Sigh

903 27 4
                                    

Maaf

"Maaf, Chik." ucap Vito lirih seraya mencoba menahan kepergian gadis itu.

"Maaf?" tanya Chika seraya tersenyum sinis.

Chika menggeleng keras seraya mencoba melepaskan cengkeraman tangan Vito, yang baru saja kegep sedang berduaan dengan seorang gadis, yang sangat Chika kenal.

"Setelah kau sakiti, lalu bilang maaf?" tanya Chika sambil berbalik dan memandang nanar kedua insan itu. "Setelah melukai, lalu bilang maaf?" nafas Chika terburu. "Setelah mengkhianati, lalu bilang maaf?!" bentak Chika kepada Vito.

"Chik, gue bisa jelasin..." gadis di samping Vito itu mencoba berbicara.

Chika menggeleng sambil tersenyum sinis, "Apa Kak Mira? Apa yang mau lo jelasin???" jerit Chika yang kemudian mengambil gelas dari meja yang ditempati Vito dan Mira itu, lalu membantingnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

"Chika! Kendalikan diri kamu!" Vito mencoba menahan Chika. "MAAF!"

Chika memandang Vito sengit. "Kamu nggak punya otak,Kak! Cuma maaf, yang bisa kau ucapkan!" Seru Chika yang lalu keluar dari cafe, menerobos hujan, lalu berlari ke parkiran untuk mengambil motornya, dan setelah itu pergi meninggalkan cafe.

Chika benar-benar terluka, Vito tega mengkhianatinya.

Mengapa?

Karena perbedaan keyakinan?

Bukankah Vito sudah berjanji akan terus berjuang?

Sementara Chika masih sibuk dengan pikirannya, dia masih terus melajukan motornya dengan kencang, dan sangking kencangnya, dia sampai kaget saat ada seseorang yang menyeberang tiba-tiba. Dia tekan rem secara mendadak, yang mengakibatkan motornya oleng dan tergelincir.

Chika pun terjatuh, dan helmnya terlepas, kepalanya terbentur trotoar.

Dia pingsan.

~~~

Sorry

Chika membuka matanya, lalu dia melihat sekeliling.

"Hm? Rumah sakit?" tanya Chika lemah, dia meraba kepalanya, ada perban yang melilit. Pun di lengan sebelah kirinya sudah tertancap infus.

Chika menghela nafas, "gue kira gue bakal langsung mati." guman gadis itu. Terlebih saat teringat pengkhianatan Vito.

Dan Mira, orang yang paling Chika percaya karena dia adalah tempat curhat Chika, dalam hal apapun. Apakah dia masih pantas disebut sahabat?

Sahabat macam apa yang menikung sahabatnya sendiri?

Tak lama, pintu terbuka. Terlihat Christy, sepupu jauh Chika yang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional SMP, yah hampir sama seperti Chika. Bedanya, Chika SMA.

"Ah! Lu Chris?" sapa Chika lemah. "Lu yang bawa gue kemari?"

Christy menggeleng, "kakak nggak akan percaya kalau aku kasih tahu." kata gadis itu datar, lalu membuka pintu lebih lebar.

Dan, mata Chika juga ikut melebar.

"Shit!"

Dua orang yang saat ini tak ingin gadis temui ada di depan kamar inap yang Chika tempati.

Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang