Taubat

3.3K 369 18
                                    

Selama hayat masih di kandung badan, pintu taubat selalu terbuka
~~~

Wati perlahan membuka matanya, terdengar suara lirih tangisan Emak di sampingnya.

"Mak," panggil Wati dengan suara lemah.

"Kamu bohongin Emak." Emak menatap penuh kecewa sambil sesekali menyeka air matanya.

"Maafin Wati, Mak. Wati salah," mohon Wati sambil memegang tangan ibunya.

"Terus anak itu, anak di perut kamu apa anak mantan suami tetangga kita?"

"A ...anak?" Wati pura-pura tidak tahu.

"Bu bidan yang periksa kamu bilang kamu hamil."

Ketika Wati pingsan, emak menyuruh mba Ijah asisten rumah tangganya untuk memanggil bidan yang tak jauh dari rumahnya.

"Mm... iya, Mak. Wati hamil," lirih Wati

"Sudah emak duga. Dari kemarin kamu sering elus-elus itu perut sambil bicara sendiri. Jadi itu anak siapa? Apa anak mantan suami tetangga kita?"

"Bukan, Mak."

"Lalu anak siapa?"

"Anak Mas Adnan." lirih Wati.

"Siapa Adnan?"

"Salah satu pelanggan di tempat aku kerja."

"Pelanggan? Jadi bener kalo kamu kerja jadi pelacur?"

Wati tak sanggup menjawab ia hanya mengangguk mengiyakan.

"Astaghfirullahaladziim." Emak mengusap wajahnya, raut kecewa benar-benar terlihat di wajahnya.

"Maafin Wati, Mak."

"Sejak kapan kamu kerja begitu?"

"Dari dulu,"

"Majikan kamu?"

"Dari awal Wati kerja memang di tempat pelacuran, Mak."

"Astaghfirulloh, Wati. Kamu bohongin emak selama ini. Duit yang kamu dapet buat benerin rumah sama biaya hidup emak juga dari sana?"

"Iya, Mak."

Ada rasa sesak di hati Emak, ingin ia berteriak dan memaki. Emak mengambil nafas dalam-dalam lalu bertanya, "Jadi selama ini emak makan duit haram?"

Wati mengangguk sambil terisak menangis. Dia tahu dia salah dan melakukan dosa besar.

"Emak mending hidup miskin dari pada kamu jadi pelacur!" tegas Emak dengan nada tinggi.

"Maafin Wati, Mak. Wati gak bisa mikir jernih waktu dulu emak ditagih sama rentenir. Wati gak mau kita tinggal di jalan."

Emak terdiam mendengar penuturan Wati, ia teringat bagaimana dulu para rentenir itu beraksi ingin mengambil rumah mereka.

"Ini salah Emak, salah Emak!" Emak memukul-mukul dadanya sendiri.

Wati mengambil tangan Emak menahannya agar tidak memukul diri sendiri. "Ini bukan salah Emak ini salah Wati. Wati yang ambil jalan itu, Mak."

"Kalo dulu Emak gak berhutang sama rentenir, kamu gak akan begini. Maafin Emak, hiks ... hiks ... astaghfirullah."

Wati memeluk emaknya, bulir-bulir air mata terus menetes di pipi keduanya. Keduanya merasa bersalah.

Emak mengurai pelukannya, "Janji sama Emak, kamu nggak akan ambil jalan itu lagi!"

"Iya, Mak."

"Walau kita sengsara di dunia, jangan sampe sengsara di akhirat juga."

"Iya, Mak."

"Bertaubat, minta ampun sama Allah. Taubatan nasuha."

"Iya."

Tidak ada jawaban selain iya yang diucapkan Wati karena ia memang bersalah.

"Terus gimana sama anak di perut kamu?"

"Wati akan jaga dia baik-baik."

"Bapaknya?"

"Mas Adnan ... gak mau tanggung jawab, Mak." Wati menunduk.

"Kamu kenal dimana si Adnan ini?"

Wati menceritakan dari awal pertemuannya dengan Adnan hingga saat Adnan menolak bertanggung jawab. Emak mendengarkan dengan seksama dan sesekali meneteskan air mata.

"Wati akan urus bayi ini baik-baik, dia gak bersalah."

"Iya, bayi ini gak bersalah. Ini cucuku." Emak mengelus perut Wati. Ada keharuan di hati Wati ibunya mau menerima bayi di rahimnya.

____

Pagi hari di rumah Wati, emak telah sibuk bersama asisten rumah tangganya. Meja makan digeser keluar. Di luar sudah ada 2 karung berisi sayuran, ikan, ayam dan berbagai bumbu masak.

"Mak, mau apa?"

"Kita jual sayuran mulai hari ini. Haji Imron dari kampung sebelah ngizinin emak ambil barang dari dia nanti tinggal setor hasil jualannya." Emak mulai membuka sebuah karung lalu mengeluarkan isinya.

"Dia bukan rentenir kan?" tanya Wati dengan suara pelan.

"Bukan."

"Alhamdulillah. Biar Wati bantu, Mak."

Wati bersama ibu dan asisten rumah tangganya menata barang dagangan di atas meja. Kini teras rumah mereka menjadi tempat berjualan.

Wati bersyukur dengan tindakan emak yang Wati sendiri belum memikirkannya. Dengan berjualan sayur mereka akan mendapatkan penghasilan yang halal.

Struggle For LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang