Prolog

68 4 24
                                    

Rintik hujan, pengawal di pagi hari ini. Seorang gadis cantik menengadah ke atas, dan tersenyum. Dia pecinta hujan. Baginya, Hujan adalah salah satu anugerah terindah. Di mana dia bisa mencurahkan segalanya.

Gadis itu memakai baju SMA, lengkap dengan almamater OSIS-nya. Hari ini, adalah hari pertama untuk dia menjadi murid kelas sebelas.

Suatu kebanggaan bagi dia, bisa menjadi salah satu murid berprestasi dan menjadi bagian organisasi siswa nomor utama di sekolahnya.

SMA Permata Bintang, yang dikenal sebagai salah satu SMA terfavorit di kota-nya. Murid berprestasi, fasilitas lengkap, hal itu selalu identik dengan SMA Permata Bintang.

Hari ini, adalah hari berakhirnya masa orientasi bagi murid baru. Dan hari ini, dia resmi menjadi murid kelas sebelas.

Gadis itu mulai berjalan perlahan, menuju tempat di mana kelasnya berada. XI IPA-1. Ya, dia adalah salah satu murid berprestasi, yang menempati kelas unggulan.

Banyak sapaan, dari adik kelasnya, serta teman seangkatan, untuk dirinya. Dia membalas, dan tersenyum.

Sistem kelas unggulan di SMA Permata Bintang ini adalah orang-orang yang memasuki nilai terbesar. Dari kelas X, akan diacak sesuai peringkat, dan memasuki kelas XI dengan teman baru.

Kali ini, gadis itu duduk sebangku dengan teman saat dia kelas X dulu. Mereka memang kembali sekelas, karena peringkat mereka.

Gadis pecinta hujan ini bernama Rabella Anatasya. Dia juga menyukai sastra, kata demi kata, selalu terukir indah berkat dia. Dia juga salah satu murid yang disayangi oleh para guru. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk dirinya dibenci. Dia tidak disukai, karena sikapnya yang terkadang tidak bisa menerima saran orang lain.

Rabella, yang biasa dipanggil Bella ini. Selalu terbiasa sendiri. Dia hanya ingin menang sendiri. Dia bisa dibilang jujur, namun caranya selalu membuat orang kesal. Karena dia tidak bisa menjaga solidaritas. Bukan apa-apa, Bella tidak suka, jika mereka ingin menjadi juara dengan cara kebohongan.

Seperti ; saatnya ulangan mereka malah melihat ke buku, atau bantuan contekan dari teman lain. Menurut Bella, itu tidak adil. Kualitas pendidikan, tidak akan maju.

Dan kenalkan juga, teman sebangku Bella untuk saat ini. Gadis berkacamata, teman sebangku Bella ini, bernama Zahira. Zahira Fadillah.

Zahira sangat pintar. Dia memiliki pendirian yang sama dengan Bella. Zahira juga memasuki juara umum di Permata Bintang.

Zahira pendiam, namun terkadang bisa menjadi banyak bicara.

"Hai Bella!" Zahira tersenyum, dia mengagumi Bella, walaupun terkadang kesal dengan Bella.

Bella tersenyum, dan membalas sapaan dari Zahira, "Halo Ra!"

Bel berdering, Bella segera duduk, dan disusul oleh Zahira. Mereka memilih bangku paling depan. Karena itu tempat paling strategis untuk belajar.

***

Hujan masih belum reda, walaupun sekarang, hanya rintik kecil. Bel pulang sekolah, sudah berdering beberapa menit lalu.

Perasaan Bella menghangat. Dia berjalan dengan riang. Dan menghampiri teman akrab-nya di kelas lain. Fyi, Bella memang tidak terlalu akrab dengan teman sekelasnya. Bella lebih akrab, dengan sahabatnya yang berada di kelas XI IPA-3 dan XI IPA-5.

Sahabat Bella di kelas XI IPA-3 adalah Maya Amelia. Dia memiliki tubuh tinggi. Dengan sikap cerewetnya yang sudah overdosis seperti Bella. Mereka memang teman yang cocok.

Dan sahabat Bella di kelas XI IPA-5 adalah Rania Aulia. Dia memiliki kulit putih dengan sikapnya yang terang-terangan. Blak-blakan. Raisha selalu ada di garis terdepan, bagi sahabatnya. Bella memanggil Rania dengan sebutan Caca.

"Caca, Maya!" Bella memanggil sahabatnya, dan tersenyum riang. Rania dan Maya menengok, mereka sudah hapal dengan suara riang ini.

Mereka bertiga saat kelas X, memang satu kelas, namun saat kelas XI mereka terpisah. Tetapi hal itu tidak menjadi tiang pembatas persahabatan mereka.

"La, katanya ada murid baru ya di kelas XI?" Tanya Rania.

Bella terkejut, "hah? Seriusan, Ca? Cowok apa cewek?"

"Cowok, La. Katanya sih ganteng gitu. Anak basket baru pula. Ada tiga orang, La. "

Mendengar kata 'cowok ganteng', Maya langsung tertarik akan pembicaraan ini. Dan berbicara dengan antusias, " beneran?! Gila! Stok cogan Permabin nambah ya!"

Bella tertawa, dan langsung mendorong pelan kening Maya, serta berucap, "May, aduh may. Bagi lo, cogan Permabin paling penting ya!"

Sekarang kembali Mia yang mendorong pelan kening Bella, "eh lo itu ya! Jangan lupain lo juga suka kan sama cogan!"

Tawa mereka bertiga pecah. Persahabatan mereka memang sereceh ini, namun itu yang membuat nilai persahabatan mereka menjadi mahal. Definisi bahagia sederhana.

Mereka bertiga langsung bergegas pulang. Sepanjang perjalanan, tawa mereka mengiringi mereka.

***


Bella menatap rumah yang bisa dibilang cukup besar. Rumah ini bertingkat dua lantai. Rumah berwarna hijau muda dengan warna putih yang menemani ini, terlihat segar. Dan rumah ini, adalah rumah keluarga Bella.

Bella menarik nafas, dan perlahan mulai memasuki rumahnya. Dia bertemu dengan ibu-nya. Bella mengucapkan salam.

"Bella, mamah mau kamu mengikuti les akademik dan bahasa ya, La? Mamah mohon, ikutin permintaan mamah. Ini semua demi pendidikan kamu. Masa depan kamu," ucap ibu Bella, yang bernama Nadia.

Bella menarik nafas, dia sudah terlalu lelah. Cita-cita dia bahkan harus sesuai kemauan orang tuanya. Mereka hanya bilang tak pernah mengekang Bella. Namun faktanya, dia hanya boneka kehidupan. Yang harus selalu mengikuti alur.

"Bella, mamah mau itu untuk kebaikan kamu. Hanya 30 hari, Bella. Dan setelah itu, semuanya akan kembali normal. Tapi Bella harus jadi yang utama untuk segalanya. Bella gak mau kan ngecewain mamah?" Nadia berucap lagi.

Bella hanya bisa mengganguk lemah, dan segera berlari menuju kamarnya. Dia terlalu lelah. Dia berlari menuju lantai dua rumahnya. Dan memasuki kamar, dengan nuansa pink. Khas Bella.

Bella hanya bisa menangis. Dia mengharapkan, kehidupan masa kecilnya kembali. Disaat dia, tak bersama keluarga kandungnya. Bella hanya ingin bebas. Tanpa kekang. Semua anak wajar ingin begitu.

Mata Bella memejam lelah, dan ia tertidur. Lelap sekali. Tanpa beban. Beda sekali, dengan keadaan ia sadar. Semuanya hancur.

***

A/N : Halo! Udah melewati proses revisi singkat ya. Aldebaran in Love jadi pengganti La Bintang oke!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aldebaran in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang