by @NabilaKhanza6
#HappyReading!
Sudah beberapa kali Anna melototkan matanya ke arah beberapa gadis yang dengan tatapan centil menatap ke arah Fian dengan pandangan memuja. Hal itu terjadi setelah mereka berdua, Anna dan Fian memasuki pintu mall.
Apalagi saat sekumpulan gadis dengan pakaian kurang bahan itu menatap ke arah Fian dengan pandangan yang tak biasa, lalu menatap Anna dengan pandangan remeh. Membuat Anna ingin menusukkan jarinya ke mata itu.
"Ada yang bisa dibantu?" Tanya mbak-mbak pegawai di mall yang terdapat butik itu kepada Fian dan Anna.
"Tolong carikan gaun yang cocok buat dia." Ucap Fian seraya mengedikkan dagunya ke arah Anna. Lalu, cowok itu memilih duduk di kursi yang disediakan di butik itu. Sedangkan Anna sudah diseret oleh si mbak-mbak pegawai.
Berkali-kali Anna bolak balik keluar masuk ruang ganti, dan hanya mendapat gelengan dari Fian.
Karena bosan dan pusing karena sudah puluhan kali ia keluar masuk ruang ganti, Anna dengan sebal mengambil gaun asal dari gantungan dan masuk ke dalam ruang ganti.
"Awas ya, kalau kali ini gelengin kepala lagi, gue jamin tuh kepala bakal copot dari lehernya." Gumam Anna dengan nada ketus lalu keluar dari dalam ruang ganti dan berdiri di depan Fian dengan kedua tangan bertolak pinggang.
Perhatian Fian yang awalnya tertuju ke layar ponselnya. Kali ini perhatian cowok itu sepenuhnya tertuju pada gadis dengan gaun berwarna biru gelap dengan aksen bunga di lehernya. Panjang gaun itu selutut, menampakkan kaki jenjang Anna yang mulus membuat Fian tak berkedip menatapnya.
Sepuluh detik ditatap tanpa kedip seperti itu, Anna sangat kesal dan ingin saja mencolok mata cowok di depannya.
Saat Anna ingin berbalik, tangannya dicekal oleh Fian, lalu laki-laki itu menariknya menuju ke kasir.
"Total." Ucap Fian singkat seraya mengedikkan dagunya ke arah Anna pada mbak kasir yang ada di butik itu.
"Sepuluh juta tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah." Kata Mbak kasir menyatakan haga dari gaun yang sekarang dipakai oleh Anna.
Fian memberikan kartu kreditnya kepada kasir lalu setelah itu ia menyeret gadis disampingnya lagi keluar dari butik.
"Pelan dikit kak!" Ketus Anna seraya kesusahan menyamakan langkahnya dengan langkah Fian yang panjang.
Fian menuju ke toko sepatu wanita. Cowok tinggi itu menatap ke sekeliling toko itu, hingga kedua matanya tertuju pada sepasang sepatu heels lima centi berwarna sama dengan gaun yang tadi di belinya untuk Anna.
Cowok itu berjalan mendekati sepatu itu dengan tangan masih menarik lengan Anna, lalu mengambil dan melemparnya ke depan kaki Anna, "Pake."
Anna melirik ke bawah dan menatap datar ke arah tangan Fian yang masih menggenggam tangannya. Fian yang mengerti pun langsung melepaskan tangannya.
Bukannya langsung memakai sepatu pilihan Fian, Anna malah berdiam diri dan duduk. Fian yang merasa geram pun berjongkok. Lalu menarik kaki gadis itu dan memakai sepatunya dengan agak kasar membuat Anna ingin saja menjambak rambut yang kini ada di depannya.
Gadis itu menatap ke bawah, tepatnya ke arah kakinya yang terbalut sepatu heels berwarna biru yang kini dibolak-balik oleh Fian, untuk memastikan apakah sepatu itu pas untuknya.
Anna mencoba berjalan dengan memakai sepatu itu. Gadis itu sedikit kesusahan karena jujur saja ia lebih suka menggunakan sneakers.
Fian menunduk untuk melihat sepatu pilihannya, ia lalu berkata, "lepas."
Anna melepas sepatu itu. Seraya mengerucutkan bibirnya. Fian sangat suka memerintah. Sudahlah, tidak semua cogan itu menyenangkan. Mau yang cogan, baik, ramah? Mungkin itu hanya ada di novel-novel.
Seorang mbak-mbak karyawan di toko itu mengambil sepatu pilihan Fian dan memasukkannya ke dalam kotak. Lalu menuliskan nota. "Mohon ambil di kasir ya, kak."
Fian mengambil kertas itu, lalu menarik tangan Anna menuju ke kasir.
Setelah membayar sepatu Anna, cowok dengan perawakan tinggi itu menarik Anna sampai ke parkiran.
Tapi, saat sedang naik lift, Anna menarik pelan jaket hitam Fian. Membuat si empunya menoleh.
"Es krim yuk, kak. Gue laper nih." Kata Anna seraya melirik ke kedai es krim yang ada di dalam mall itu.
Fian menarik tangan Anna memasuki restoran cepat saji, lalu duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
"Kalau laper itu makan, bukan ngemil." Kata Fian datar sebelum seorang mbak-mbak waiters datang untuk mencatat pesanan mereka.
******
"Itu kak, yang cat warna biru pagar warna hitam." Ucap Anna menunjukkan rumahnya pada Fian yang kini sedang menyetir mobil.
"Nanti jam tujuh malem gue jemput." Ucap Fian sebelum Anna keluar dari mobilnya.
"Iya. Makasih kak." Ucap Anna, lalu keluar dari mobil cowok itu. "Hati-hati ya kak."
Anna berdiri di depan gerbang, menatap mobil Fian yang perlahan-lahan pergi dari pandangan matanya.
******
Anna mengobrak abrik kotak kosmetik milik Mamanya dengan terburu-buru. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 18.25 WIB. Yang artinya setengah jam lagi Fian pasti sudah menjemputnya. Dan sekarang gadis itu bahkan masih memakai kaos dan celana pendek dengan rambut dicepol asal.
"Ya ampun, anak Mama lagi ngapain?" Tanya Fani, Mama Anna yang baru muncul setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Wanita berumur empat tahunan itu menuju ke kamarnya karena suara berisik yang membuatnya ingin tahu apa yang telah terjadi.
"Ini, Ma. Aku mau pergi ke pesta ulang tahun. Tapi nggak tahu caranya nge-rias wajah." Ucap Anna jujur.
"Oh, ya ampun. Anak Mama ini tumben pergi ke pesta pake dandan segala? Biasanya juga pakai bedak sama lipbalm aja. Jangan-jangan ini ada yang spesial ya." Kata Fani, dengan nada menggoda di akhir kalimatnya.
"Ah, Mama. Mending bantu Anna." Kata Anna kesal.
"Santai, sayang. Kamu duduk dulu. Serahin semuanya sama Mama." Perintah Fani, lalu wanita itu mulai merias wajah anaknya dengan lihai.
Dua puluh menit Fani merias anaknya, dan sekarang Anna tengah sibuk mengambil gaun yang dibelikan oleh Fian untuk dipakainya. Namun, suara bel rumahnya membuat gadis itu terlonjak kaget. Lalu buru-buru memakai gaunnya.
Di lain sisi, Raihan yang sedang menonton TV seraya ngemil itu terlonjak kaget karena bel rumah berbunyi.
"Ya Allah, siapa sih malem-malem namu? Mentang-mentang malem Minggu. Kalau cewek ngajak gue nge-date si nggak apa-apa." Gumam Raihan sepanjang jalan ia menuju ke pintu rumahnya.
Saat pintu terbuka, muncul sosok cowok seumurannya yang memakai setelan jas berwarna biru lengkap dengan sepatunya yang mengkilap. Membuat Raihan terbengong beberapa detik.
"Fian? Nga-"
"Ya ampun, kamu teman Anna ya? Sini masuk. Sebentar ya Anna-nya lagi siap-siap." Ucap Fani yang muncul dari tangga dengan heboh hingga memotong perkataan Raihan.
Fani menarik tangan Fian dan mendudukkan cowok itu di sofa ruang tamu.
"Raihan, tolong ya temannya Anna diajak ngobrol dulu. Mama mau buatin minum soalnya." Ucap Fani, lalu menghilang di balik gorden yang menghubungkan ke dapur.
"Jadi, lo ke sini mau jemput adik gue?"
******
TO BE CONTINUED ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sixpack Senior
Teen FictionBerawal dari Anna, seorang siswi SMA kelas XI yang tak sengaja menabrak seniornya, Fian Putra Raditya. Fian yang merasa Anna sengaja menabraknya dan Fian merasa Anna modus, sebagai hukuman dia memaksa Anna menjadi pacarnya. Lantas apa yang terjadi s...