Bab 1

62 5 2
                                    


Tidak mudah menjalani kehidupan tanpa kedua orangtua,sungguh.Aku tak membohongi kalian!
Apalagi saat kita masih membutuhkan perhatian mereka dan kasih sayang mereka.

Aku tak menyangka saat aku berumur 18 tahun kecelakaan kereta itu terjadi,dan kedua orangtua ku ikut menjadi korban tewas disana.

Aku dan Kim Namjoon,adikku. Tak pernah menyangka hari itu menjadi hari terakhir kami melihat Appa dan Eomma.

Kami terpukul? Tentu saja!

Mereka adalah orang yang sangat kami hormati,kami sayangi dan kami banggakan.

Kedua orangtua kami sangat royal pada siapapun.Tapi sekarang hanya tinggal kenangan.

Huhh.. sebenarnya aku cukup lelah dengan semua ini,diusir dari rumah sendiri dan kami sekarang hidup serba pas-pasan.

Untuk makan saja kamu berdua harus benar-benar hemat,aku memilih untuk kerja paruh waktu,pagi sebagai pengantar koran,siang di kedai ramen bibi Ahn dan malamnya aku akan menjadi penjaga toko.

Namjoon masih butuh uang banyak untuk menyelesaikan sekolahnya semoga saja ia menjadi seorang yang sukses nantinya.

Aku putus kuliah,karena aku tak mampu untuk biayanya yang sangat banyak,walau menurut sahabat-sahabat ku,aku cerdas tapi sekarang yang aku pikirkan hanya adikku,aku tak mau ia putus sekolah dan harus kehilangan semangat untuk mengejar cita-cita nya.

Aku,Kim Seokjin.Berusia 22 tahun.Kami terusir dari rumah sekitar lima tahun yang lalu,dan saat itu Namjoon masih berusia 12 tahun.

Kakak mana yang tega melihat adiknya kelaparan dan ia selalu saja memanggil nama Eomma dan Appa.
Bahkan sampai sekarang aku masih sering melihatnya menangis walau ia selalu berkilah padaku.

Dasar Namjoon.Aku senang masih bisa melihat dimple manisnya saat tersenyum.Aku juga bahagia melihatnya tumbuh dengan baik walau keadaan kami serba pas-pasan.

Ia sempat ingin membantu ku bekerja tapi aku menolaknya.
Sungguh aku tak ingin ia ikut menderita bersamaku,aku hanya memintanya untuk terus belajar agar cita-cita yang selama ini ia impikan tercapai.

"Hyung,jangan melamun"ujar Namjoon sambil menggoyangkan bahu Seokjin pelan.

Seokjin seketika terkejut.Ia tak menyadari kehadiran Namjoon yang sudah berganti pakaian santai.
"Sejak kapan kau duduk disini?"tanya Seokjin bingung.

"Sekitar sepuluh menit yang lalu,Hyung saja yang sibuk dengan pikiran Hyung.Hyung .. apa ada masalah?"tanyanya sedikit khawatir karena Seokjin akhir-akhir ini sering pulang larut malam.

Seokjin tersenyum.Lalu menggeleng.
"Makanlah,maaf hanya ada ramen lagi,Hyung belum gajian"ucap Seokjin lalu menundukkan kepalanya.

"Hyung,jangan terlalu keras bekerja,aku khawatir Hyung sakit.Bahkan Hyung terlihat lebih kurus"

Seokjin menepuk pipi Namjoon pelan."Jangan banyak bicara cepat makan,Hyung harus segera pergi bekerja"Namjoon mengangguk lalu mulai memakan ramennya.

*****

Setelah Seokjin pergi Namjoon berbaring di karpet ruang tengah apartemen kecil itu.Barang yang ada disana juga tak banyak, hanya ada meja kecil yang biasa mereka gunakan untuk makan,lemari es kecil dan dapurnya pun juga tak besar.
Seokjin akan marah jika Namjoon menyentuh barang yang berada didapur.
Karena Seokjin tahu Namjoon tak pandai memasak.

"Hyung maafkan aku yang tak bisa apa-apa ini,tapi aku berjanji padamu Hyung,aku akan mengubah kehidupan kita.Tunggu saja waktunya akan segera tiba"lirihnya.

Ia melihat sebuah pigura foto keluarga nya.

Appa,Eomma, Seokjin dan dirinya sendiri.Ia menghela nafas berat."Appa,Eomma apakabar kalian disana? Aku dan Jin Hyung sangat merindukan kalian.Nam Go Samchon merebut semuanya.Dan aku membiarkan Jin Hyung bekerja sendiri tanpa membantunya.Aku tak bisa menjadi adik yang baik untuknya.Aku hanya merepotkan iyakan Appa,Eomma?"isaknya.

"Aku berjanji pada diriku sendiri akan mengubah kehidupan kami, aku sudah mengirimkan beberapa karya musikku keberapa agency terkenal,aku yakin suatu saat nanti kami akan hidup dengan layak"lanjutnya.

"Aku menyayangi kalian"kecupnya pada pigura photo itu.

Tak lama kedua matanya terpejam,kantuknya datang.

*****

Seokjin tengah melayani pembeli di sebuah minimarket 24 jam.
Ia tanpa lelah memasang senyum manisnya.
Tubuh kurusnya terbalut seragam minimarket tersebut dengan celana bahan hitam.Seokjin selalu bersyukur apa yang ia dapatkan adalah sebuah kebahagiaan nya, karena ia bisa membelikan Namjoon baju baru atau sebagian ia sisihkan untuk membayar uang kuliah Namjoon.
Dan ia juga masih bisa menabung untuk masa depan sang adik.

Seokjin sangat menyayangi Namjoon.Saat Namjoon sakit Seokjin akan berusaha semampunya untuk membawa Namjoon berobat.Ia sangat sedih saat melihat Namjoon terbaring sakit.

Ia menghela nafas panjang."Apapun akan Hyung lakukan untukmu,Namjoon-ah.Kau harus menjadi orang yang sukses suatu saat nanti"lirihnya sambil tersenyum.

Pukul 04.56 kst, Seokjin beranjak pulang dari minimarket itu.Ia langsung berjalan ke tempat sebuah tukang koran untuk mengambil bagiannya untuk diantarkan ke alamat yang berlangganan koran itu.
Dengan semangat ia menjalankan pekerjaan nya tanpa mengeluh sedikitpun.

"Haiii.. Hyung .Maaf aku terlambat"sapanya pada pemilik toko koran itu.Seo Wohyun.
"Tak apa Seokjin-ah.Kalau sudah selesai mengantar koran-koran ini.Langsung pulang saja,kuperhatikan tubuhmu semakin tipis saja"candanya.Seokjin tersenyum.

"Kejar setoran,Hyung.Adikku butuh biaya kuliah yang sangat banyak .Dan aku tak mungkin menyuruhnya untuk bekerja.Aku tak mau melihatnya ikut menderita bersamaku"ujarnya keceplosan.
Seokjin menutup mulutnya.Wohyun begitu terkejut.

"Kenapa baru bilang sekarang!"serunya.
"Astaga .. anak ini.Kim,aku bisa membantumu,jangan sungkan padaku"tegasnya.

"Maaf Hyung,tapi aku akan berusaha semampuku,jika aku sudah tak mampu,aku berjanji akan meminta bantuan mu"lirihnya.

"Ya .. sudah.Ayo..aku akan menemanimu mengantarnya"ajaknya.Seokjin terkejut.
"Mwo? Maksudnya?"tanyanya bingung.

Wohyun menghela nafas pelan.
"Sudah ayo, naik"ajaknya yang menyuruh Seokjin naik ke motor maticnya.

Seokjin mau tak mau membonceng di belakang.Wohyun tersenyum menang.Mereka berdua mengantarkan koran-koran itu ke satu persatu rumah mewah dengan canda tawa.

Setelah semua selesai.Wohyun mengantar Seokjin pulang ke apartemen kecil itu.

"Terimakasih Hyung, sekarang pulanglah"usirnya secara halus.
"Kau mengusirku?"godanya mendengus pura-pura sebal.

Seokjin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Kikuk.

"Aku bercanda Kim.Baiklah.Setelah ini istirahat lah,lihatlah matamu bahkan seperti mata panda saking hitamnya"tunjuknya pada Seokjin.
Seokjin hanya  mengangguk.

Lalu ia memasuki flatnya.

*****

"Seokjin-ah .. Namjoon-ah..Kalian dimana?"



*****







Lanjut kagak???

Btw .. ada yang baca kagak neeh .. 😂
Maen lanjut apa kagak... Wkwk

Sorry akun ini terabaikan ..
Garing banget dah.. kurang kriuk ceritanya .. pasaran .. ye pan..?

Vote .. Komentar ditunggu ... Klo cuma baca aja ya terserah sih .. besok bakal nuntut ke pihak Watty's nya suruh aktifin lagi sistem privatenya... Wkwk

Kritik saran jangan lupa...

Jelek ya? Banget Na!

Bye...


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang