•• Prolog ••

26 5 2
                                    

Hai Radhi...
Apa kabar?

Lo pasti baik baik ajakan?
Percaya aja sama gue, karena insting gue ini gak pernah meleset. Gimana kabar ehm... si dede chantiq, pasti jadi dong lo sama dia?  Gue ikut seneng deh...
Andaikan gue disana udah pasti gue, Aldan, Via, Kak Nizar sama dua manusia jadi-jadian itu bakal nguras abis duit jajan lo! Sayangnya...

Ehh... kok malah kemana-mana kaya gini. Btw, sorry ya kalau gue selama ini nyusahin lo, banyak bikin ulah, gue tau lo baik jadi bakal maafin gue.. hehehe...
Udah ah singkat aja. Baik-baik disana Fal! Jangan lupa bahagia! (Ini perintah!).

Bye...

Shaviora~


Dilipatnya kembali kertas yang sudah lama tersimpan di laci nakas itu. Tulisan itu, tulisan seseorang yang selalu dia rindukan. Meskipun sudah berulang kali membaca isi surat yang terlihat singkat itu, ia tak pernah bosan. Berkali-kali membaca dan berkali-kali pula rasa sesal yang kembali hinggap di benaknya. Sayangnya si penulis itu telah pergi, memaksa segala kisah yang tiba-tiba harus diakhiri.

"Kak.." seseorang memanggilnya dan menganggukkan kepala. Dia bangkit dan kembali menaruh kertas itu kedalam laci, menutupnya rapat lalu melangkah keluar menghampiri orang tersebut.

'Kamu juga harus baik-baik saja dan jangan lupa bahagia!'

Itulah kata-kata yang selalu keluar dari benaknya setiap kali selesai membaca surat itu..

Iya dia harus bahagia...

[No] ClueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang