Bonus

856 80 16
                                    

~One day~

"Halo.... tin? Apa tin sudah tiba? Tin duduk dimana? Apa bisa melihatku? Aku sudah dilapangan. Aku gugup....!"

"Hmn. Aku sudah tiba. Kau tunggulah, aku akan turun menemuimu".

*tuut*

Sambungan ponsel dimatikan.

"Can....". Panggil tin pada pasangan hidupnya yang terlihat sangat gugup itu.

"Tin.........". Can berlari mendekat pada tin yang juga berjalan mendekat kepadanya. Can kemudian memeluk tin erat dan meletakkan dagunya dibahu tin. "Tin aku gugup. Aku takut tidak bisa main sempurna. Lawan kami sangat kuat. Aku tidak ingin kalah".

"Menang kalah itu biasa can, yang terpenting kau harus percaya diri na...., percaya pada kemampuan mu dan kerja sama tim mu. Kalian adalah tim yang kuat can". Kata tin menyemangati can sembari mengelus elus punggungnya.

"Hmn". Respon can merasa lebih tenang dan nyaman merasakan detak jantung tin didadanya.

Can memejamkan matanya dipelukan tin. Dia merasa lebih tenang setelah merasakan pelukan hangat dari tin. Aroma parfum dari tubuh tin juga membawa dampak sangat positif untuk can.

"Kalian pasti menang". Kata tin dengan senyum ketika merasakan degupan jantung can yang semakin tenang.

*prit.......!!*

Bunyi pluit nyaring tanda pertandingan sepak bola sudah dimulai.

"Tin jangan pergi na".

"Tidak akan. Aku akan menontonmu disana". Tunjuk tin diarah bangku penonton.

*kiss* *kiss*

"Semangat.....". Kata tin mengecup kedua pipi buntal can.

Sejak malam can tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat, hal ini membuat tin khawatir dengan kesehatan can. Meskipun can hanya akan bermain beberapa menit saja, tapi tetap saja membuat tin menjadi tidak tenang.

Sesungguhnya hari ini tin ada banyak pekerjaan, namun karena hari ini can ada pertandingan, dia meminta tul untuk menggantikannya menghadiri beberapa rapat diperusahaan yang sedang dia pimpin.

"Benar benar romantis na...,". Goda pete pada tin yang baru saja duduk dibangku penonton. "Bikin iri saja".

Tin tersenyum kecil merespon godaan pete dan matanya masih menatap can yang masih duduk dikursi cadangan. "Makanya menikah". Ejek tin pada pete.

"Tsk, sombong!". Cibir pete pada tin.

Permainan berlangsung sengit hingga akhirnya kedudukan imbang. Pada menit menit terakhir akhirnya can diturunkan sebagai senjata terakhir.

"Gol.....!!!!". Teriak para penonton yang euforia atas keberhasilan can membobol gawang lawan dan membawa kemenangan pada timnya.

"Wah, can benar benar hebat!. Sayang cuma bisa main dimenit menit terakhir". Kata salah satu pria dibelakang tin.

"Oh ada apa dengannya? Apa dia terkenal?". Tanya gadis disampingnya.

"Ow kau tidak kenal can? Dia pemain paling tidak disukai dengan reputasi terburuk".

"Oh? Bagaimana bisa?". Tanya wanita itu heran.

"Karena dia sangat berbakat dan dikelilingi oleh orang orang besar! Apa kau tidak lihat permainannya tadi? Sangat lincah dan powerfull. Bayangkan jika dia bisa main full, pasti diincar jadi pemain nasonal".

"Lalu? Kenapa tidak dimainkan secara full? Apa ini bagian dari trick timnya?".

"Bukan, karena masalah kesehatan. Dia punya masalah jantung. Jadi tidak boleh main full".

"Ow sayangnya. Tapi jka memang boleh main berarti dia sudah sembuhkan? Kenapa hanya boleh main sebentar?".

"Dulu dia pernah dimainkan cukup lama dan pingsan dimenit ke 30. Kau tau apa yang terjadi? Pelatih timnya dituntut oleh keluarga medhtanan! Seramkan?".

"Oh?. Bukannya dia dari keluarga kirakorn? Kenapa yang menuntut malah keluarga medhtanan?". Tanya wanita itu heran.

"Nanti kau lihat saja sendiri". Kata pria itu sedikit tertawa nakal hingga membuat wanita itu bingung.

"Kya..... can!!!". Teriak penggemar wanita can ketika can naik ke bangku penonton.

*********************

Can berjalan ke bangku pemain membuat beberapa orang yang baru pertama kali nonton pertandingannya penasaran karena beberapa penonton wanita yang mereka yakini tidak suka sepak bola berteriak sangat heboh.

"Tin.......". Can tersenyum lebar ketika menemukan dimana posisi tin duduk.

"Kya...!!!". Para wanita itu berteriak heboh.

*KISS*

can mengecup bibir tin didepan semua orang tanpa menghiraukan teriakan dan tatapan orang padanya.

"Selamat can...". Kata tin tersenyum bangga pada can dan menggandeng tangan can menyuruhnya duduk disebelahnya.

"Sayang sekali aku hanya main sebentar. Jika tadi aku diturunkan lebih cepat aku pasti bisa memberi poin lebih banyak". Keluh can didalam rangkulan tin.

"Yang penting kalian sudah menang can". Kata pete memberi semangat.

"Hehe...iya". Can membalas dengan senyuman.

"Can, mau makan?". Tanya tin mengelap keringat can dan menyapukan rambut hitam can kebelakang dengan telapak tangannya.

"Hmn". Can mengangguk semangat. "Aku mau makan spagetty".

"Oke. Ganti baju sana, aku akan menunggu diparkiran". Tin dan can beranjak dari bangku penonton.

~10 detik kemudian~

"Wait! Dia homo?!". Tanya wanita yang sejak tadi menatap kaget interaksi romantis antara tin dan can dengan intonasi sedikit kuat hingga bisa didengar orang lain.

"Oi!!". Tiba tiba dari belakang segerombolan mahasiswi memplototinya dengan mengerikan. "Bukan itu poinnya! Poinnya adalah mereka sudah menikah dan itu urusan mereka mau melakukan apa saja!. Dan apa ada masalah jika mereka pasangan homo?! Karena jika itu masalah bagimu, maka... kami bisa bantu mencarikan penyelesaiannya!". Kata para mahasiswi itu dan membuat gerakan menggores leher mereka dengan ibu jari ditangan mereka yang sudah dikepalkan seakan mengancam akan menghabisi wanita itu.

"Wha...., ok ok, aku cuma bertanya kok, jangan marah. Hehe... maaf maaf". Jawab wanita itu ketakutan.

"Haha..., bagaimana sensasinya? Lain kali hati hati jika membicarakan can . Karena selain kau bisa dituntut oleh keluarga suaminya, kau juga bisa dilenyapkan oleh para fansnya". Tawa pria itu menatap wajah horor temannya.

*gulp*

"O...ok!". Jawab wanita itu jerah.

Lover (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang