Yoongi, waktu itu kita pulang naik bus,sebab kita telah tertinggal kereta jam 11 malam itu.
Di bangku dua orang aku memilih duduk dekat jendela dan kau disisiku, aku tak peduli pada tempias hujan yang mengetuk-ngetuk jendela, kepalaku berat sekali untuk sekedar tegak. Sempat melirikmu lewat ekor mataku, aku tak tahu kau membayangkan apa.Kita mampir ke sebuah toko, aku memilih-milih buku kau sibuk memilih-milih baju. Selepas itu aku ingat kita berdua berjalan pada setapak yang sedikit bongkok, kau genggam jari jemariku.
Yoongi waktu itu aku bermimpi punya sepatu baru bergambar biskuit, sedang kau angankan tentang secangkir kopi yang pahit,
kau sibak anak rambutku, seperti menyibak dunia laluku.Kita berjalan di gang kumuh kota ini seiringan kau ciumi puncak kepalaku, kau kecupi nasib pahit dan getirku, kau bisiki aku dengan kata-katamu ,kau suruh aku kuat di dunia yang akan memudar dalam kedipan mata ini.
Yoongi kau tau dunia ini semakin menua, lipatan diwajahku juga layaknya seperti baju yang tak disetrika,tetapi maukah kau tetap bersamaku sampai aku jadi kusut dan lusuh ? Itu mimpiku
Min Yoongi tentang leluconmu yang tak lagi melucu, maaf seandainya tidak terdengar gelak tawaku lagi. Tapi terimakasih karena tawamu masih mampu membuat luka ini samar,
Meski kau tak pernah tahu tentang tangisanku yang tak pernah selesai.
Aku menyayangimu Min Yoongi.