"Apa kamu yakin bisa menjaga Chan nantinya?" Pertanyaan dengan nada yang penuh kekhawatiran itu membuat laki-laki yang tengah memasukan beberapa buku ke dalam kardus besar berhenti sejenak.
"Apa mama tidak percaya pada ku?" Dia menengok wanita yang tengah berdiri diambang pintu masuk kamarnya sembari membenarkan letak kacamata nya.
"Bukan maksud mama untuk tidak percaya pada dirimu Jae, mama hanya takut jika dia akan diluar pengawasan mu dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." Langkah demi langkah wanita itu lewati untuk mendekat lalu ikut berlutut disamping putra sulung nya.
"Aku akan menjaganya sebaik mungkin sehingga dia tidak lepas dari pengawasan ku, dia kan adik ku satu-satunya aku pasti akan menjaganya dengan baik ma. Ditambah dengan Woojin yang ikut pindah membuat Chan akan lebih terlindungi dan Kalaupun dia kenapa-kenapa nantinya pasti akan aku rawat dengan sebaik mungkin. Tongyang juga merupakan tempat yang bagus saat musim dingin jadi mama tidak perlu takut." Saat hendak memasukan buku yang sudah dia ambil panggilan kecil membuatnya terhenti.
"Kak Jae..." Panggilan yang berasal dari seorang yang mengenakan syal rajut berwarna hitam itu membuat senyum yang dipanggil mengembang karena melihat adiknya di pintu masuk tengah melengkungkan bibirnya kebawah membuat dia tidak percaya jika adiknya itu sudah memasuki semester genap keduanya di universitas.
"Huwaa..." Tubrukan dari sang adik mengundang tawanya begitupun dengan mama yang tengah mengelus rambut si pelaku dengan sayang.
"Chan janji nanti ga bakal nakal, Serius deh. Kalo balik kuliah langsung pulang," dia menatap mata sang kakak dengan wajah memelas. "Kecuali kalo Woojin ngajakin makan di luar, ya?"
Lagi, tawa khas dari sang kakak terdengar. Bagaimana bisa anak yang bahunya lebih lebar dari dirinya ini bisa sangat menggemaskan seperti ini.
"Emang Chan mau cola nya diminum sama Woojin?" Dia langsung melepaskan pelukan pada sang kakak membuat sang mama juga berhenti mengelus Surai pirangnya.
"Mau gimana lagi kak, hobinya Woojin kan emang minum cola yang udah aku pesan. Mana pasti akunya belum minum cola nya." Tangan kurus mama tergerak untuk mencubit pipi berisi Chan belum cukup pipi kanannya yang kena kini kakak nya menambah cubitan di pipi kirinya.
"Ya kan tapi ending nya pasti di beliin pizza sama Woojin."
"Permisi keluarga bahagia, maaf menganggu waktu bahagia anda sekalian. Dimohon untuk mengecek jam, hamba hanya takut nanti kita ketinggalan kereta ke Tongyang." Dengan setelan casual yang sangat tidak cocok digunakan seseorang saat musim dingin itu bersedekap tangan dan mengetuk satu kakinya ke lantai."Woo! Ganggu aja!" Perkataan ketus Chan terdengar saat kedua pipinya bebas dari cubitan Jae yang tengah kembali menata buku ke dalam box serta mama yang membantu si sulung.
"Emang aku pernah ga gangguin kamu? Tidur gih biar mimpi ga aku gangguin." Pekikan tertahan Chan terdengar saat Woojin dengan seenaknya mempiting leher Chan meskipun tidak dengan keras tapi tentu saja itu menimbulkan rutinitas harian mereka, bertengkar.
"Mereka itu dari awal bertemu sampai sekarang tidak berubah, Woojin yang selalu menjaga Chan dan Chan yang selalu patuh dengan Woojin." Gerakan memutar kunci Jae berhenti sejenak saat mendengar suara sang mama.
"Mereka kan bersahabat ma, karena itu mereka saling melindungi." Anak dan ibu itu berjalan beriringan dengan sang ibu yang terlihat gelisah.
"Mama cuman khawatir Jae, bagaimana jika apa yang mama khawatirkan selama ini jadi kenyataan?" Kali ini Jae menghela nafas tetapi memutuskan untuk tetap berjalan menuju mobil sang ayah yang terparkir di luar rumah dan juga pertanyaan dari sang mama membuatnya untuk terus-menerus menghipnotis diri dengan mengatakan tidak akan terjadi apapun dibenaknya.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ma, itu hanya perasaan mama saja." Satu box terakhir sudah masuk kedalam bagasi mobil lalu sang ayah dengan cepat menutup bagasi dan masuk kedalam kemudi mobil.
"Jae, pamit ya ma. Jangan khawatir nanti disana mama istirahat sama papa oke?" Pelukan itu terlepas saat mendengar teriakan dari Chan yang menyuruh sang kakak untuk cepat masuk ke mobil.
"Hati-hati di jalan, nanti di Tongyang jangan nakal." Jae membalas itu dengan anggukan lalu masuk ke dalam mobil menyisakan sang mama yang berdiri di luar.
"LET'S GO TONGYANG!" Paduan suara Chan dan Woojin membuat sang papa tertawa, terlalu bersemangat untuk pindah sepertinya pikir sang papa. Lalu mesin mobil dihidupkan dan berjalan menjauh menuju stasiun kereta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUTATIO < o d d >
FanfictionPerubahan memang normal terjadi, tapi apa memang perubahan yang dialami Bangchan itu wajar?