Dusta

20 1 0
                                    


Kita saling berbincang berbagi cerita antar teman.
Kau membuatku nyaman hingga terbuka berbagai rahasia.
Kau pun begitu, bercerita seakan hanya aku yang istimewa.
Ya, dulu aku kira begitu adanya..

Kita makin dekat, pergi kesana kemari bagai kembar dempet yang tak terpisahkan.
Kau cerita padaku tentang dia yang membuatmu remuk.
Aku cerita padamu tentang dia yang membuatku berbunga.
Aku memberimu saran begitu pun kau.

Kita naik level menjadi sahabat dengan berbagai gelang persahabatan.
Aku makin gencar cerita tentang dia, dan kau mendukung segalanya.
Ahh aku sayang kau sudah seperti keluarga.
Kau bercerita tentang dekat dengan seseorang.
Sebagai sahabat aku pun mendukung segalanya.

Suatu hari cerah ntah mengapa terasa kelabu.
Kita jarang bercerita dan jarang bertemu.
Kau bilang sibuk, aku pun mengalah.
Dia pun susah dihubungi, dan kita merenggang.
Aku ingin bercerita tapi kau tak ada.

Akhirnya kau senggang, kita pun seperti dulu.
Kau bercerita antara kau dan seseorang semakin dekat.
Kau membuatku terhanyut sampai lupa cerita tentang dia yang hilang kabar.

Kau jadian, aku pun memberi selamat dan juga penasaran.
Ahh kau tahu aku sedang terpuruk karena dia benar-benar menghilang.
Aku sedih tapi tak mungkin ku nampak kan.
Kau bahagia sekarang, aku pun merasakan yang sama walau ada rasa tak nyaman.

Hari ini aku jalan sendirian.
Aku melihatmu dengan seseorang itu.
Aku mendekat ingin menyelamati dan berkenalan.
Semakin dekat aku semakin penasaran.
Seseorang itu makin jelas, dan mataku ntah mengapa jadi panas.

Seseorang itu terasa familiar, begitu mirip dengan dia yang menghilang.
Mataku berkabut aku terhenyak.
Aku mulai menata pikiran yang tak karuan.
Kalian hebat, kalian berkomplot mengejutkan.

Kalian yang ku sayang menikam hati amat dalam.
Aku menghampiri kalian dengan senyuman terbaik yang bisa aku berikan.
Kalian terbelalak, terdiam, mungkin terguncang.
Aku hanya mengucap selamat dan pergi dengan hati redam.

Selamat tinggal kalian, semoga bahagia tanpa aku si pengacau.
Dusta itu akhirnya tampak, terungkap, menyakitkan.
Aku pergi sahabat, maaf mungkin aku yang tak dapat merangkul hatimu.
Kau mengira aku musuh yang harus disingkirkan, dan aku kira kau malaikat dengan segala saran.

"Mungkin kita yang tak terbuka.
Saling menutupi dengan dalih agar nyaman.
Ternyata itu bara, yang walau temaram dapat menghanguskan.."

15-02-2020
#AG

Petak BunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang