♣ 3

31.3K 1.3K 37
                                    

Selamat Membaca!

Maura menutup pintu apartemennya dengan kasar lalu berlari menuju kamar.

"Apa kata pak Adam tadi, tiga hari?"dengus Maura lalu mengambil ponsel untuk menghubungi daddynya.

"Dad, Maura mau pulang."ucap Maura begitu panggilannya terhubung.

"Apa? Kenapa?"

Maura menjauhkan ponselnya saat terdengar suara keras sang daddy.

"Nggak papa, Maura mau pulang pokoknya."rengek Maura. Ia sungguh tak mau berurusan dengan dosennya lagi.

"Baiklah, jika memang liburan maka pulanglah."

Maura menutup mata lalu membukanya dengan pelan. Ia harus berani mengatakannya.

"Dad. Maura mau berhenti kuliah."ucap Maura pelan.

"Berani sekali kamu, Maura. Apa kamu mau mempermainkan daddy, setelah semua uang yang daddy keluarkan untukmu dan kau mau berh__"

"Dad, Maura kan bisa kerja di perusahaan daddy atau bantu mommy jagain adik-adik di rumah."

"Tidak! Tetap di sana dan selesaikan kuliahmu. Daddy akan mengirim uang lebih banyak dan jangan berani pulang ke Indonesia jika belum meraih gelar S2."

Tutt

Maura melongo lalu menatap ponselnya tak percaya. Daddynya memang cuma sayang pada istri dan anak-anaknya yang lain.

Siapalah Maura, dirinya hanya butiran debu diantara banyaknya kerikil.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin menolak pak Adam."gumam Maura bingung lalu mengambil buku tabungannya, ia juga mengambil beberapa kartu kredit yang daddynya berikan.

"Apa aku semiskin ini."gerutu Maura saat melihat nominal buku tabungannya, itu bahkan tak cukup untuk membeli tiket liburan ke tempat yang jauh.

Maura mengangkat kartu kredit pemberian daddynya. Kartu itu bisa ia gunakan jika dalam keadaan terdesak, tapi daddynya pasti tahu jika ia mengambil uang dalam jumlah besar.

Maura menghentakkan kakinya kesal lalu meremas rambutnya kasar.

"Dasar duda tua."maki Maura kesal lalu segera mengambil tas dan keluar dari kamar. Ia akan menemui pak Adam lagi dan mencoba mencari cara agar bisa bebas pernikahan. Sungguh Maura tidak mau menikah dengan pak Adam.

Tiba di kampus, Maura langsung berlari menuju ruangan pak Adam.

Tok tok

Ceklek

"Misi pak."ucap Maura cepat, ia bahkan tak sungkan untuk langsung masuk ruangan pak Adam setelah mengetuk pintu dua kali.

Adam mendongak menatap Maura lalu tersenyum manis.

"Ada apa? Apa kamu ingin menjawab lebih cepat."tanya Adam lalu kembali menatap beberapa kertas tugas mahasiswanya yang tadi dia baca.

Maura meneguk ludahnya kasar lalu beralih menarik kursi di depan meja sang dosen lalu duduk dengan canggung.

"Bapak suka istri yang seperti apa?"tanya Maura.

Jodohku Duda TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang