Sekolahku adalah sekolah khusus bahasa. Di sini dikhususkan untuk mempelajari bahasa bahasa yg paling sering digunakan di dunia international seperti Bahasa Inggris,Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin, Bahasa Korea dan Bahasa Arab.
Sedang aku sendiri memilih jurusan B. Jepang. Karena aku ingin sekali bekerja dan tinggal di Jepang. Itu adalah cita2ku dari kecil. Semua karena hobiku menonton anime dan membaca komik jepang. Itu semua membuatku memiliki dorongan besar untuk melihat bagaimana negara asal Sailor Moon itu dg mata kepalaku sendiri
Sailor Moon bukanlah anime favoritku. Yg paling kusukai adalah anime Yugi - Oh. Sebuah anime dg tema permainan kartu.
Karena anime itu juga, aku jadi hobi main kartu dg adikku yg jg pecinta Yugi - Oh.Namun itu dulu, sekarang ia beralih pd oppa oppa korea dengan dalih
"Mereka lebih nyata, bang dari pada anime anime fiksi itu. Aku bisa menemui mereka di dunia nyata"
"Bagaimana kau mau bertemu, kau tidak bahasa korea, kan??"
"Aku akan belajar!!"
Begitulah akhirnya adik perempuanku Yuki ikut masuk ke sekolah ini. Tentu saja ia memilih jurusan Bahasa Korea. Ia bercita cita ingin bekerja di dunia hiburan Korea Selatan dan bertemu oppa oppa tercinta.
Sebenarnya orang tuaku terutama sangat sedih, karena kedua anaknya berkeinginan tinggal dan bekerja di luar negeri. Jauh dari jangkaunnya. Tapi kami berjanji jika cita2 itu terwujud, kami tidak akan mengabaikan mereka. Kami pasti akan selalu menghubungi mereka, dimanapun aku dan Yuki berada. Meski di kutub selatan sekalipun
Karena sesungguhnya kami sangat menyayangi ibu dan ayah. Namun kerena keinginan dan tekad membara merekapun membebaskan kami menjadi apa yg kami inginkan. Mereka hanya ingin kedua anaknya bahagia
"Yuka Nakazawa"
Aku tersentak dan bergegas mengacungkan tangan
"Hadir, bu!!"
"Hei kau benar benar bukan orang Jepang? Blasteran atau ada campuran Jepang gitu?? Aku benar2 ragu kau asli produk Indonesia"
"Kau membuatku teringat dg slogan produk di tv, "Cintailah produk produk Indonesiaa..."
"Hahahaaa... kau ini, maksudmu iklan yg dibawakan orang Cina tua itu, kan?? Bahkan bahasa Indonesianya aja gk lurus, sok sok cinta Indonesia, dasar aneh"
"Kau ini jahat sekali, dia pasti sudah berlatih keras untuk mengucapkan kata2 itu saat syuting, hargailah sedikit"
"Bahahahaha kau seperti mencemoohnya, itu bahkan lebih jahat"
Aku hanya tersenyum tipis mendengar jawaban teman sebangkuku, Asep Sutrisno. Entah kebetulan atau takdir kami selalu duduk sebangku sejak kelas 10. Makanya aku cukup akrab dg anak bernama khas Nusantara ini.
"Zaskia Antara"
"Hadir bu"
"Khairani Antara"
"Hadir bu"
Sikembar bertopi...
"Hei hei, kau tau, Yu?? Mereka tidak pernah melepas topinya bahkan saat pulang ke rumah"
"Pulang ke rumah? Kau menguntit mereka sampai ke rumah maksudmu??"
Seperti menyadari kesalahan pd ucapannya, Trisno membeku
"Mak... maksudku sampai pulang sekolah, iya pulang sekolah. Abis sekolah kan pulang ke rumah, itu maksud hehe"
Aku memicingkan mata, namun Trisno beralih mencatat huruf huruf katakana yg dituliskan Bu Marwah di papan tulis
Aku jadi ingin tau apa mereka benar mengenakan topi bahkan saat sampai di rumah. Apa aku iku...
Tunggu??
Bukankah menguntit itu termasuk tindakan Bully atau tidak?? Tapi Bu Marwah menekankan untuk menjaga kenyamanan sikembar itu saat di sekolah. Tindakan menguntit dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada korbannya
Aku jadi curiga apa Trisno menguntit mereka atau tidak??
KAMU SEDANG MEMBACA
Aneh
Teen FictionMereka selalu mengenakan topi kapanpun dimanapun, suatu hari aku melihat mereka melepas topi itu di toilet sekolah. "WHAT THE....??!!" Apa itu di atas kepala mereka???!!!