Asa

94 10 1
                                    

“Bas, gimana? Diterima?”
Tanya Tara
“Ngga, kalo kamu masih sama dia?”
“Ngga juga.”

Jadi teringat dengan rencana di masa lalu
Membuat sebuah karya film pendek
Bersama rekan-rekan seperjuangan
Tapi tidak berjalan seperti harapan

Jadi teringat usaha-usaha di masa lalu
Ingin membuat dunia yang nyaman
Dunia yang hanya milik berdua
Tapi tak satupun berjalan sesuai harapan

Diletakkannya harapan itu terlalu tinggi
Hingga sulit diri meraihnya
Diletakkannya harapan itu terlalu banyak
Hingga tiba saatnya kecewa datang
Karena harapan-harapan itu
Hanya sebatas angan

Tapi lihat sisi baiknya
Tara hadir di kehidupanku
Meskipun ia sedang lara
Ia tetap ada
Semesta memang sengaja
Mengirimkan malaikat seperti dia

Bukan jadi pelarian
Tetapi jadi pendengar

Jangan cari pelarian sebuah masalah
Tapi carilah pendengar keluh kesah

“Aku pengennya semua yang aku rencanain itu berjalan lancar, ra.”
“Bas, agenda memang kadang gak berjalan sesuai harapan.
Jangan kecewa, opsi lain masih banyak tersedia.”

“Aku juga masih belum berdamai dengan masa laluku, ra.”
Udah gakpapa, patah hatimu akan jadi karya nantinya.”

“Jadi, tiap kali aku mau mulai sesuatu kayak takut gagal. Takut kecewa juga.”
“Bas, banyak insan yang takut gagal karena setiap keputusan pasti ditemani resiko. Cobain aja siapa tau berhasil.”

“Tapi, kalo aku gagal lagi gimana?”
Sesungguhnya gak mencoba itu adalah kegagalan yang paling nyata, Bas.”

“Tiap kali orang lain buat karya kayaknya langsung lancar aja gitu. Tapi, kalo aku yang mencoba malah gagal mulu.”
Gak semua awalan itu sempurna. Adapula yang terlahir cacat tapi itu bukan alasan untuk menyerah, Bas.”

“Aku mau buat orang-orang yang pernah ngerendahin aku menyesali perbuatan mereka.”
“Bas, banyak orang yang berbenah untuk balas dendam. Padahal berbenah itu sejatinya untuk diri sendiri. Jadi dirimu sendiri aja, gak usah pake acara bales dendam gitu lah. Gak berkah loh nantinya.”

“Dari SMP aku payah banget matematika. Mungkin itu salah satu alasan aku gagal sekarang.”
Buat beberapa orang, matematika memang rumit. Hidup juga rumit.  Tapi, gagal di matematika bukan berarti gagal di kehidupan, Bas.”

Itulah percakapanku dengan Tara. Semua selalu berputar tentang kehidupan. Rasanya egois jika hanya aku saja yang ingin didengar. Tapi tiap kali aku bertanya tentang perkara isi hatinya, ia hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. Seakan-akan sedang menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih besar dari masalahku sekarang. Andai aku bisa membaca pikiran. Andai aku bisa membaca isi hati. Itu saja percakapanku dengannya sore hari ini. Terima kasih Tara.

Bukan cuma kamu yang merasakan kecewa berat
Siapa tau tempatmu bercerita juga sedang merasakan
Tapi ia enggan untuk bercerita kepadamu
Dengan alasan agar kamu tak khawatir padanya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suara SekitarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang