01 ; gadis masa lalu

17 4 1
                                    

Nyatanya, cinta itu sakit.

Agra, laki-laki itu meraih gelas bewarna biru dongkernya, mengisinya dengan air dan meminumnya. Sesekali dia menarik nafas, mencoba menenangkan dirinya.

"Jangan mencintaiku lagi, aku tidak pantas untuk itu."

Lagi-lagi mimpi itu muncul, mimpi buruk bagi Agra. Kalimat yang dilontarkan oleh gadis itu sebelum pergi benar-benar menghantuinya. Bagi Agra gadis itu bukan hanya membuatnya jatuh cinta, tapi membuat Agra hidup kembali.

Dia menelan ludahnya, lalu berbaring kembali, menatap langit-langit kamarnya, memikirkan kejadiannya yang belum lama terjadi. Baru satu tahun yang lalu, gadis itu meninggalkan Agra, pergi dengan laki-laki lain. Kenapa semua orang yang gue sayang, pergi ninggalin gue sih? Tanya Agra dalam hati.

Dia mengusap wajahnya kasar, mencoba tidur kembali, tapi tidak bisa. Dia mengambil bingkai foto disebelahnya, menunjukkan 2 wajah yang hanya bisa ditatap Agra lewat foto. Wajah itu adalah orang tuanya. Yang sudah meninggal 7 tahun lalu karena kecelakaan mobil.

Agra ingat jelas kejadian itu, kejadian paling menyakitkan selama hidupnya. Melihat orang tuanya sekarat, tepat dihadapannya.

"Ma, pa, sekarang Agra sudah besar. 17 tahun, sudah dewasa,kan? Sebentar lagi Agra akan lulus, bekerja, lalu membangun keluarga kecil. Tapi entahlah, Agra tidak berani untuk jatuh cinta lagi. Agra takut kehilangan lagi, Agra takut- ditinggalkan lagi."

***

Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, dari tadi malam Agra tidak bisa tidur. Dia mengambil handuk, dan masuk kekamar mandi. Dia memilih bersiap-siap untuk pergi kesekolah, memulai aktivitas, daripada terus melamun.

Rumahnya tidak besar, dia masih tinggal dirumah lamanya. Rumah yang penuh kenangan bersama keluarga kecilnya dulu. Orang tuanya meninggalkan semuanya pada Agra; rumah, perusahaan, tabungan, dan ajaran yang membuat Agra sekarang kuat menghadapi kejamnya dunia.

Perusahaan sekarang dipimpin oleh adik papanya. semenjak itu perusahaan kembali melaju pesat. Agra sudah tinggal sendiri sejak umur 15 tahun, jadi, belum lama. Dia ingin mandiri, tidak ingin berpegangan pada siapa-pun, lagi.

Dia sudah selesai mandi, memakai seragamnya, dan sarapan. Dia mengambil tas ransel warna hitamnya, mengambil kunci motornya, dan melaju kencang menuju sekolah.

Dia datang terlalu pagi. Disekolah baru ada dia sendiri bersama satpam sekolah. Tapi Agra tidak peduli, dia mengeluarkan buku catatannya. Buku yang mewakili setiap perasaanya sejak 2 tahun lalu. Tidak ada tempat bersandar atau bercerita, jadi dia tuliskan dibuku rahasianya.

Dia membuka halaman pertama, mencoba bernostalgia.

Hari ini, tepat setelah tahun baru dan ulang tahunku. Hari ini, tanggal 4 Februari, aku memutuskan untuk pindah rumah. Aku memohon kepada om Dito, sebagai hadiah ulang tahunku, aku ingin pindah. Aku bilang aku ingin hidup mandiri, tidak ingin merepotkan.

Itu sebuah kebohongan jika aku bilang aku tidak nyaman tinggal bersama Om Dito. Aku nyaman, aku juga senang. Bisa makan bersama-sama, bercanda, pergi liburan bersama. Tapi, Om Dito juga punya anak, punya keluarga yang lebih harus diprioritaskan. Vian, anak pertama Om Dito, tidak suka dengan keberadaanku. Katanya, aku hanya numpang tinggal dirumahnya, tapi kenapa ayahnya lebih memprioritaskanku.

Aku jadi tidak enak, jika benar begitu, lebih baik aku pergi.

Setelah membaca itu, Agra beralih ke-halaman berikutnya.

Ternyata, tinggal sendiri itu sulit. Masak sendiri, cuci sendiri, tidur sendiri, melakukan apa saja sendiri. Aku juga bosan, tidak ada yang bisa diajak bicara. Tapi aku harus terbiasa, bagaimana jika aku semakin besar? Pasti, akan lebih sulit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang