"Dan tolong satu cangkir americano, ya," pinta lelaki berwajah kekanakan yang duduk di depanku ini pada pelayan yang berdiri di samping kursi yang ia duduki. Begitu aku mendengarnya, bahuku langsung menurun dan aku memalingkan wajahku, mengalihkan pandanganku pada keramaian di pusat perbelanjaan ini dari kafe tempatku dan lelaki ini duduk. Aku mengalihkan pandanganku lagi, sambil menggerutu tentang lelaki ini di dalam hatiku.
Kenapa setiap kami pergi ke kafe atau kemanapun, ia selalu memesan kopi jenis itu? Apakah tidak ada minuman lain baginya selain itu? gerutuku dalam hati, lalu mengambil novel yang sengaja kubawa dari dalam tasku.Aku sudah bosan setiap kali aku mendengar kata-kata 'americano'. Dan kebosananku hanya karena lelaki yang ada di depanku ini.
Lee SungYeol.
"Haaah... Tapi..., ini sudah kubaca dua kali," keluhku, merasa kebosananku datang lagi karena novel yang baru saja kubaca sebanyak 4 halaman itu. Bisa kudengar lelaki yang ada di depanku itu mendecakkan lidahnya. Aku meliriknya tajam.
"Apa?" tanyaku sewot. SungYeol hanya menggelengkan kepalanya, tapi ia lekas membuka mulutnya.
"Kalau kau sudah bosan, kenapa masih kau bawa dan kau baca?" ujarnya yang membuat emosiku perlahan naik. Aku mencoba untuk menenangkan diriku, menghirup napas panjang, lalu mengeluarkannya. Aku menatapnya datar.
"Kalau kau sendiri? Apakah kau tidak bosan, setiap kali kau selalu meminum kopi itu? Apakah daftar minumanmu tidak ada yang lain?" balasku yang membuatnya terkejut dengan mata bulat seperti ini: O_O. Puas kau, Lee SungYeol, batinku.
"Ada," jawabnya pendek. Aku masih menatapnya datar, lalu bertopang dagu. "Apa?" tanyaku lagi.
"Air putih," jawabnya polos yang membuatku menepuk jidatku sendiri, lalu menggelengkan kepalaku, tidak percaya pada anak laki-laki ini.
"Maksudku, selain kopi dan air putih. Air putih, kan, setiap hari, orang-orang juga meminumnya," ujarku. Ia menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak ada," balasnya. Aku terdiam di tempatku, dan ia kembali membuka mulutnya. "Kau. Apa kau tidak bosan, setiap kali kau mengajakku ke toko buku, kau selalu membeli novel, baik yang tebal maupun yang tidak terlalu tebal? Aku saja yang melihatmu seperti itu sudah bosan," sambungnya. Kalau ini, aku sudah tidak bisa toleransi lagi.
"Harusnya aku yang mengajukan pertanyaan seperti itu, kau tahu? Aku sama sekali tidak bosan! Makanya, kalau membaca buku itu, jangan komik terus," jawabku ketus, lalu bangkit dari dudukku. "Sudahlah, kau makan saja semuanya. Kau yang bayar. Aku mau pulang," tukasku, lalu segera keluar dari kafe itu, tidak menghiraukan panggilan dari SungYeol.
∞∞∞∞∞∞∞"Begitulaaah...," tukasku di telepon setelah menceritakan kejadian tadi siang pada salah satu sahabat SungYeol, Nam WooHyun. Bisa kudengar ia tertawa pelan, lalu menghela napas panjang. Aku yang tidak terima ditertawai seperti itu, mulai protes padanya.
"Hei! Apanya yang lucu?! Dasar aneh," protesku, dan malah membuat tawaannya bertambah keras.
"Maafkan aku, tapi, entah kenapa, ceritamu dengan SungYeol sangat lucu. Kalian bertengkar hanya karena americano dan novel? Oh, yang benar saja," ujarnya setelah tawanya reda. Aku memberengut.
"Kau benar-benar tidak membantuku, jahat sekali kau ini, ya," dengusku kesal, tapi aku hanya bercanda.
"Ya sudah kalau begitu kututup ya," balasnya yang membuatku kaget.
"Hei, hei! Jangan ditutup dulu! Dasar, kau ini temperamental sekali, ya," gerutuku yang hanya disambut oleh tawanya.
"Baiklah, nanti aku akan membicarakan hal ini dengan SungYeol. Besok kuberitahu apa yang kubicarakan dengannya. Kau sabar saja dulu," usulnya. Aku menganggukkan kepalaku, meski aku tahu dia tidak akan melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Americano Prince
FanfictionKetika setiap kali--kemanapun kalian pergi, pacarmu selalu memesan secangkir kopi americano yang membuatmu sebal.