Luhan mengayunkan kakinya. Manik matanya mengikuti maminya yang sedang sibuk membungkus cookies cokelat yang baru selesai di panggang.
"Mami, Lulu haus." Luhan berusaha menarik perhatian maminya yang telah mengabaikannya terlalu lama dalam pikirannya.
Maminya Luhan, Yoona, masih sibuk mondar-mandir di dapur, membuat Luhan cemberut. Maminya seperti melupakan dirinya yang sedang duduk di kursi meja makan.
"Mami! Lulu haus!" Sekarang Luhan berkata sedikit lebih keras dan itu berhasil menarik perhatian maminya.
"Ah, Lulu haus? Tunggu sebentar ya sayang. Sedikit lagi mami selesai." Yoona terus melanjutkan kegiatannya membungkus cookies tersebut ke dalam bungkusan kertas berwarna biru yang kemudian di ikat pita berwarna senada yang mempercantik penampilannya.
Luhan menunggu tapi maminya sepertinya sudah melupakannya kembali. "Mami!"
Yoona sedikit terperanjat, ia melihat ke arah Luhan dan merasa sedikit bersalah. "Aduh, maafin mami sayang. Ini mami udah selesai. Lulu mau minum kan? Ini mami ambilin."
Setelah Luhan diberikan minumnya, barulah balita itu tidak cemberut lagi. "Mami, Lulu mau cookiesnya."
"Ah, ini buat tetangga sayang. Kita baru di sini, jadi kita harus menyapa mereka. Lulu ikut mami ya."
Bukannya menjawab Luhan malah merajuk. "Satu aja, mi. Lulu mau cookiesnya." Luhan menunjukkan mata memohon, mengedip-ngedipkan bulu matanya yang lebat nan lentik. Yoona hampir tidak tahan.
"Gak boleh, sayang. Ini bukan punya Lulu. Nanti mami belikan Lulu cokelat kalau Lulu mau menemani mami berkunjung ke rumah tetangga. Gimana?"
Luhan nampak berpikir. Namun tidak banyak yang bisa anak berumur hampir 4 tahun itu pertimbangkan. "Oke mami. Tapi mami janji ya!" Luhan mengulurkan jari kelingkingnya yang mungil ke arah maminya. Mami Luhan mengaitkan jari kelingkingnya sendiri ke milik Luhan. "Iya, mami janji."
*
Luhan dengan cepat menjadi favorit ibu-ibu di lingkungan perumahan mereka. Wajahnya yang manis serta tata kramanya yang baik membuat mereka gemas. Maminya Luhan tidak bisa menahan diri dari perasaan bangga. Luhan hasil didikannya. Luhan juga terlahir dari percampuran gennya dan suaminya yang tampan. Sebagai orang pindahan, membawa anak seperti Luhan jelas sangat membantu dalam mencairkan suasana.
Tinggal satu rumah lagi yang harus di kunjungi. Namun nampaknya penghuninya sedang keluar. Melihat Luhan yang mulai menguap dan matanya yang bergetar menahan kantuk, Yoona memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Dia akan mencoba mengunjungi tetangganya sore nanti. Mungkin penghuninya akan sudah ada di rumah.
*
"Ah iya. Tunggu sebentar!"
Terdengar teriakan dari dalam sesaat setelah bel rumah di pencet oleh Luhan yang berada dalam gendongan Yoona. Yoona tersenyum lega, penghuninya sudah berada di rumah.
Pintu kayu bercat putih itu terbuka, menampilkan seorang wanita muda yang tengah mengandung. Dari besarnya perut wanita tersebut di badannya yang mungil, Yoona menebak bahwa dia sudah memasuki trimester akhir.
Melihat sedikit raut bertanya di wajah wanita di hadapannya, Yoona langsung memperkenalkan diri. "Ah, saya Yoona, Lu Yoona. Ini anak saya, Luhan. Saya yang baru saja pindah."
"Ah! Yang pindahan dari China?" Yoona mengangguk sembari tersenyum. "Ayo masuk masuk!" Wanita hamil tersebut mengajak Yoona masuk ke ruang tamunya.
Setelah mendudukan dirinya dan Luhan di sofa, Yoona sedikit memperhatikan interior rumah tersebut. Seleranya baik. Warna-warnanya terlihat selaras. Lukisan abstrak yang di pajang dengan nuansa merah muda lembut menjadi titik fokus ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunnie and Lulu
FanfictionCerita tentang Sehun dan Luhan dari kecil hingga mereka dewasa dan mengenal cinta . . . Update gak bisa diprediksi. Sesuai mood dan kesibukan.