Pembuka

3.8K 499 60
                                    

Sayup-sayup suara lelaki dan perempuan asing terdengar di telingaku. Kelopak mataku berkedut. Ada yang membuka pintu diiringi suara mengucap selamat tinggal. Lantas, cahaya mampu yang menyilaukan menyelinap dari balik kelopak mataku yang perlahan terbuka. Agak lama. Aku mengadaptasikan mataku ke langit-langit di mana terdapat bohlam yang begitu terang.

"Sudah bangun?"

Lalu, keberadaan suara asing itu menyita perhatian. Praktis saja aku menoleh ke samping. Seorang lelaki berwajah dingin menatapku monoton. Aku mengerjap selama beberapa saat. Kepalaku terasa berat dan pening. Rasanya seperti baru saja pingsan setelah mabuk seharian.

Menoleh ke kanan-kiri, barulah aku sadar sedang berada di sebuah kamar yang tak kukenali. Praktis saja aku terduduk dengan sikap defensif, menyibak selimut, dan berdiri. Semuanya kulakukan secara spontan.

"Hey. Aku bicara sama kamu."

Aku menoleh ke belakang, membalas tatapan dingin lelaki asing itu. Dahiku mengernyit.

"Anda kenal saya?" Kutunjuk diriku sendiri.

Lelaki itu mendecak lidah, kemudian mendekatiku. Pandangannya begitu mengintimidasi. Seperti seorang predator yang siap menerkam mangsa.

"Stop saying nonsense. Kamu sadar kalau kamu sangat merepotkan? Huh? Aku harus bolak-balik hanya untuk mengontrol keadaan kamu."

Ucapannya semakin membuat dahiku mengernyit. "Eh, gue nggak kenal sama lo." Aku berhenti menggunakan bahasa sopan. Ia saja tak sopan bicara di depanku.

Tak ingin mengacuhkannya, aku segera melenggang. Pergelangan tanganku dicekal dan digenggam cukup kuat. Tubuhku disentak hingga berbalik dan maju mendekat ke arah lelaki itu. Bola mataku membeliak.

"Hey! Lepaskan! Jangan kurang ajar!" aku berteriak sangat lantang.

"Ayara. Sampai kapan kamu begini?"

Ayara?? Siapa?!

"Heh, Ayara jidat kau tuh. Lepaskan tangan gue!" Aku meronta-ronta.

Selang beberapa detik, pintu dibuka. Seorang perempuan berusia sekitar lima puluh tahunan melenggang masuk dan memelotot ke arahku.

"Stop," ujarnya.

"Stop apa?!" Aku berteriak. Orang-orang ini siapa?!

Perempuan itu menekan pelipis. "Mama tahu kalau kamu pasti masih bingung karena sudah tertidur selama seminggu. Tapi, Mama mohon, tenanglah."

"What?!" Aku menoleh mereka secara gantian. What the fuck?

Saat itulah, pegangan di tanganku melonggar. Hal itu kumanfaatkan untuk melarikan diri. Aku berlari keluar kamar. Kedua orang asing itu meneriaki nama 'Yara' berkali-kali.

Sialnya, aku terjebak di rumah yang bahkan tak kuketahui milik siapa. Yang kulakukan hanya berputar-putar, berusaha mencari jalan keluar. Seorang ART yang melihatku keluyuran di rumah itu berusaha mengejar dan menangkapku. Aku berlari lebih kencang, masuk ke sembarang kamar di lantai bawah, lalu menguncinya.

Sialan.

Aku mengembuskan napas panjang dan mengusap rambut ke belakang. Sambil berpikir, aku berkacak pinggang, memikirkan banyak hal.

Mendadak saja ingatanku seolah terhenti. Aku menyatukan kedua alis, mencoba mengingat dengan keras, bagaimana aku bisa sampai di sini. Terus berpikir, aku mondar-mandir belum menemukan jawaban.

Itu bisa dipikirkan. Setidaknya, aku kabur dulu. Lagi pula, bagaimana kalau ternyata aku terjebak di rumah penculik yang ingin menjualku?? Aku bergidik dan menggelengkan kepala.

Melenggang menghampiri jendela, aku masih berpikir keras. Sampai akhirnya, perhatianku tertuju pada suatu arah yang sontak menghentikan langkah kakiku. Pada cermin di dekat ranjang kosong. Bola mataku melebar. Aku membekap mulut dengan kedua tangan. Bayangan di cermin itu mengikuti gerakanku.

Saat aku menyingkirkan tangan dari mulut, aku mengamati pantulan bayanganku. Kuraba wajah, rambut, dan mengamati badanku.

Gila.

KENAPA MUKAKU BISA BERUBAH?!

*****

Fiuh. Aku datang dengan cerita baru gengs. Vomment jangan lupa ya 🌝

Ini bukan fantasi btw. Konfliknya cuma tukeran badan dan nasib.

Siapa yang bakal ngikutin cerita ini? 🤪

you are the dream i never wanna wake upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang