Gak ada bab lanjutan. Hanya bab ini.
So, happy reading guys! ♡☆
----"Kalau aku tiba-tiba harus pergi dan nggak kembali ke desa ini. Aku harap kamu tidak menungguku."
"Memangnya kamu mau pergi ke mana?"
"Aku tidak tahu. Ini kan perandaian saja."
"Kalau begitu, aku akan terus menunggumu. Karena aku yakin, kamu pasti akan pulang."
"Bagaimana kalau aku datang dan kamu tidak mengenaliku?"
"Jangan bercanda. Siapa pun itu, aku pasti akan langsung mengenalimu."
"Yah, Semoga saja begitu."
"Tania!"
"Tania!"
"Tania Nadira binti Sulaeman! Bangun woy! Udah bel pulang nih. Tinggal lo doang yang masih di kelas."
Sial!
Tidurnya terganggu.
"Tania! Mau gue cium atau gue gigit?" Cowok itu menyeringai.
Tania membuka mata. Manik berwarna hitam dengan getaran jahil menjadi objek pandangannya.
"Coba sih lo berhenti gangguin gue!" Tania menegakkan tubuh. Kemeja kotak yang tadi rapi tanpa lecek kini begitu kusut. Rambut yang tergerai, sedikit berantakan. "Gue benci sama lo, Rafi!"
Rafi tersenyum lebar. Kemudian dia merogoh saku celana, sebuah kunciran berwarna biru langit berada dalam genggaman, dengan telaten Rafi mengikat rambut hitam milik Tania. Tentunya Tania membiarkan hal itu. "Gak masalah. Teruslah ngebenci gue sampe lo nangis darah. Karena ..," Rafi mensejajarkan tubuh. Kedua lengannya kini berada di setiap sisi tubuh Tania. Sepasang manik yang sama saling menumbu. Tania terpaku. "Gue bakal bikin lo terus menderita dan menderita."
"Bangsat!"
Rafi terkekeh. "Terimakasih atas ejekannya." Dia menyeringai gila. Suara petir tiba-tiba terdengar keras.
Tania menggeram.
Double sial!
Selain Rafi, hujan adalah hal yang paling dibenci Tania untuk selamanya.
Ctrash!
Tania terdiam.
Rafi berkedip dua kali. Wajah gadis itu berubah pucat. Tubuh Tania makin menegang ketika air hujan perlahan masuk ke dalam kelas dari jendela yang terbuka.
"Hei, apa pun yang terjadi gue bakal lindungi lo. Selalu dan selamanya."
Rafi mendongak. Titik-titik air hujan sudah membasahi meja kosong belakang Tania. Sayangnya Rafi tidak mau untuk menutup jendela.
Dia,
Sangat suka memandang Tania yang ketakutan. Hahaha.
"Puas lo!" parau Tania. Dia mencekram erat kemeja Rafi. Hujan makin deras, suara petir dan kilat saling bersahutan.
Perlahan dingin merambat keluar, memaksa Tania menyelam dalam lautan ketakutan.
"Tentu saja." Rafi mengusap pipi kiri, dia kembali menyeringai. "Gue suka sekali liat lo kaya gini," ujarnya sambil tertawa kecil.
"Dasar cowok brengsek!"
"Lo ya-" Rafi menjetikkan jari di kening Tania. Gadis itu meringis sesaat. "Lemah begini jangan sok-sokan lawan gue, heh!"
Rafi memang tersenyum lebar. Namun .., Mata Tania menyipit. Dia melihat sesuatu keluar dari ujung mata Rafi.
"Terus lo kenapa nangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM. [1/1 end]
Teen Fiction[ValentinesContest2020] Ini bukan tentang dia sepenuhnya. - - - - - Ini tentang Tania, dia dan Rafi Cr. capricornionis 2020