kenangan “Riko Andriandinata”
Kejadian ini di mulai dari delapan tahun yang lalu saat aku masih kelas 6 SD. Sejujurnya Aku terlahir di tengah-tengah keluarga yang cukup bahagia dan harmonis. Aku anak bungsu dari dua bersaudara, Kakakku perempuan, namanya Aurell. Hidupku benar-benar bahagia, sangat bahagia malah ! karena meskipun sederhana, keluargaku benar-benar saling menyayangi. Sampai suatu ketika Ayah dan Ibuku bertengkar hebat. Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat Ayah memukuli Ibu, tapi aku yang masih kelas 6 SD hanya bisa diam dikamar sambil menangis ketakutan bersama kakak perempuanku . Hidupku mulai berubah setelah kejadian itu.
Sangat ironis, aku sangat menyayangi Ibuku dan sudah pasti aku sangat menghormatinya. Setelah kejadian itu, bertambah lagi masalah baru. Aurell kakakku memiliki pacar yang kelakuannya sangat aku tidak sukai, bagiku dia bukanlah laki – laki yang pantas untuk kakakku. Dan aku juga tidak mau kakakku berhubungan dengannya. Tapi Aurell seperti tidak peduli, ia tetap saja menjalani hubungan dengan laki-laki itu. Aku muak dengan itu semua, tapi aku tidak tahu harus lari kemana?
Hubungan kedua orang tuaku pun makin rumit, mereka sering bertengkar hebat dan aku selalu jadi penonton disetiap mereka bertengkar tanpa mampu melakukan apa-apa. Oh God, kenapa tidak kau hentikan semua ini ? akhirnya aku menemukan jalan keluar sederhana malam itu, salah satu teman nongkrongku menawarkan selinting ganja untuk aku jadikan rokok, aku yang sedang stress berat menurut saja dan ketika aku menghirup asap dari ganja yang aku sulut sebagai rokok itu. rasanya semua beban berat dihidupku mulai terangkat naik untuk sementara. dan pada saat itu aku merasa sangat bebas.
Akhirnya saat aku kelas 1 SMP aku dimasukkan ke sekolah berasrama. Kehidupanku pun mulai berubah, tidak lagi mendengar kedua orangtuaku cekcok dan tidak lagi harus melihat pacar Aurell main kerumah. Tapi bagiku hidup di asrama ini sama saja, meskipun aku disini, aku yakin mereka tidak berubah, jadi buat apa aku berubah? ya, aku sering kabur keluar dari asrama lalu mengkonsumsi dan berpesta Narkoba. Yap, aku tetap lari ke barang haram tersebut untuk melupakan segala masalah di hidupku.
Oh iya, Namaku Riko Andriandinata, dan semua orang biasa memanggilku Riko.
***
Sekarang aku masih mengkonsumsi barang haram tersebut, sudah empat tahun aku mengkonsumsinya. Yah benar, saat ini aku sudah kelas 1 SMA. Tapi bedanya, kini aku mulai membatasi jumlah konsumsinya karena sekarang aku telah memiliki seseorang, namanya Adis.
Jujur, tidak pernah terbayang dalam hidupku jika aku bisa memilikinya, bagaimana tidak? Adis adalah salah satu siswi terfavorit disekolah dan ia banyak diincar bukan hanya oleh teman-teman seangkatanku saja tapi juga oleh para senior, Adis benar-benar cantik -menurutku dan teman-temanku-, tingginya sekitar 161cm, berbadan ramping, berambut panjang berwarna hitam dan bergelombang, matanya indah berwarna coklat tua. Adis juga perempuan yang cerdas, terbukti dari nilai-nilai tinggi yang ia dapatkan dari setiap pelajaran yang selalu menjadikannya meraih predikat pertama diangkatan kami dengan nilai cum laude dan juga trofi-trofi kemenangan yang ia dapatkan disetiap lomba yang ia ikuti, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Adis adalah seorang gadis berhati lembut, tidak pernah memaksa dan peka. Seseorang yang sangat kubutuhkan dalam hidupku, kudapatkan darinya. Bersamanya hidup terasa sangat mudah.
Aku ingat pertama kali aku bertemu dengannya, kejadiannya sangat memalukan, aku sedang terburu-buru ke ruangan Kepala Sekolah, aku menyerobot dia yang sepertinya sedang berjalan sambil melamun –sungguh aku tidak tau itu dia, kalau aku tau aku pasti akan lebih berhati-hati- dia sepertinya terkaget lalu terentak menabrakku –dan pastinya aku langsung terjatuh tak siap- “Aduh” kataku saat itu –karena benar-benar sakit- dia yang salah tingkah langsung membantuku berdiri sambil mengucap maaf, aku hanya tersenyum dan mema’afkannya karena memang itu tidak sepenuhnya kesalahannya.
YOU ARE READING
Hujan Kenangan
Teen FictionCerita ini menceritakan tentang cinta, harapan, dan kenangan-kenangan para pencintanya . . .