"Win, tungguin gue!!"Lengkingan suara terdengar dari dalam kamar sebuah rumah kos di daerah Bekasi.
Setiap pagi selalu begitu, dia adalah Aluna Larassati gadis manis nan ceria yang selalu meledak-ledak dan tidak ada yang menegur bahkan sang penjaga kos-kosan sudah terlalu masabodo.
Aluna berlari keluar dari rumah kos dengan banyak bawaan di tanganya. Tidak lupa juga sebuah helm, dia cukup tau diri. Namanya orang nebeng kudu tau diri.
"Buruan Lun!. Jadi ngikut kagak sih!"
Darwin yang seharusnya sudah pergi menuju kampus tempat dia menimba ilmu sekarang masih bertengger diam di depan gerbang.
"Iye, iye.. bawel amat sih lu kayak emak gue!." Kata Luna sewot.
Namaya juga cewek tetep aja nggak mau salah. Aluna langsung naik keatas motor sambil memakai helmnya.
"Pluk! Yuk, jalan."
Tangan mungilnya dengan kurang ajar menepuk helm Darwin keras. Sedangkan Darwin hanya misuh-misuh dalam diam.
"Kalo bukan Aluna udah gue cekek lo!!"
Tentu saja hanya disimpan dalam hatinya. Kalau benar-banar di ucapkan bisa-bisa dia yang habis di cekik, di jambak, dan di cakar.Membayangkannya saja sudah membuat Darwin bergidik ngeri. Aluna adalah salah satu dari jutaan mahluk bar-bar di dunia ini. Belum lagi dengan mahluk yang lainnya.
"Nanti turunin depan indoapril aja. Kasian juga kan kalo lo kudu muter balik buat ke depan hotel." Pinta Aluna setelah motor yang dikendarai oleh Darwin mulai melaju.
"ck. yaiyalah, lagian sapa juga yang mau nganter lo ampe loby?"
Sesuai dugaan Darwin kembali mendapatkan geplakan di helmnya yang kali ini agak lebih keras dari sebelumnya.
"Sialan lo!" umpatnya.
"Lagian ngapain si lo berangkat pagian? biasanya juga kalo shift siang lo dateng mepet." Ucap Darwin penasaran.
Tepat dengan Darwin mengajukan pertanyaan, juga pemuda itu menghentikan motornya di depan minimarket biru berlogo lebah.
"Kepo lo! udah sana jalan Dosbim lo udah kangen bakal nyoret-nyoret skripsi lo."
"bye."Aluna meninggalkan Darwin yang masih betah diam duduk di atas motornya di depan indoapril sambil terus mengawasi kawannya agar tetap aman menyebrangi jalan raya.
"Bocah apa sih begitu rupanya." Gumam Darwin sambil kembali menarik gas motor matic andalannya menuju ke kampus.
***
Aluna memasuki loby hotel tempatnya bekerja (magang lebih tepatnya). Menuju ruang staff, melakukan absen dan merapikan diri, baru setelah itu menuju meja resepsionis.
"Selamat pagi mbak Dindaa." Sapa Aluna kepada rekan kerjanya yang jelas lebih senior jika dibandingkan denganya.
"Mbak Dinda doang neh yang disapa?" Sautan dari sebelah kanan Dinda terdengar agak sewot.
Aluna hanya membalas dengan cengiran dan berjalan menuju belakang meja panjang, area khusus staff.
"yaelahh.. gitu aja ngambek rin??" cletuk Aluna pada gadis di sebelahnya sambil memamerkan gigi putih nan rapih. Sedangkan Arin sudah tak ambil pusing dan melanjutkan pekerjaannya.
"Si Manda minta tolong kamu buat gantiin?" Tanya Dinda pada Aluna. Pasalnya tadi subuh saat Manda minta tolong di grup resepsionis untuk di gantikan jaga pagi pada rekannya yang shif siang tidak ada yang bersedia dengan berbagai alasan.
"Iya mbak, kasian juga si Julionya lagi sakit. Daripada gabut jugakan ya aku kalo di kosan cuman rebahan mulu." Jawab Aluna seadanya. Yang cuman di balas anggukan oleh Dinda seakan mengerti.
Seolah sudah menjadi kebiasaan, setelah pembicaraan itu ketiganya kembali berkutat dengan pekerjaan masing masing.
Setelah hening beberapa waktu, yang namanya wanita pasti tak tahan dengan yang namanya gosip. Begitu pula dengan Aluna yang tiba-tiba teringat postingan suatu akun di website kampus mereka."Ehh, Rin. Lo liat postingan di web kampus yang lagi rame nggak?" Arin hanya menautkan alis tak paham.
"Ahh.. elu mahh! Itu loh yang katanya anak fk ada yang selingkuh sama anak fkg.
masih nggak ngerti? itu tuhh yang cowonya anak fisip?." Arin cuma melongo tidak tau menau tentang apa yang di ceritakan oleh Aluna dan lebih terkesan masabodoh."ck!. dah lah nggak jadi!, nanti gue cerita ama Darwin aja. Tu bocah cepet kalo lagi ngomongin gosip-gosip beginian nih." Aluna jadi kesel sendiri.
Aluna dan Arin memang satu kampus, satu fakultas dan satu jurusan pula maka nggak heran kalau mereka bisa kadang rame sendiri. Beda lagi dengan Dinda, Dinda adalah seniornya saat kerja di hotel ini,usianya hanya terpaut 3 tahun sama dengan Manda seniornya yang satu lagi.
Diantara mereka masih ada dua orang lainnya, dua-duanya sama-sama satu tahun lebih tua dibandingkan Arin dan Aluna. Itu hanya resepsionis, belum lagi dengan staff lain yang juga kadang mondar-mandir nongkrong di depan meja panjang ini.
"Permisi??"
"Iya,Selamat siang Bapak ada yang bisa saya bantu?."
Aluna ikut merespon tamplate mbak Dinda memberikan salam kepada tamu, lalu gadis itu mendongak. Bola matanya yang bulat kian membesar ketika melihat siapa tamu di depannya.
"Laras?!!"
^.^