1. Pertemuan

13 1 0
                                    

Hari ini mungkin bukan hari yang bagus. Sebab langit langit mulai gelap dan mungkin akan turun hujan. Gadis yang selalu dipanggil Anya ini, tengah menyiapkan buku bukunya untuk mulai bersekolah besok. Pada hari hari libur sebelumnya, Anya hanya menyibukkan dirinya dengan membaca buku novel yang baru dibelinya beberapa hari yang lalu.

Singkat cerita, ia hanya tinggal berdua dengan kakaknya dirumah sebesar ini. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak kejadian kecelakaan pada tahun lalu. Dahulu, Anya anak yang ceria, bahkan sangat cerewet.

Tetapi seiring berjalannya waktu, Anya mendapat kabar bahwa kedua orang tuanya meninggal. Anya sempat depresi, bahkan pernah minum. Tapi, langsung dicegah oleh kakaknya, Refan. Nama panjangnya Refan Ardinata Putra. Beruntungnya, para sahabat Anya turut membantu hingga sekarang.

Anya sekarang sudah kelas 12, sedangkan kakaknya sudah kuliah. Hanya beda beberapa tahun saja Anya dengan kakaknya. Secara Refan hanya anak angkat di keluarga itu. Anya sangat menyayangi kakaknya itu, hanya Refan yg ia punya sekarang.

"DOORR!"

"KA REFAAAANN!!" Kaget Anya. Anya yang langsung melihat pelakunya siapa, ia mengusap dadanya sabar.

"Ahahahaha ngakak muka lu An!" Yang ditertawakan hanya menggelengkan kepalanya.

"Bego! Gua sampe kaget anjir! Klo gua jantungan lu emang mau tanggung jawab Sil?!"

"Ya maap An, kan cuma becanda." Ucap Sila.

"Kelewatan." Anya meminum minuman yang tadi dipesannya sambil mengaduk adukan minumannya itu menggunakan sedotannya.

"Eh, lu tau gak?" Tanya Sila.

"Gak lah. Kan lu blm ngasih tau bego!" Jawab Anya ketus.

"Si Ragil, adek kelas kita, pacaran ama si Reva. Gila sih! Kita aja yang jadi kakak kelasnya, blm juga dapet cowok." Seperti biasa. Sila, si lambe turah yang terkenal di SMA Permata Jaya. Anya tuh selalu heran, kenapa ia harus mendapat teman yg modelannya kek Sila begini.

"Ya terus?" Tanya balik Anya.

"Ya lu cari cowok kek! Jomblo mulu! Ga bosen apa?!" Ketus Sila.

"Lu sendiri juga blm punya." Ucap Anya cuek lalu mengeluarkan ponsel miliknya.

Heran, punya temen kok modelannya kek Anya gini sih! - batin Sila memprotes.

"Ke kantin yuk An!"

"Mager ah! Disini aja. Lu klo mau ke kantin, pergi aja sendiri." Mata Anya tak lepas dari ponselnya.

"Gua males klo jajan sendiri di kantin. Ntar tiba tiba ada geng si cabe lagi!"

Anya tetap fokus pada ponselnya.

"Gua jajanin dah."

Masih fokus.

Sabar, masih temen.

"Pulang bareng gw klo mau."

"Gw dijemput kak Refan."

Sabar sila. Masih gw liatin, blm gw ceburin langsung ke rawa belakang sekolah.

"Ke mall dah, gua beliin apa yang lu mau." Abis abis dah duit gua.

Masih fokus.

Sabar sil, sebelum manusia yang ada di depan lu gw masukin ke kandang singa.

"GELUT YUK AN! SEBEL GUA LAMA LAMA AMA LU! DI JAJANIN GA MAU, DI INIIN GA MAU. TERUS MAU LU ITU APA, MAEMUNAH?!" Kesal lama lama tuh Sila. Punya salah apa dia, sampe punya temen modelan kek Anya gini.

"Gua ga mau apa apa." Ucap Anya datar.

"Serah lu dah." Sila langsung duduk di samping Anya sambil memainkan ponselnya.

Anya melirik Sila sekilas lalu menghembuskan nafas terakhirnya. Eh ga ga, menghembuskan nafasnya pelan.

"Yaudah ayo." Ucap Anya lalu beranjak bangun dari duduknya.

Sila mengangkat kepalanya menatap Anya dengan mata yang berbinar binar.

"Beneran?!" Tanya Sila.

"Iya udah. Mau gak? Klo gak yaudah, ga jadi kekantinnya." Ucap Anya santai. Lalu segera ditahan oleh Sila.

"Eh jangan lah. Yaudah, lets go!"

Anya tersenyum kecil saat ditarik tangannya oleh Sila. Ternyata begini rasanya punya teman.

-o0o-

Kriiiinnggg...

Bel pulang sudah terdengar, waktunya untuk Anya pulang. Sebelum Anya pulang, ia menelepon Refan untuk menjemputnya.

Anya melihat di sebrang terdapat mini market. Jadinya, Anya tuh lapar pengen makan sesuatu. Tapi, ketika sedang berjalan, Anya dihadangi oleh 2 pria yang tidak dikenalnya. Mau nya apa sih ni orang!

"Cantik... mau kemana, sendirian aja." Tanya Pria itu sambil menunjukan senyum smirk nya.

"Siapa lo?!" Tanya Anya balik.

"Wah, berani nih cewek! Sikat Gar!" Suruh lelaki tersebut kepada temannya. Lelaki itu pun menyentuh lembut pipi Anya sebelum ditampar kasar olehnya.

Anya tampak memejamkan matanya. Merasakan sakit di pipinya menjalar ke seluruh wajahnya.

"Woy!" Teriak salah satu siswa yang dikenali oleh Anya.

"Rafa..." Gumam pelan Anya.

"Bangsat lo! Beraninya ama cewek doang! Maju sini lo!" Ujar Rafa.

"Wah wah wah, mau jadi pahlawan kesiangan lo?!" Tanya lelaki tersebut sebelum pada akhirnya menendang perut Rafa. Tetapi dengan sigap, Rafa menghindarinya.

Dan terjadilah adu otot antara mereka bertiga.

Bruukhh!

Lelaki tersebut jatuh tersungkur setelah mendapat pukulan dari Rafa tepat di bagian perutnya.

"Berani lo gangguin dia, siap siap berhadapan ama gw!" Ujar Rafa.

"Eh, iya bang. Maap maap." Dan lelaki tersebut langsung kabur.

Tatapan Rafa beralih ke Anya. Dan segera ia menghampiri Anya lalu memegang lengan Anya.

"Lo gk papa kan?! Ada yang sakit? Atau ada yg luka?! Ke rumah sakit yuk, gw anterin deh." Tanya Rafa khawatir.

Anya menepis lengan Rafa dengan halus.

"Ga ada kok. Oh ya, makasi ya tadi udah nolongin gw," Ucap Anya.

"Oh iya sama sama. Beneran nih ga ada yang sakit?" Tanya Rafa sekali lagi.

"Iya. Emm kalo ga ada apa apa lagi, gw boleh pergi kan?"

"Oh iya,"

Anya berlari sekencang mungkin dan menetralkan detak jantungnya.

"Kenapa ini?" Ucap Anya pada dirinya sendiri sambil memegang dadanya.

Sedangkan disisi lain, Rafa tengah menatap kepergian Anya. Lalu kemudian menunduk sambil tersenyum kecil tapi penuh arti.

"Sayang dia cantik, tapi sikapnya dingin. Mirip persis."

___

Guys! Jangan lupa follow instagram author yup!
Di @__enoswg_

Confused [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang