Menit demi menit telah berlalu. Namun entah kenapa pikiran Emma hilang entah kemana. Menatap kosong papan tulis berisi rumus-rumus matematika tanpa minat.Padahal itu merupakan pelajaran favoritnya dikelasnya.Seakan ia bisa menembus papan tulis itu beserta temboknya melihat apa yang ada dibelakangnya.
Aneh memang.Tapi itulah kenyataannya. Beberapa menit yang lalu seseorang memaksanya untuk menjadi 'PACAR'nya dengan daligh akan dibunuh jika menolaknya.
Pikirannya masih waras kala itu, Ia memilih untuk menjadi pacarnya. Padahal dirinya tak mengenal sama sekali dengan pria itu.Tau namanya saja baru beberapa menit yang lalu.Dipikirannya hanya hidup, hidup dan hidup. Tak memikirkan apa konsekuen kedepannya.
Harusnya itu adalah momen yang manis dan akan di kenang seumur hidupnya. Secara ia berpacaran dengan seorang pria yang sangat tampan menurutnya. Malahan Emma berpikir kalau pria tadi bukanlah seorang manusia melainkan Malaikat yang sengaja turun menemuinya.
Huh, Malaikat apanya.Malaikat penyabut nyawa iya. Mana ada malaikat yang baru datang menemuinya memberi pertanyaan pacar atau mati kalau bukan malaikat penyabut nyawa.Justru dirinya mengatakan iya.Sungguh bodoh.Dirimu benar-benar bodoh Emma.Logikanya seorang psikopat akan melakukan aksinya setelah menyenangkan korbannya.Apa nanti dirinya akan bernasib seperti itu. Atau malah bernasib baik seperti cerita di novel-novel? Opsi kedua sepertinya tidak akan terjadi.
Oke Emma lakukan semua kehidupanmu seperti biasa.Jangan pikirkan omongan pria beberapa menit tadi. Mungkin saja sebelum ngomong kepalanya kejedot tembok atau makan beling tadi.Lamunannya buyar kala ia merasa tepukan di pundaknya.
"Heh Emma dipanggil dari tadi nggak nyaut-nyaut kenapa sih?"Ujar Hyeri.
"'Hah,Kamu manggil aku?"Tanya Emma.
"Nde Emma nde. Kenapa sih emangnya kok melamun daritadi. Untungnya pak Jaehwan nggak lihat kamu tadi kalau lihat habis kamu beneran."
"Tau ahh bingung aku."
Sasya dan Hyeri mengeryit bingung.
"Kamu ada masalah?"Tanya Sasya.
Emma menghembuskan nafas kasar.Hyeri dan Sasya semakin mengeryit heran.Tak biasanya Emma seperti ini. Emma selalu menceritakan segala keluh kesahnya kepada mereka.Entah itu masalah kecil ataupun besar ia akan menceritakan kepada mereka. Tapi entah mengapa seakan masalah kali ini begitu besar dan rumit untuk diceritakan.
"Kalau kamu belum siap cerita kita nggak papa kok. Kita berdua akan dengar semua cerita kamu.Kamu kan tau kalau aku pendengar yang baik dan Hyeri pendengar yang buruk."Sindir Sasya.
"Ehh, walaupun aku pendengar yang buruk aku tu penasihat yang baik tau. Coba siapa yang kasih saran dan nasihat waktu kamu lagi musuhan sama mama kamu? Akukan."Ucap Hyeri membanggakan diri.
"Terserah kamu ri terserah."Jawab Sasya.
"Harusnya kamu itu berterima kasih sama aku kalau nggak gara-gara aku kamu mungkin masih ribut sama mama kamu."ucap Hyeri sambil memainkan kukunya.
"Nyesel aku minta tolong sama kamu."Ucap Sasya.
Emma yang melihat pertengkaran kedua sahabatnya membuat pikiran Emma semakin runyam.
"Stop dong sebenarnya kalian itu mau dengeren cerita aku atau malah berantem sih."Kesel Emma.
Hyeri dan Sasya berhenti.Kembali menengok ke arah Emma. Melupakan pertengkaran tadi begitu saja seakan tak pernah ada kejadian apapun sebelumnya.
"Jadi ada masalah apa?"Tanya Hyeri sambil menumpuk kedua tangannya diatas meja.Serta Sasya yang memasang telinganya baik-baik.
"Jadi gini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIATE
Mystery / ThrillerLee Emma adalah seorang murid biasa disekolahnya. Tiba-tiba seorang laki-laki menyatakan perasaannya dengan pilihan mati atau pacar. Lelaki misterius yang tak pernah menonjol disekolahnya. Apakah yang akan dipilih Emma? Apakah pilihannya sudah tep...