"Perkenalkan dirimu." Titah wanita berusia 30an dengan senyum puas di wajahnya."Namaku.. Im Yoona."
Pria dengan setelan jas rapi itu mengangkat satu alisnya. "Dia masih pelajar? Taeyeon, kau bekerja untukku sudah lama. Kau tidak salah makan? Membawa seorang gadis belia?"
"Dia baru saja lulus sekolah. Masalah ekonomi, begitulah." Wanita 30an itu mengangkat bahunya kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga pria disebelahnya "Walaupun tidak berpengalaman, Tapi dia perawan loh. Kau kan senang dengan yang tidak biasa, Tuan Sehun."
Pria itu akhirnya terkekeh kemudian mengangguk. "Keahlianmu memang tidak bisa di ragukan, ya. Aku cukup bosan akhir-akhir ini. Tolong ajari dia cara melayaniku."
"Tapi kali ini harganya berbeda. Gadis ini belum pernah dijamah sama sekali. Dia bersih. Aku sudah memeriksanya sendiri." Bisiknya lagi.
"Berapapun itu tidak masalah. Besok antarkan dia ke Hotel seperti biasa. Aku pulang." Pria itu bangkit dari kursinya kemudian pergi menyisakan dua orang wanita disana.
****
"Sampai sini kau sudah paham, kan?"
"Ya. Aku tidak boleh menyentuhnya jika tidak disuruh. Selama aku bersama nya, aku adalah miliknya dan jika dia menginginkan nya aku harus siap melayaninya kapanpun, dimana pun dan dalam keadaan apapun."
"Nice. Yoona, walaupun ini pengalaman pertamamu nikmatilah. Jumlah uang yang kau butuhkan itu tidak main-main dan kau tau kan siapa Sehun itu? Anggap saja ini suatu kehormatan bagimu dapat melayani Sehun." Gadis itu hanya mengangguk paham.
"Kau boleh pulang dan bawa baju itu. Itu hadiah untukmu. Besok pukul empat sore aku akan menjemputmu, Istirahatlah." Lagi-lagi gadis itu mengangguk mengucapkan terimakasih.
****
"Dari mana saja kau? Apa kau sudah dapat kerja?"
Yoona yang berjalan sepelan mungkin agar tidak terdengar suara apapun itu menghentikan langkahnya terkejut. Ia menunduk seraya menggelengkan kepalanya. "Belum, Bibi."
"Ah, dasar sialan!" Tangannya meraih buku tebal yang ada di dekatnya melemparkan benda itu ke kepala gadis dihadapannya.
"Ssh! Bibi ampuni aku!" Ringisnya. Gadis itu bersimpuh berusaha menahan tangisnya.
"Kau anak sialan yang tidak tahu di untung dan hanya bisa menyusahkan. Jika tidak bisa memberikanku uang, setidaknya jangan datang kesini!" Teriaknya tangannya kembali bergerak menampar kepala gadis itu. "Jangan panggil aku Bibi karena aku bukan Bibi mu. Aku berharap kau bisa cepat-cepat pergi dari sini." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan Yoona yang sudah terisak.
"Harusnya aku ikut mati bersama Ibu dan Ayah. Aku benar-benar sudah tidak tahan hidup di dunia ini. " Lirihnya dengan pandangan kosong.
****
"Apa yang kau bawa?"
"Ah, ini? Barang-barangku. Setelah di bayar oleh Tuan Sehun aku akan pergi dan memulai hidup sendiri."
"Anak yang malang. Kalau begitu kau benar-benar harus membuat Sehun berkesan. Kau ingat kan yang ku ajarkan?" Gadis itu hanya mengangguk.
Yoona terlihat bahagia walaupun matanya sedikit membengkak. Ia bahkan sudah membayangkan hidup sendiri tanpa bayang-bayang Bibi nya yang tidak berperasaan itu. Setelah mendapatkan uang ia memutuskan untuk mencari apartement dan mencari kerja memulai semuanya dari awal. Ia kembali tersenyum membayangkan semua itu. Yah walaupun dengan cara yang salah tetapi ia tetap berharap semoga semuanya berjalan sesuai kehendaknya.