#Aku Adalah Dirinya

35 4 2
                                    

Aku terbangun di pagi hari, karena temanku terus saja mengetuk pintu kamarku dengan terus-menerus. Iya, dia adalah temanku namanya adalah adisha Tya Rifani, aku biasa memanggil dia dengan nama fani, yah hanya itu yang mudah diucapkan.

Fani terbiasa membangun kan diriku. Jujur, aku mengakui diriku susah sekali untuk bangun pagi. Kalimat pertama yang sering diucapkan oleh fani adalah, "morning sastra, bangun udah pagi nih, ntar kita terlambat lagi". Dan aku terbiasa hanya mengangguk, karena dia membangun kan diriku pada pukul 4 pagi.

Padahal kami masuk sekolah pada pukul 7.20, yah sudahlah dia memang anak yang rajin. Aku tak pernah marah kepadanya, karena jika bukan dia siapa lagi yang menemaniku.

"Fani, hari ini biar aku yah yang masak", tuturku menawarkanya. "Iya, yang enak yah", teriak dirinya dengan sangat kencang.

Aku mulai dengan kegiatan ku. Memasak sarapan pagi untuk kami berdua. Aku hanya memasak makanan yang sederhana, ia adalah nasi goreng makanan kesukaan fani.

Setelah lima belas menit aku memasak, akhirnya nasi goreng pun telah matang. Aku menata meja makan, dan meletakkan kedua piring dengan rapih diatas meja. Disertai dengan gelas kesukaan kami. Fani berwarna abu-abu dan aku berwana biru.

Akupun memanggil fani, "fani ayo makan dah jadi nih makanan kesukaan kamu". Setelah dia mendengar panggilan ku, dengan cepat dia menghampiriku di dapur.

"Mana, mana". Katanya dengan senang. fani adalah sosok yang sangat menghargai kerja keras seseorang. Karena menurutnya itu adalah kemampuan yang sudah dilakukan.

Motto fani pun sangat bagus. Dia bilang aku tak kan pernah menyerah ketika tuhan memberikan takdir yang cukup sulit untuk dijalankan.

Fani adalah anak yatim piatu, tapi ia diurus dengan teman ayah, ibunya. Yang Menganggap bahwa fani adalah anak kandung mereka sendiri.

Jika aku menjadi fani, mungkin ak tak kan kuat. Menjalankan hari tanpa kedua orang tua kandung ku. Aku pernah bertanya kepada fani, apakah dirinya tak pernah marah terhadap tuhan. Fanipun menjawab, "aku tahu bahwa tuhan menyiapkan sesuatu yang indah untuk ku, dan terbaik buat hidupku, jadi mengapa aku harus marah". Seketika aku langsung tercengang oleh perkataanya.

Aku saja yang tidak tahu dimana ayahku, selalu mengeluh dan sering sekali marah terhadap tuhan. Menurutku tuhan tak pernah mengabulkan doaku, tapi ternyata aku salah. Aku telah menuduh bahwa tuhan tak pernah baik kepadaku. Namun sekarng aku tahu, bahwa tuhanlah yang sangat baik terhadapku, karena dia masih menyisahkan ibu disampingku sekarang.

Dan aku cukup menyadarinya. Terimakasih tuhan, engkau memberikan sosok sang ibu yang tak pernah mengeluh mengurusku.

Jika aku diberikan kesempatan, aku ingin memberi imbalan terhadap Ibu, dan Fani yang telah menemaniku selama ini.

Setelah selesai sarapan kami bergegas menuju sekolah kami, yang terbilang sedikit jauh dari perumahan yang kami tempati.

Kami mengendarai sepeda motor yang diberikan Ibu ku, untuk kupakai menuju sekolah.

Setelah beberapa menit kami sampai disekolah, banyak sekali yang membawa mobil mewah disekolah kami, dan salah satunya adalah teman kami yang kembar, namanya adalah Eric dan Erin.

Orang tua mereka adalah penyumbang terbesar di sekolah kami. Namun yang kami kagumkan adalah, Eric dan Erin tak mernah menyombong kan diri mereka, Mereka tetaplah bersikap rendah hati juga sering menolong orang yang sedang kesulitan di sekitar mereka.

"Hai sas, hai fan". Ucap mereka sambil melambaikan tangan. "Udah masuk belum sih?", tanya erin kedapa kita semua. "Belum kayaknya deh".

"Aku ke perpustakaan dulu ya", ucapku pada mereka. "Iya hati-hati sas", jawab fani kepadaku. Ah kamu lebay tau, aku kan cuman pengen ke perpustakaan doang. "yah sapa tau kamu digangguin ama cowok ganteng gitu kan". Astaga fanii!. "Ntar kalo ada yang minta nomor hape, kasih nomorku aja yah sas", ceplos seorang erin.
Hadehhh, iya deh iya, aku pergi dulu ya. Daaah semua. "Daaah sastra".

Aku meninggal kan mereka bertiga, lalu pergi menuju perpustakaan. Aku suka berada di perpustakaan, menurutku berada disana membuat hatiku tenang dan fikiranku akan selalu jernih.

Aku masuk dalam perpustakanan mencari sebuah buku yang kusuka. Okey ketemu ia disana dipojok kanan dekat dengan meja berwarna biru.

Aku lompat untuk menggapai buku tersebut, yah tinggiku standar hanya 165cm . Ketika aku sedang lompat, aku melihat ada seorang laki-laki yang duduk dengan rapih sambil membaca buku. Tanpa berfikir panjang aku menghampiri nya.

Permisi, bisa bantu aku gak? Dia melihatku dengan heran, bantu apa?. Kan tadi aku nanya bisa bantu ga, kenapa malah balik tanya belum juga dijawab pertanyaanya. Iya bisa kok.

Tolong ambilin buku yang diatas sana ya, aku ga nyampe soalnya. "Oh" jawabnya singkat. Dia mengambil buku tersebut dengan mudah.

Makasih ucapku padanya. Nama aku denisa sastra, kamu siapa?. Fayyaz Alfarizi anak kelas 11 ips2 dan diakhiri dengan senyuman olehnya akupun balik tersenyum padanya.

Aku duduk disini ya, ga ada temen soalnya tuturku dengan pelan. Duduk aja, aku seneng ada yang nemenin baca kok.

Dia melanjutkan aktivitasnya dengan membaca buku. Aku sempat berfikir, aku tak pernah tau ada seorang anak ips yang suka membaca, apalagi aku tak pernah melihatnya. Dia berkulit putih, Tinggi, memiliki mata yang indah, juga alis yang tebal. Hmm, dan satu lagi bibirnya sangat pas untuk dipandang, karena berwana pink pucat juga tipis. Astaghfirullah sastraa!, goblok banget sih malah merhatiin bibirnya.

Oh iya, aku tak pernah menemukan sosok lelaki yang mencintaiku dengan apa adanya. Aku percaya cinta, tapi tidak dengan kesetiaan.

Setelah beberapa buku yang ku baca singkat, akhirnya bel pun berbunyi. Menandakan bahwa pelajaran akan dimulai.

Aku bergegas menuju kelas, dengan berlari kencang tanpa menghiraukan siapapun disekitarku. Ku lakukan itu karena kelas ku amat jauh dari perpustakaan.

Brukk!, astagaa.... aku menabrak seseorang dengan kencang.

hey lo punya mata dua, punya kaki dua tapi ga bisa digunaiin bener-bener tah. Moga aja diambil tuh kaki lo ma mata lo ama tuhan. "Kata haikal kepadaku".

Yah aku sering sekali berdebat dengan dirinya, Dia haikal bisa dibilang seorang anak hits yang punya banyak penggemar disekolah, Karena dia tampan sekali kata mereka. Sebenarnya aku tak pernah menganggapi nya. Jika itu pun berlebihan aku pasti hanya menasehatinya.

"Maaf, maaf" Lain kali lebih hati-hati kok", ujarku padanya.

Gampang banget lu minta maaf, ga bakal gue maafin. "Sory banget Haikal aku buru-buru".

Buru-buru juga matanya dipake dong! Lo punya otak kan?, kalo lo tadi nabrak gue kuat banget  mikir sih lo!.

"Maaff, terserah kamu deh mau benci aku atau apapun itu, yang penting aku dah minta maaf".

Ketika aku ingin pergi melanjutkan perjalanan menuju kelas, haikal tiba-tiba menarik kerah bajuku lalu menyudutkan ku ke tembok disamping Mading sekolah.

Gue ga bakal lepasin lo gitu aja!, denger lo. Aku ketakutan haikal sangatlah kuat, dia bisa mengalahkan siapa pun ketika marah.

Hm, aku hanya menundukan kepalaku.

"Lo denger gue kan?". Dee.. Denger kok, iya terus aku harus gimana?.

Lo harus gantiin hukuman gue dari Pak Broto. Hukuman nya simpel kok, bersihin satu sekolah selama sebulan.
"Hah?, kok aku? . Iyalah lo, lo kan dah nabrak gue.
"Tapi ga bisa kayak gitu haikal, aku kan dah minta maaf". Gue kan dah bilang, gue ga mau maafin lo, dan lo harus terima hukuman gue!. Atau lo mau jadi asisten gue hari ini.

Menurut ku ini tidak adil, tapi bagaimana lagi aku memang salah sudah menabrak  dirinya.

"Yaudah deh jadi asisten kamu aja hari ini. Jawabku padanya.

Kenapa? Lo ga suka bersih-bersih, dasar cewek pemalas lo. Aku hanya diam, aku bukan pemalas masih ada yang harus ku bantu setelah pulang sekolah, iya dia ibuku. Dan aku harus bekerja paruh waktu di restoran sampai jam 7 malam.

Yaudah istirahat nanti lo ke kelas gue!. "Iya nanti aku ke kelas kamu deh janji".

Aku bergegas dengan hati yang tak trnang, ntah apa yang akan terjadi hari ini.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang mengenalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang