SATU

82 8 7
                                    

Namaku adalah Rayne Foster

Banyak orang berkata aku seharusnya bersyukur dianugrahi wajah yang cantik. Banyak laki-laki di Desaku yang mendekatiku. Beberapa dari mereka sering memberiku bunga, puisi, bahkan bingkisan lainnya. Hal yang entah merupakan keuntungan atau kerugian untukku.

Aku masih mengaduk adonan kue bolu di sebuah loyang besar. Sedari pagi yang kulakukan adalah mengaduk berbagai adonan kue dan memasukkannya ke pemanggang. Aku belum menghias kue yang sudah matang dan menyajikannya di etalase. Toko masih akan buka satu jam lagi.

Ini adalah hari di mana genap satu bulan aku bekerja di tempat ini. Sejauh ini semua berjalan sesuai rencana, aku memiliki tempat tinggal yang layak dan mendapat kerja seperti yang kuinginkan. Aku memang baru sampai di Desa ini satu bulan yang lalu. Aku ingin mengejar mimpiku, hidup tanpa bergantung pada siapapun. Aku pun nanti akan meninggalkan Desa ini, setelah kucapai mimpiku. Entah kapan saat itu akan tiba.

kupakai sarung tanganku dan mengeluarkan kue donat yang sudah matang dari pemanggang. Jujur aromanya selalu bisa menggodaku, tapi aku tidak boleh memakannya karena ini sudah dipesan.

***

"Apa Rayne ada?" Tanya Carlos ke nyonya Hart yang masih bisa kudengar dari dapur. Aku segera mencuci tanganku dan membawa tiga kotak besar berisi donat ke depan. Carlos tersenyum simpul saat melihatku membawa pesanannya. kuletakkan tiga kotak donat itu di Meja kasir lalu bersiap masuk kembali ke Dapur.

"Rayne, punya waktu sebetar?" Tanya Carlos. Aku melirik nyonya Hart meminta ijinnya. Wanita setengah abad itu mengangguk dan Carlos mengajakku duduk di salah satu Meja di Toko ini.

"Ada apa?" tanyaku penasaran, atau lebih tepatnya pura-pura penasaran.

"Kau tahu aku sangat menyukaimu Rayne. Aku ingin mengajakmu ke pesta dansa akhir pekan ini." Ucapnya

"Maaf Carlos, tapi aku harus menemani nyonya Hart akhir pekan ini. Aku tidak bisa." Jawabku. Wajahnya berubah masam, membuatu sedikit merasa tidak enak karena dia adalah pelanggan tetap di Toko Kue ini.

Carlos adalah lelaki tampan dengan rambut pirang dan mata biru keabu-abuan yang menawan, apalagi kondisi keuangannya lebih dari kata cukup. Maksudku dia tidak akan kesulitan untuk mengencani wanita cantik dan berkelas di Desa ini. Bukan wanita sepertiku yang hanya pegawai di sebuah toko roti.

Carlos menatapku lalu tersenyum simpul. Senyum yang selalu dia tunjukkan setiap aku menolak ajakannya. Dia pamit setelahnya.

"Kau menolaknya lagi?" Tanya nyonya Hart. Aku hanya membalasnya dengan senyuman canggung karena nyonya Hart selalu berusaha mendekatkan Carlos denganku.

"Aku penasaran lelaki seperti apa yang bisa mendapatkanmu jika Carlos saja masih kesulitan dengan segala penolakanmu." Ucapnya sebelum berlalu ke Dapur.

Lelaki seperti apa? entahlah, aku belum pernah bertemu dengannya.


Meet Me Under the BridgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang