GUNADHYA (DUA TUJUH)

1.4K 54 1
                                    

Sheera memaki Samuel dalam hati. Sebenarnya Sheera ingin menemui Guna untuk makan bersama, tetapi Samuel lebih dahulu datang, dan mengajaknya ke kantin berdua. Awalnya Sheera ingin menolak. Namun, lagi-lagi Samuel kembali memaksanya.

"Makan," titah Samuel sambil menunjuk piring berisi batagor milik Sheera dengan dagunya. Sheera mengangguk melahap batagornya tanpa semangat. Sungguh Samuel menyebalkan.

"Lo gimana?"

"Apanya?" tanya Sheera menyorot Samuel dengan malas. Sungguh tak peka, Sheera kan ingin makan bersama dengan Guna.

"Kamu sama Guna," tanya Samuel.

"Pacaran," jawab Sheera asal.

Mendengar itu rahang Samuel mengeras, bahkan tangannya yang berada di bawah meja mengepal. Jawaban Sheera membuatnya tak suka.

"Putusin."

"Hah?" Sheera memajukan wajahnya. Menatap Samuel tak paham.

"Putusin Guna. Gue enggak suka." Sheera menaruh garpu dan sendoknya ke meja. Menatap Samuel tak suka.

"Eng-"

"Hai." Sheera mengerjapkan matanya saat melihat Guna tiba-tiba duduk di sebelahnya. Bahkan bibir Sheera terbuka sedikit, masih tak percaya jika Guna sendiri yang duduk di sebelahnya.

"Guna," gumam Sheera tak percaya. Guna menoleh lalu tersenyum ke arah Sheera. Jantung Sheera berdetak kencang, sungguh dia yakin jika semua ini hanyalah mimpi.

"Kok enggak makan?" tanya Guna saat melihat batagor milik Sheera masih utuh. Sheera gelagapan, masih belum sadar dengan kenyataannya.

"Ah, makan." Sheera mengambil garpunya kembali, langsung melahap batagornya sambil tersenyum canggung. Sungguh Sheera ingin pingsan sekarang juga.

"Ngapa lo?" sinis Guna saat sadar sedari tadi Samuel menatapnya tak suka. Dalam hati Guna tertawa saat menyadari Samuel tak suka ia mendekati Sheera.

"Kalau udah selesai kita ke perpustakaan, ya?" Sheera mengangguk semangat membalas ucapan Guna. Setelah itu gadis dengan bandana itu melahap batagornya secepat mungkin, agar impiannya berdekatan dengan Guna menjadi kenyataan.

"Ngapa lo?" ketus Guna kepada Samuel yang sedari tadi menatapnya tajam. Guna tersenyum sinis, lihatlah belum apa-apa dia lebih unggul dari cowok di hadapannya ini.

"Ra, lo nanti harus belajar yang bener. Jangan malah nemenin cowok enggak jelas." Sheera melebarkan matanya. Ia baru menyadari satu hal, jika Samuel dan Guna adalah seorang musuh.

"Samuel ke kelas aja. Guna ayo ke perpustakaan." Sheera menarik Guna pergi. Ia tak mau terlambat, jangan sampai kedua cowok ini bertengkar di kantin.

"Bye Sam." Samuel mengepalkan tangannya melihat wajah menyebalkan Guna. Argh, kenapa Sheera harus lebih memilih Guna, sialan.

"Guna mau ngapain ke perpus?" tanya Sheera sambil menyenderkan kepalanya di lengan Guna.

"Cari buku pelajaran." Sheera beroh ia. Senyum tak lepas dari bibir mungil Sheera, sungguh ia masih tak menyangka perubahan sikap Guna. Jika begini Sheera yakin ia gagal move on dari Guna.

"Lo kenapa masih deket-deket dia?" Sheera mendongakkan kepalanya, menatap Guna yang memang jauh lebih tinggi darinya.

"Aku enggak deket-deket," jawab Sheera polos. Guna berdecak sebal. Jika tak dekat-dekat yang tadi apa?

"Tadi?" Kesal Guna menahan emosi.

"Sam yang ajak Sheera." Guna tersenyum miring. Dasar Samuel tak tau malu, sudah menjadi mantan tetapi tetap mengganggu Sheera.

"Lain kali jangan deket dia."

"Kenapa?" jawab Sheera cepat.

"Gue enggak suka." Sheera berbinar senang. Jika tak suka berarti selama ini Guna cemburu dengannya.

"Inget?" Sheera mengangguk paham.Mana mungkin dia mampu menolak perintah Guna, bisa hancur hatinya.

***

Kristal merasakan ada yang aneh dari Sheera. Lihatlah gadis itu tak henti-hentinya tersenyum, Kristal jadi meragukan kewarasan sahabatnya itu. Namun, Kristal juga tak berbohong merasakan bahagia jika Sheera bahagia, karena Kristal sangat tau seberapa menderita Sheera, jadi tak ada alasan untuk Kristal tak suka dengan kebahagiaan Sheera.

"Guna udah mulai berubah," ucap Sheera sambil membenarkan letak bandananya yang sedikit bergeser.

"Secepat itu?" tanya Kristal tak yakin. Karena tak mungkin seseorang berubah secepat itu, walau tak ada yang tak mungkin di dunia ini.

"Iya. Sheera harap ini awal yang baik."

"Semoga aja," balas Kristal sambil tersenyum tipis. Ia akan selalu mendoakan Sheera, iya yakin sahabatnya itu bisa bahagia.

"Makasih udah temenin Sheera sampai sejauh ini." Sheera tersenyum lebar. Memang baginya Kristal adalah yang terbaik. Kristal benar-benar gadis yang sempurna, terlahir sebagai anak orang kaya tak membuat Kristal sombong, bahkan Kristal sama sekali tak pernah memandang remeh orang lain.

"Itu udah kewajiban gue. Jadi enggak perlu berterima kasih." Kristal balas tersenyum. Kristal tak pernah menyesal bertemu Sheera, apa lagi saat mengetahui sikap unik gadis itu. Walau tak jarang Kristal memperlihatkan wajah juteknya, percayalah Kristal tak sejahat itu untuk mencueki Sheera.

"Sahabat itu emang harua beginikan?" Sheera mengangguk semangat. Lalu memeluk Kristal dari samping dengan erat.

"Kamu terbaik."

Segini dulu, ya?
Lagi bad mood banget
Jangan lupa vote dan komen
Thanks guys

Gunadhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang