Part 1

37 4 2
                                    

Biyara mengendap endap didalam semak belukar tempat ia bersembunyi sekarang. Ketahuilah, ia melihat pemandangan yang paling menakjubkan baginya yang pernah ia lihat. Manusia modern.

Gadis itu menatap lekat kearah sosok pria tegap dengan setelan yang memang sedang menjadi pakaian kerja manusia modern. Tuxedo, nama pakaian itu kalau Biyara tak salah.

Biyara bukannya bodoh atau apa sampai tak tau sebutan untuk para manusia gila temuan seperti mereka. Dia termasuk salah satu masyarakat terpandai di sukunya. Bahkan ia bisa diandalkan untk membuat sebuah penyelesaian terhadap masalah. Meskipun dia tak punya keluarga kandug di sukunya, namun masyarakat suku itu amat menyayangi Biyara karena otak cemerlang gadis itu.

Sudah puas Biyara menatap para manusia modern yang memang sering berkunjung ke daerah hutan ini, Biyara memilih untuk pulang ke rumahnya. Ia pun berbalik badan untuk pulang hingga...

"KREKK!"

Gadis itu menginjak tumpukan ranting pohon yang sudah mengering. Tubuh gadis itu seketika langsung membeku tak dapat di kendalikan lagi dan kepalanya perlahan berputar ke belakang untuk memastikan jika sekelompok manusia modern tadi tak mendengar suara tadi.

Namun ...damn it! Para manusia modern itu sudah tepat berada di belakangnya dan menatap lekat gadis itu. Sekitaran ada lima orang yang tiga orangnya adalah perempuan. Lima orang itu seusianya.

"Raf, please bilang sama gua kalau ini semua gak nyata? Gak lucukan kalo nanti ada berita penemuan suku pedalaman oleh sekumpulan anak sekolah yang lagi kemah?" ujar seorang gadis cantik dengan wajah tak percaya menatap Biyara.

Kelima manusia itu menatap gadis kumuh dengan pakaian tak layak pakai tersebut dengan perasaan campur aduk. Dengan membawa tombak yang lumayan tajam di sertai rambut lurus panjang dan wajah kusam, gadis itu hanya bisa diam.

"Ini nyata, Fel! Gua berani sumpah kalo kita lagi gak halu." Seorang cowok yang dipanggil 'Raf' tadi menjawab pertanyaan cewek yang bertanya tadi.

"Tapi kok kita baru nemuin sekarang? Padahal kita udah sering kemah di hutan ini." Teman cowok yang satunya ikut menimpali percakapan mereka.

"tapi kan impossible di jaman sekarang masih ada manusia kayak gini? Eh, cewek! Lo bukan orang pedalaman kan?" kini, teman cewek yang diam ikut bicara."

Gadis kumuh itu menatap waswas kea rah para manusia modern it. Dia bingung apa yang dibicarakan para manusia yang sepertinya berbicara kepadanya.

"What do you want? I didn't do anything, so why are you staring at me like that?" Lantang Biyara dengan mengacungkan ujung tombak tajamnya kea rah para manusia itu.

Para manusia itu mulai waswas saat melihat gadis suku didepan mereka tampak mulai menyatakan kewaspadaan kepada mereka dengan menodorkan tombak yang tampak mengkilat terkena matahari. Sedang pemegang tombak semakin maju menodorkan tombak itu yang membuat kelima remaja itu spontan mundur.

"Eh...eh..cewek tu..tunggu bentar deh. Kita gak buat macem macem kok. Kita orng baik kok. Ja..jadi...jauhin tombaknya ya..." Cowok yang bersuara itu langsung membelalak saat cewek itu menodorkan tombak itu ke arahnya. "eh..iya iya. Gua diem..gu gua diem." Lanjut cowok tersebut sembari semakin mundur.

"Percuma lo ngomong, Sam! Emang lo pikir dia ngerti bahasa kita? Tadi aja..." seorang cewek yang berbicara tersebut spontan langsung berhenti bicara saat tombak tajam itu telah tiba dihadapannya. "Ya..ampun. apa lagi salah gua nih?" cewek itu berujar lirih sembari mengangkat kedua tangannya bak seorang tahanan yang tertangkap.

"E...ap..apologize firs. We don't intend to disturb. We just got lost. So please let us go." Cowok yang Bernama Rafa mulai membuka suara yang membuat cewek itu menatap kearahnya memastikan.

Keempat temannya menatap kea rah Rafa dengan bingung. Cewek suku itu bisa berbahasa inggris? Pertanyaan itu dapat di tangkap dari tatapan para temannya.

"Lost in this forest?" Gadis itu bertanya yang mendapat anggukan dari lima manusia itu.

"sebenarnya gua gak bisa bahasa inggris. Cuma liat kalian ngangguk, gua ikut aja." Lirih seorang cewek cantik bernama Feli yang membuat keempat sahabatnya membelalak ke arahnya utuk diam saja. jangan sampai gadis di depan mereka mengacungkan tomak lagi.

Gadis itu menatap lekat para remaja itu mencari tau apa terdapat bahaya dari mereka. Sedang para remaja yang ditatap seperti itu hanya bisa menelan ludah dengan susah payah berharap gadis itu tidak akan berbuat macam macam kepada mereka.

"So, do you guys need my help? Youre lost right?  At least if you dont mind you can come with me until you remember the way home." Kini, gadis kumuh itu tampak tersenyum yang di balas cengiran dari kelima remaja tersebut.

"Sejujurnya sih guys, gua agak gak ngerti sama bahasa inggris." seorang cewek berucap lirih ke arah teman temannya yang di balas dengan cengiran dari sahabatnya.

"Gua juga sih." timpal seorang cewek yang satunya sambil menggaruk tengkuknya.

"Lagian pinter amat sih, si manusia pedalaman satu ini. pake acara bahasa inggris segala." Cowok yang lain ikut bicara.

"Eh, Raf! Lo kan pinter tuh bahasa enlis. Terjemahin noh, apa yang dibilang sama si suku." Kini Feli ikut menimpali dengan sengaja meyebut bahasa english menjadi enlis.

Rafa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya mereka bertemu dengan makhluk pedalaman atau orang inggris nyasar sih? Bahkan ini masih dikawasan nusantara. Bagaimana bisa pedalaman lebih pintar menggunakan bahasa inggris? 

"Sebenarnya sih, gua agak gak ngerti bahasa inggris. Cuma stau gua ni cewek ada nyebut kosa kata yang gua inget. kayak 'need' kan butuh 'help' itu tolong. Itu aja setahu gua. Baarti 'need help' itu artinya butuh pertolongan. it artinya dia mau nolongin kita." Jelas Rafa seolah erfikir hingga akhirnya "Kayaknya sih." ia kembali bergumam lirih yang meyebabkan teman temannya yang hampir dapat pencerahan langsung menatap kearahnya dengan horror.

"Kayaknya?" Ulang mereka serempak yang dibalas Rafa dengan cengiran.

Lima sekawan itu langsung mengalikan pandangan mereka ke arah gadis suku yang sedari tadi menatap mereka dengan bingun. mungkin bingung dengan bahasanya.

"Entar deh, gua coba tanya dulu sama si suku." Rafa kembali berujar dan menatap ke arah gadis itu.

"E...do...do you mean...e...apa ya?" Rafa berfikir sejenak hingga akhirnya ia kembali berujar teringat sebuah kosa kata. "Gini, do you mean to help us?" Tanya Rafa akhirnya setelah ia ingat kosa katanya. walau agak ragu sih.

Gadis suku yang awalnya menampakan wajah bingung langsung tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaan dari Rafa.

"Yes, that i mean." Balas gadis itu.

"Pinterkan, gua?" Bangga Rafa yang mendapat jitakan satu persatu dari teman temannya yang membuat cowok itu berdecak kesal.

"Apaan sih, main jitak aja!" Protes Rafa yang dibalas senyum penuh arti dari teman temannya.

"Supaya lo makin pinter." Balas yang lain.

"Iya, kata eyang gua jitakan tangan gua itu membawa berkah. jadi seharusnya lo bersyukur." Para temannya tertawa termasuk cewek suku itu walau mungkin ia tak paham apa maksudnya. Ikut tertawa apa salahnya? Mungkin itu pemiiran gadis suku itu.

"Tai lo!" Umpat Rafa kesal

"Yaudah, cepetan. Kita ikutin aja gadis suku ini. Dari pada mondar mandir gak jelas kayak tadi. Setidaknya jika gadis ini baik, dia bakal kasih kita makan. Emang kalian gak lapar dari pagi gak makan?" Teman temannya mengangguk kompak dan mulai mengikuti gadis suku itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

please retore my lifeWhere stories live. Discover now